Mark & Tim

140 8 0
                                    

Seorang cewek mungil berparas khas orang asia yang terlihat kebingungang, duduk tak jauh dari gerbang sebuah SMA. Dia terus memandang gedung-gedung asing di sekitarnya. Beberapa orang yang lewat, coba di hentikannya. Namun, entah karena mereka tak perduli atau memang tak melihat cewek itu, mereka terus berjalan.

"Maaf, dimana orang

"Ada yang bisa ngasih tau dimana gw sekarang?" Teriak gadis itu

Karena putus asa, cewek itu terduduk lemas di tempat duduk tepi jalan. Wajahnya yang kebingungan, menunduk lesu menutupi matanya yang berkaca-kaca.

"Lu kenapa?" tanya seorang cowok

"Ini dimana? Gw pengen pulang" ucap cewek itu masih menangis

"Rumah lu dimana?" cowok itu membungkukkan badannya. Berusaha melihat raut wajah cewek di depannya

Dia hanya terdiam, lalu menggelengkan kepala

"Siapa nama lu?"

"emmmm....... Tim? Mungkin" ucapnya ragu. Hanya nama itu yang terlintas di pikirannya

"Tim? nama gw Mark"

"Mark, kayaknya nama itu familiar banget" Gumamnya lirih sambil berusaha menhingatnya.

"Mark! Lu lagi ngapain disitu?" teriak seorang cewek dari kejauhan

"Oh lagi ngomong sama nih cewek Jane" jawab Mark

Jane mendekat, keningnya menhetut "gw nggak liat ada cewek disana"

Mark menengok kearah Tim, dia melihatnya masih duduk tepat di depannya. Tapi kenapa Jane bilang Tim nggak ada disana?.

"Serius lu nggak ngeliat dia?" Tanya Mark meyakinkan

"Iya. Gw nggak liat siapapun disana. Mungkin itu cuma halusinasi lu aja" ucap jane meremehkan

"Mungkin. Belakangan ini gw sering kecapean gara-gara kegiatan yang makin padat. Ok, gw balik dulu yah" ucap Mark

Mark berjalan menjauh. Namun matanya tak pernah lepas dari cewek yang tetap duduk di tempat yang sama. Ada sesuatu yang membuatnya tertarik sama cewek itu. Walau dia nggak yakin sama perasaannya sendiri.

"Aku pulang!" Teriak seorang cowok sambil menutup pintu

Dari kejauhan terdengar suara gaduh dari kamar orang tuanya.

"Lagi-lagi ribut kayak gini" ucap cowok itu kesal

Cowok itu barusaja membalikkan badan, saat seseorang memanggilnya dari belakang.

"Tuan Muda mau pergi lagi?" Tanya seorang wanita paruhbaya

Mark menengok "Iya, aku pergi dulu. Mau beli sesuatu. Tolong bawain tas ini ke kamar ya!"

Wanita itu mengangguk, lalu beranjak pergi

Mark keluar dari rumah megah itu. Tanpa tujuan pasti, dia terus berjalan. Sampai di taman dekat sekolahnya, dia melihat Tim masih duduk di tempat yang sama. Dilihat dari jauh, dia seperti gadis pada umumnya. Hanya saja, wajah khas orang asia dengan kulit putih pucat membuatnya mencolok.

"Tim, ikut gw sekarang!" Ucap Mark memegang tangan Tim yang terasa dingin

Tanpa melawan, Tim mengikuti kemana langkah Mark pergi. Di sebuah jembatan yang cukup sepi, mereka berhenti.

"Sebenernya lu siapa?" Tanya Mark Mengejutkan Tim yang terus menundukkan kepala

Tim hanya menggeleng

"Kenapa cuma gw yang bisa ngeliat lu?"  Tanya Mark lagi

Tim kembali menggeleng

"Kenapa lu nunduk dan terus menggeleng? Jawab pertanyaan gw! Lu itu hantu? Atau cuma ilusi?" Teriak Mark semakin frustasi

"Lama-lama gw bisa disangka orang gila gara-gara ngomong sama makhluk nggak kasat mata macem lu!" Lanjutnya dengan kasar

Dia berjalan bersandar di tepi jembatan. Wajahnya terlihat sangat frustasi. Wajahnya menunduk lesu.

"Gw juga nggak tau. Bahkan gw nggak tau kenapa gw ada disini. Yang gw tau, cuma lu yang bisa liat gw. Seharian ini gw udah coba tanya sama setiap orang yang lewat, tapi nggak ada satupun yang njawab. Sedangkan lu? Lu dateng dan ngajak gw ngomong" jawab Tim lirih namun penuh semangat

Mark mengangkat kepalanya. Matanya sayu, melihat cewek yang tengah berdiri di hadapannya.

"Nggak nggak tau harus tanya sama siapa. Gw cuma pengen pulang dan inget semuanya!" Tim mulai meneteskan air mata

Dia berusaha menahan agar air mata itu tak membasahi pipinya. Tapi apa daya, air itu terlalu deras untuk dibendung. Sejenak, gadis itu merasa badannya menjadi hangat. Seorang pria yang terus berteriak kearahnya, menjadi sangat lembut hingga membuat Tim nyaman di pelukan cowok itu.

"Gw bakal mbantu lu" bisik Mark

"Beneran?" Tanya Tim melepas pelukan Mark

Mark mengangguk

Tim mengacungkan jari kelingkingnya "Janji?" Ucap Tim menegaskan

"Janji" Mark mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Tim. Tanda bahwa dia telah membuat sebuah janji

Malam itu berlalu begitu cepat. Mark yang tak nyaman meninggalkan Tim di jalanan, akhirnya mengajak Tim untuk tinggal di rumahnya. Berhubung tak ada yang bisa melihat Tim selain dia, Mark dengan mudah menyelundupkan Tim kedalam kamarnya.

"Ini kamar lu?" Tanya Tim polos

"Iya. Lu bisa tidur disana! Gw bakal tidur di sofa" ucap Mark

"Kenapa?" Tanya Tim lagi

"Udah tidur aja" Mark merebahkan badannya si sofa yang cukup besar. Nuansa kamar Mark yang di dominasi warna hitam dan putih membuat ruangan itu menjadi lebih gelap. Apalagi Mark hanya menyalakan beberapa lampu saja.

Mark memejamkan mata. Berusaha tertidur secepat mungkin. Tapi usahanya terganggu karna sosok menyebalkan yang terus memandanginya.

"Agr! Ada apa sih? Kenapa kamu terus memandangiku?" Ucap Mark geram

"Maaf, bisa nggak ruangan ini lebih terang!" Pinta Tim ragu

Mark beralih dari sofa, dan segera menyalakan semua lampu di kamar itu.

"Terimakasih. Gw takut gelap" ucap gadis itu

Mark mendekatinya, lalu berkata "Udah terang. Jadi, tidur di tempat lu sekarang!" Cowok itu menunjuk tempat tidur bernuansa monokrom disana

"Dep"
Ruangan mendadak gelap. Tim yang terkejut sekaligus takut, tanpa diduga memeluk Mark begitu erat. Mark mengambil HP di sakunya, kemudian menyalakan senter. Dengan cahaya yang minim itu, membuat Mark dapat melihat Tim walau samar. Wajah Tim terlihat ketakutan, menempel pada dada Mark yang bidang. Kedua tangannya memeluk erat pinggang Mark yang ramping.

"Tim! Tenang, ada gw disini!" Ucap Mark berusaha menenangkan

Tim tak bergeming. Dia terus memeluk Mark. Mark yang mulai nyaman membiarkan gadis mungil itu tetap berada dipelukannya. Matanya  menatap halus wajah gadis yang tengah ketakutan itu. Sampai beberapa menit kemudian, lampu kembali menyala. Tim yang terus menutup mata, tak menyadarinya dan terus memeluk Mark.

"Tim! Lampunya sudah menyala" ucap Mark

Perlahan Tim membuka mata. Melihat kesekelilingnya yang kembali terang. Sadar tangannya masih memeluk badan Mark, dia segera menjauh.

"Maaf" ucapnya cepat

Mark hanya mengangguk. Sepertinya dia menyesal karena hal itu harus berakhir.

"Sekarang tidurlah!" Ucap Mark

Tim mengangguk

For the First Kiss Forever (Completed) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang