Second

134 4 6
                                    

Bising suara motor memecah keramaian. Anak-anak yang tengah berjalan segera menyingkir melihat dua motor mendekat ke arah mereka.

Mata hitam Tim tertarik pada tulisan yang terpampang di sebuah gerbang besar. Los Angeles International School. Sekelebat bayangan abu-abu muncul di otaknya. Tidak asing. Tapi dimana aku pernah mendengarnya?

"Tim! Lu mau tetep di sini atau ikut gw?" Suara Mark yang masih duduk di motornya. Matanya berusaha menengok Tim yang terus diam di belakangnya

Mattew yang kesal segera menjentikkan jari di depan wajah gadis itu.

"Eh.... kenapa?"

"Udah sampe woy! Lu pengen mbuat gw sama Mark di sangka orang gila gara-gara ngomong sama jok kosong?" Sinis. Mattew benar-benar tidak tau cara memperlakukan seorang gadis dengan benar.

"Iya maaf" segera turun dari motor sport putih milik Mark " Kayanya gw inget sesuatu. Tentang tulisan di gerbang tadi! Tapi nggak jelas" Tim ragu. Wajahnya menunduk, higga rambut panjangnya terurai berantakan

Cowok berbadan tinggi di sampingnya memukul pundak Tim halus. Berusaha memberi semangat pada teman barunya itu.

"Ayo Mark. Yang lu tepuk itu cuma angin kosong"

Gadis mungil itu mengernyit sebal. Kenapa ada makhluk sesinis itu? Pedas. Padahal dia bisa liat gw. Tapi omongannya kaya gw nggak pernah ada. Kejam.

Senyum Mark menyeret Tim kembali. "Tenang aja. Mattew aslinya baik kok"

Baik apanya? Jelas-jelas omongannya kaya pembawa acara gosip ternama. Sedikit, tapi langsung mbuat hati sakit.

Tim tersenyum kecut. Untung butuh. Kalo engga, bisa kena lemparan sandal tu bocah.

Mark dan Tim segera berjalan. Menyusul Mattew yang sudah jauh di depan.

Mereka berbelok masuk ke sebuah ruangan dengan cat tosca. AC terpasang di setiap sudutnya. Mark dan Mattew duduk berdampingan. Sepasang mata hitam menjelajah, mencari kursi kosong di sekitarnya. Hanya ada 1, tepat di depan Mattew.

Tim segera melangkah dan duduk disana. Di depan orang yang slalu bersikap sinis padanya.

"Ngapain lu duduk disini?" Suara Mattew lirih. Punggungnya bersandar pada kursi besi yang ia duduki

"Suka-suka gw lah. Lagian nggak ada yang liat kecuali lu sama Mark" duduknya tak terusik. Seakan telah kebal dengan sikap pahit cowok di belakangnya. Persis seperti ekspreso.

"Selamat pagi!" Seorang gadis semampai mendekat. Tas ranselnya ia letakkan di meja. Sedangkan kursinya tengah di duduki makhluk tak kasat mata. Tim.

"Ja...." Ucapan Mattew tercekak. Susah payah salivanya meluncur ke tenggorokan. Sudah terlambat. Gadis semampai itu telah duduk di tempatnya.

"Jane?" Panggilnya memastikan gadis di depannya baik-baik saja

Gadis di depannya tak menoleh. Merasa itu bukan namanya.

Tangan Mattew bergerak. Berusaha menggapai pundak gadis itu. "Jane!" Ucapnya lagi

"Lu lupa nama gw? Perlu kenalan lagi?" Ucap gadis di depannya itu dengan sinis

"Mampus!"

"Siapa yang mampus?" Mark menoleh ke   arah sahabatnya itu

Mattew masih diam. Setengah bibirnya terbuka.

"Oh ya! Ngomong-ngomong Tim dimana?" Pria itu masih duduk. Matanya berusaha nencari gadis mungil yang dia bawa ke sekolah

Telunjuk pria sinis itu membuka. Jelas terarah lurus menunjuk gadis di depannya. Matanya masih terbuka lebar.

For the First Kiss Forever (Completed) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang