Part 7

177 18 6
                                    

Dilanjutkan dengan Ririn bercerita banyak tentang keluarga nya. Hatiku rasanya sesak. Sebelumnya ia tak pernah sekali cerita tentang keluarga nya. Begitu pun seterusnya.

***

Hari ini berganti hari dan aku harus menjalani nya itu. Tetapi hal tak suka dariku itu saat sekolah. Aku bukannya tak ingin sekolah. Tetapi aku harus siap menerima ejek-ejekan dari sana. Aku takut.

"Nak udah enakan?" Ucap Bunda yang sedang mengaduk masakannya itu. Aku hanya mengganggukan kepalaku saja dan mendengar perkataan Bunda.

"Kamu disekolah gak ada apa-apa kan?" Tanya Bunda, lagi. Aku menggeleng gelengkan kepala serta menjawab. Bunda pernah diberi tahu oleh guruku sebenarnya tentang pembullyan yang dialamiku selama disekolah, tapi sekarang seperti nya guruku itu tidak pernah bilang lagi. Sebenarnya aku tidak mau, aku bisa memedamnya.

"Engga Bun, gak ada apa apa kok." Ucapku sambil tersenyum ke arah Bunda.

'jujur aku tak mau bilang yang sebenarnya pada Bunda. Maafkan aku Bundaa'

Aku menikmati sarapan ku pada pagi hari ini. Begitu senangnya semuanya berkumpul. Kak Rifki, aku, Bunda, dan Nenek Sum. Biasanya Kak Rifki sudah berangkat jam segini tapi entahlah aku tak tahu. Aku dan kak Rifki tak satu sekolah, kita ditempatkan disekolah yang berbeda.

"Kamu bareng Rifki aja ya Ca, Bunda takut kamu masih lemes." Ucap Bunda padaku, aku yang sehabis minum itu mengganggukan kepala dan memberi jempol. Bunda terkekeh. Memang sejak dua hari yang lalu aku benar benar demam tinggi. Aku saja saat itu lemas sekali dan tak berdaya sedikitpun. Mungkin aku banyak pikiran.

Aku berangkat bersama kak Rifki menggunakan motor, aku senang mempunyai kakak seperti Rifki. Ia selalu menghiburku saat ku sedih dan jadi penyemangat ku serta pelindungku. Contohnya saat SD dulu aku pernah diejek oleh teman sekelasku dihadapan kak Rifki. Bukannya aku yang kesal malahan kak Rifki, ia dulu rela melindungi adiknya. Karena saat Sekolah Dasar, aku dan kakakku satu sekolah.

Aku sudah sampai didepan gerbang sekolahku, kebetulan sekolahku dan Kakakku lumayan dekat, jadi tak jadi penghalang kalau aku berangkat bersama. Sebetulnya aku selalu datang pagi sekali dan kak Rifki berangkat ke sekolah terlalu siang. Jadi kita jarang berangkat sekolah bersama.

"Kak, Caca berangkat dulu." Salamku ke kak Rifki yang saat ini aku yang baru saja turun di depan gerbang sekolah, tentu saja Ririn melihatku yang baru datang itu dengan muka bersinarnya saat ini. Kak Rifki terkekeh dan mengacak acakkan rambutku. Tenang saja kok, aku sudah terbiasa seperti ini. Jadi kalian jangan menyangka yang lain lain ya hehehe

Tak lupa ku sapa Ririn, sebelumnya aku menyapa Pak Asep.   "Halo Ririn"

Tumben sekali, hari ini wajah nya terlihat semar mesem alias bersinar sekali. Yasudahlah, aku juga ikit bersenang hati juga. Kulanjutkan jalanku menuju kelas yang sepi. Hening. Hampa. Masih sepi.

Sebentar
Tapi disana....

'Reon?' ucapku dalam hati. Tumben sekali dia sudah datang pagi sekali. Oh ya! Tadi sebetulnya aku melihat motornya yang melaju tepat disampingku. Mungkin ia tak lihat aku. Apa aku kasat mata? Entahlah ckck.

You Can See Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang