Pak Komedi

70 0 0
                                    

Belajar di kelas

Proses belajar mengajar di Pesantren tidak jauh berbeda dengan sekolah pada umumnya. Yang berbeda hanya penyajian yang diberikan oleh masing-masin guru.

Satu hal yang menjadi kewajiban bagi guru sebelum belajar adalah memberi semangat serta motivasi bagi santri dalam menggapai cita-cita yang telah diucap saat pertemuan pertama di kelas.

Baik itu guru pria atau wanita memiliki metode sendiri dalam mendidik santri agar pelajaran yang diberikan mudah dicerna oleh santri dengan baik.

Salah satu guru yang membuat Petrik cepat mengerti, heran dan tidak bisa berkutik saat beliau mengajar adalah Pak Komdi atau Bapak Komedi. Guru yang ringan tangan namun disukai banyak santri saat mengajar.

Pak Komdi memiliki skuter buatan Italia tahun 60an, "Vespa Maha Dasyat," sebutan keren bagi beliau yang selalu datang tepat waktu ke Pesantren.

Kedatangan beliau selalu ditunggu, baik untuk mengajar ataupun bermain tennis meja. Kenapa tenis meja ?, karena beliau lah satu-satunya guru yang paling berani keluar masuk kelas untuk bermain tenis meja dengan kepala sekolah.

Terkadang, jam belajar santri selesai dalam waktu yang lama, karena menunggu Pak Komdi selesai bermain tenis meja.

Satu peristiwa yang masih membekas bagi Petrik terjadi pada sahabatnya bernama Bona yang masuk kelas setelah 30 menit bel sekolah berbunyi.

Bona masuk kelas tanpa mengucap salam dan langsung duduk tanpa izin dari Pak Komdi.

“woi dari mana bos,” teriak Pak Komdi yang sedang mengajar.

Bona yang ketika itu tengah terburu-buru mengacuhkan pertanyaan Pak Komdi dan langsung duduk di bagian paling belakang.

Sambil mengangkat tangan dan mengarahkan tiga jari, telunjuk, jari tengah, dan jari manis ke teman sebangku Bona,
“tigaaaa,! Teriak beliau.

Perintah untuk putra yang langsung duduk tegap, "tak tak tak,"bunyi pukulan ke bahu Bona.

Pak Komdi langsung menuju meja Bona, "plak plak plak," pukulan dari Pak Komdi ke bahu Bona.

“gitu caranya,“ ujar Pak Komdi,

Bona yang tengah mengusap bahu hanya bisa diam dan tidak banyak berkomentar.

"Sakit Pak," kata Bona dengan nada tinggi.

"Makanya jangan telat dong, hargai temanmu yang lagi belajar, masuk tidak baca salam, baju tidak masuk juga," jelas Pak Komdi.

"Iya pak," jawab Bona dengan tertunduk.

Kadang, saat Pak Komdi mengetahui muridnya mengeluh dengan hukuman yang diberikan, 'semua itu pantas diberikan," begitulah penyampaian Pak Komdi.

Jika ada yang tidak suka, beliau langsung mengucapkan,“saya orang paling berani nomor 2 di pesantren ini”, ucap Pak Komdi saat memberi pengertian pada santri.

“nomor satu siapa ya pak,"tanya Petrik.
“nomor satu nggk usah saya sebut," jawab Pak Komdi.

Sampai sekarang, jawaban dari Pak Komdi masih menjadi misteri bagi Petrik dan santri lain. Banyak kisah yang masih bisa diukir dan diceritakan. jika dituliskan semua, nggk bakal selesai ni cerita.

Lika Likuku Ala PesantrenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang