Part 5

172 20 0
                                    

Jangan pikirkan Reon lagi'

Tapi percuma saja, aku tak bisa. Kenapa Reon misterius sekali. Aku juga masih turut bersedih tentang Jason. Oh ya, aku juga harus segera memberikan salam Jason pada neneknya. Tapi aku tak tahu dimana.

Di Gramedia, aku melihat novel novel terbaru. Tentu saja aku menabung untuk membeli novel ini. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang membuka cathering rumahan. Sedangkan Ayahku sudah tiada. Aku hidup bertiga saja. Aku, Ibu dan kakak kembarku. Namanya kak Rifki. Itu saja yang sedikit tentang keluargaku.

***

Di Gramedia, mataku tertuju pada buku berjudul Wiliam dengan penulisnya Risa Saraswati namanya. Aku suka cerita cerita karya novelnya itu. Mulai dari Peter, Wiliam, Hans, Gerbang Dialog Danur dan lain lain. Itu sedikit review cerita yang sudahku baca karya Kak Risa.

Entah mengapa pandanganku tertuju pada rak buku diujung sana, yang berisi sastra. Disana, aku melihat.... Ia seperti Reon. Mataku menyipitkan kearahnya. Tapi tiba tiba ada yang menepuk bahuku.

"Eh kamu liat apa disana, ckck." tanya Siti yang begitu datang setelah mencari cari novel juga, aku tersentak kaget. Tenyata Siti, kira ku siapa.

"Oh engga, tadi seperti aku melihat murid baru yang dikelas kita. Reon." ucapku pada Siti. Siti mengkerutkan keningnya bingung.

"Hah? Mana?" tanyanya sambil melihat sekitar.

Aku menunjukkan jariku ke arah rak buku Sastra itu. Tapi...

"Mana kok ga ada?" Tanya Siti bingung. Aku juga kaget. Perasaan tadi aku melihat murid baru yang sedang membaca sejenis buku sastra disana. Tapi mengapa sekarang ia tak ada?

"Mmm... Mungkin aku tadi sedang ngelantur aja Ti." ucapku terkekeh pada Siti. Aduhh mengapa aku terus kepikiran Reon terus sih

Lupakanlah Reon, tujuanku satu lagi adalah pulang, mandi dan membantu Bunda. Saat ini aku menunggu angkutan di terminal, aku, Siti, Tasya dan Cia sudah sepakat berpisah disini karena kita ada urusan masing masing. Aku menunggu bus disini, lupakan lah angkot, ckck. Perasaan sekarang masih sore sekitar pukul 17.40 tapi mengapa gelap sekali ditambah mendung saat ini. Aku kedinginan ditambah sepi.

Pandanganku tertuju pada seseorang yang berdiri disampingku. Oh tuhan, dia ternyata hantu! Mengapa aku baru tersadar. Ia memerhatikanku layaknya ingin menerkamku. Aku takut, tentu saja. Ia mendekat....

"Mau apa kamu dan siapa kamu?" Tanyaku ketakutan dan menghindar saat ia sudah berdiri pas didepanku saat ini.

Ia semakin mendekat... mendekat dan....

Tin.. Tin

Oh aku terselamatkan! Ada bus metromini ternyata yang baru datang, aku segera lari dan naik angkutan itu. Hantu itu masih melihatku tajam. Apa kah dia semacam kuntilanak? Ckck aku tak tahu, sekarang darahku mengalir deras. Rasanya seperti panas dingin tak karuan.

Aku baru sampai sekitar jam 18.23. Memang jarak mall menuju rumah cukup jauh. Tapi itu tak masalah sih sebenarnya. Aku bersalam dan mencium tangan ibuku. Aku memanggil ibuku dengan sebutan Bunda, aku sayang Bunda sekali asal kalian tau. Kak Rifki yang sedang belajar diruang tamupun mendongkrak tegak, yang tadinya sedang berlesu lesu menjadi sumringah setelah ku datang. Sepertinya ia banyak pr. Ia mendongkrak setelah melihatku. Padangannya tertuju pada novel yang dibawa ku.

You Can See Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang