Korea page 2

101 3 0
                                    

Hari ini cukup. Baginya tak ada yang lebih nyaman dari tempat tidurnya di jakarta. Tapi apa daya. Sekarang dia di korea. Kamarnya minimalis lengkap dengan konsep ungu yang feminim. Tempat tidur, meja belajar dan almari cukup sebagai pelengkap. Warna putihnya serasi dengan cat ungu yang mendominasi.

Tubuh mungil dia rebahkan di atas kasur. Matanya sejenak terpejam. Pandangannya gelap. Hanya beberapa saat. Setelah itu, samar dia melihat bayangan seorang pria. Pria itu pucat. Badannya ramping, tinggi. Dan wajahnya...... aghr! Aku tak dapat melihat wajahnya. Siapa dia?

Bayangan itu memudar bersama dengan katup mata Sunny yang terbuka. Punggungnya dia sandarkan ke sandaran tempat tidurnya. Wajahnya sedikit berminyak. Biasa terjadi saat wanita baru bangun tidur.

Sunny mengingat-ingat mimpinya tadi. Setiap penggalnya terpotong tak beraturan. Semakin di ingat, penggalan itu semakin berhambur, lalu menghilang. Hanya 1 yang jelas gadis itu ingat. Seorang pria berkulit pucat.

Ingatannya berputar pada kejadian sore tadi. Ryu? Sepertinya bukan. Pria di mimpinya tampak begitu manis. Jauh berbeda dengan Ryu dengan rambut acak-acakan dan style ala pembuat onar.

Siapa pria itu sebenarnya?

Masih di kota Seoul. Seorang pria duduk di depan meja belajarnya. Buku jelas terbuka disana. Tapi pikirannya berkeliaran entah kemana.

Di kamar bernuansa biru itu, Mark tengah menggali sepenggal kisah indahnya bersama Tim. Tak ada foto atau video pelepas rindu. Hanya ada memori di otaknya yang terus mengulang peristiwa indah. Satu hari terakhirnya bersama Tim.

Pria itu tersenyum, tertawa dan sesaat ekspresinya berubah sedih. Begitu menyiksa. Wajah tampannya tak lagi sempurna, karena tak ada senyum sebagai penghiasnya.

Malam telah larut. Tapi mereka belum tertidur juga. Tanpa disadari mereka saling mengenang. Bahkan bila ini ketentuan tuhan, apa sesulit ini jadinya? Cinta akan menemukan rumahnya. Itu pasti.

* * *

Sun Min Ah Kwan

Nama itu jelas tertera pada layar smartphonenya. Senyum mengembang, bukan tanpa alasan. Tapi karna gadis itu tau dia di terima di Universitas favoritnya.

"Papih!" Teriaknya keras. Dengan riang dia berlari keluar kamar.

"Ada apa?" Pria paruh baya itu melongo melihat kehebohan anak gadisnya. Laptop di hadapannya dia tutup. Berusaha fokus pada Sunny.

"Aku diterima di Universitas Hanyang!" Ucap gadis itu girang. Senyum tak kunjung tenggelam.

"Oh serius? Jadi anak papih ini bentar lagi mau jadi mahasiswa ya?" Cibir pria itu. Tangannya mengusap halus rambut anaknya

Sunny hanya tersenyum "aku ke kamar dulu ya!" Ucap Sunny selanjutanya

Gadis cantik itu beranjak pergi. Tak lupa pipi ayahnya dia kecup singkat. Tanda kasih sayang.

Tak ada yang lebih membahagiakan dari kabar baik ini. Sunny berniat menelpon mamanya dan Jackson di Jakarta. Sekarang di Seoul jam 10.15 pagi, berati di Jakarta masih Jam 08.15. Pasti mama masih di rumah.

Jari lentik Sunny bermain diatas layar smartphonenya. Mencari nomer telpon yang ingin dia hubungi segera.

"Hay mih!" Ucap Sunny seketika gambar mamanya muncul di layar

"Hay! Kamu lagi ngapain disana?" Tanya mamanya

"Aku lagi mager nih. Biasa"

"Ah kamu kebiasaan!" Ucap wanita paruh baya disana

Gadis itu hanya tertawa "oh ya! Aku diterima di universitas Hanyang loh ma!" Ucap Sunny malu-malu

"Serius? Kabar baik nih. Jackson! Sini! Ada kabar baik!" Teriak wanita dalam Telpon. Jelas tidak sedang bicara dengan Sunny.

For the First Kiss Forever (Completed) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang