Mark & Tim page 2

82 2 0
                                    

Di sebuah pelataran rumah, seorang pemuda telah bersiap dengan pakaian sekolah dan tas ransel di punggungnya. Motor putihnya pun telah siap di depan garasi. Tapi orang yang di tunggu belum juga datang.

Jarinya bermain diatas HP, cepat. Berusaha menelpon sahabatnya.

"Nggak biasanya dia telat" gumamnya

Tak ada jawaban. Hanya suara lembut operator yang terdengar. Memberitahu bahwa pemilik nomer tak menjawab telponnya.

"Apa gw berangkat dulu aja?" Tanya pria itu pada dirinya sendiri

"Tapi Tim?"

Dia menarik nafas cepat "oke! Gw kerumah Mattew. Seenggaknya gw punya jawaban kalo-kalo guru tanya tentang dia"

Langkahnya mantap mendekati motor kesayangannya. Badannya yang tinggi dengan mudah duduk diatas jok motor sport itu. Pria itu terdiam. Wajahnya menengok ke jok belakang, lalu tersenyum. Jelas dia tengah membayangkan Tim duduk disana.

Hanya sesaat. Setelah itu, raut sedih mengambil alih. Pria itu bergeming, motornya di kendarai cepat menembus ramai jalanan. Amarah terpancar jelas dimatanya. Juga raut sedih terpahat di mulus wajahnya.

"Kalo gw pergi, apa Tim bakal ikut?" Pertanyaan itu terbersit di fikirannya

"Ah tidak. Jelas saja tidak. Mattewkan disini!" Hatinya meronta. Menyangkal setiap harapan yang dipendamnya.

Sadar, pria itu memasuki halaman yang dikenalnya. Rumah Mattew. Tak sebesar rumah Mark, tapi terlihat nyaman untuk di tinggali.

Langkahnya mendekat ke pintu utama. Pintu yang telah terbuka lebar, bahkan sebelum Mark sempat mengucapkan salam.

Seorang pria berdiri disana. Pakaiannya lusuh dan wajahnya terlihat lelah.

"Hay!" Ucap Mark pada pria itu

"Loh kok lu kesini?" Tanya pria itu bingung

"Terus gw harus gimana? Harus seharian nunggu di depan rumah gitu?" Candanya. Pria itu menghampiri Mattew yang masih berdiri di depan pintu.

"Ya enggak juga. Tapi, emangnya lu nggak sekolah?"

"Lah lu sendiri? Nggak sekolah?"

Mattew menggeleng "bokap lagi sakit. Jadi gw di rumah aja hari ini"

"Hm, sejak kapan?"

Mattew memasang muka polos penuh tanya

"Sejak kapan lu baikan sama bokap tiri lu?" Tanya Mark frontal

Mattew hanya tersenyum simpul. Sulit untuknya menceritakan hal itu. Terlalu panjang dan berbelit menurutnya.

"Kapan-kapan bakal gw ceritain" ucap Mattew akhirnya

Mark pun tersenyum. Tapi senyumnya berbeda. Seakan dia tau Mattew tak akan bisa menepati janjinya. Bukan karna tak mau. Tapi karna tak bisa. 1 atau 2 bulan lagi Mark akan pergi. Dan mungkin tak akan bisa bertemu Mattew ataupun Tim lagi.

"Oh ya, Tim....." ucapan Mark tercekak. Sulit baginya menyebut nama itu kembali. Tim telah berada di tempat yang tepat. Di rumah orang yang dicintainya

"Oh, Tim lagi di atas. Mau gw panggilin?" Mattew menoleh ke arah tangga

Mark menggeleng "nggak perlu. Gw berangkat sekarang"

Mark berbalik. Melangkah mendekati motornya. Hanya sebentar, sampai Mark mengendarai motornya keluar dari sana.

* * *

Rambut panjang seorang gadis berantakan di tiup angin. Matanya terpejam, menikmati lembut udara disana. Hening berganti bising. Suara kenalpot motor memekakan telinga. Tak jelas milik siapa. Tapi cukup untuk membuat Tim mengerutkan keningnya.

For the First Kiss Forever (Completed) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang