Pukulan Kemana-mana

48 0 0
                                    

Back to Lika Liku

Karena cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang pemuda yang tinggal di Pesantren, nggk mungkin juga pada ending cerita terdapat peristiwa balas dendam yang berujung penyesalan, hehe.

Maklum, masih amatir.

Oke, cerita Lika Liku ala Pesantren masih berlanjut, tentunya dengan kejadian dan pengalaman yang lebih seru.

***
Satu ekstrakulikuler yang pernah diikuti selama di Pesantren adalah Tapak suci.

Salah satu kegiatan yang mengajak santri agar bisa menjaga diri serta membela yang lemah. Power Ranger kali ...

Istilah orang minang, “musuah pantang dicari, basuo pantang dielakan”

Bagi pesilat, tidak ada keinginan mencari musuh, yang ada hanya perdamaian. Namun, ketika bertemu dan sudah mencari masalah. Demi menjaga harga diri, pantang bagi seorang pesilat untuk menghindar. Hmmm …

Badan Petrik yang masih gemuk, sukar untuk bergerak leluasa. Ketika disuruh pemanasan, Petrik lebih sering mengeluh karena jumlah push up dan sit up sangat banyak.

***
Saat pergantian sabuk ke tingkatan yang lebih tinggi. Ujian dilaksanakan di salah satu hutan yang berada di belakang pesantren. Nuansa menakutkan dan horor sangat mudah dirasakan. Santri yang  mengikuti silat disuruh berlari dari pesantren ke hutan. Jarak hutan cukup jauh, sekitar 10 kilometer.

Ujian dimulai,

Kamis, sekitar jam 11 malam, pemanasan dilakukan sebelum ujian dimulai. Setelah melakukan berbagai macam tes, satu ujian yang tidak terlupakan oleh Petrik adalah ketika dia dan santri lain diminta mengikuti lilin yang disusun sejajar di jalan setapak. Jarak lilin yang diberikan panitia sekitar 25 meter per lilin. Teman-teman Petrik banyak yang merasa takut dan juga ada yang terlalu bersemangat berani melewati jalanan yang gelap.

Kejadian memalukan dialami Petrik saat mulai melewati jalan hutan, beberapa senior sengaja menyamar menjadi makluk halus seperti pocong atau hantu-hantu lainnya. Diawal perjalanan masih terasa aman, tangan siap memukul serta kaki siap berlari jika ada kejutan yang mendatangi Petrik.

Suara aneh terdengar oleh Petrik disertai adanya seseorang yang lewat di belakang,
Siap-siap dan siaga 1,
“ciiaaaa”, suara hantaman Petrik kearah yang tidak tentu.

“Ya allah, Mami,” ujar Petrik merinding.

(Bletaaakkk), pukulan Petrik tepat mengenai seseorang yang lewat dekatnya.

Petrik tidak menyangka akan mengenai sesuatu saat pukulan ke segala arah dilepaskan.

Selain itu, ada yang pinsan, ada juga yang hanya lewat begitu saja tanpa memperhatikan hantu tersebut.

Saat giliran sahabat Petrik yang bernama Squid, terjadi kecelakaan pada senior yang juga datang secara tiba-tiba.

Squid yang sangat takut dengan kegelapan, hanya bisa berpusat pada lilin yang dilewati. Sesekali tangan kiri dan kanan di putar dan melepaskan pukulan kesegala arah. Reflek, tangan Squid langsung memukul kepala senior yang sedang bertugas.

(bug bug tak) bunyi tangan mengenai sebuah benda bulat besar
“aaaaaa,,, kepala ku” teriakan Squid.

Squid yang takut, langsung kabur sampai akhirnya menemui lilin yang terakhir.

Senior masih meredam kesakitan,
“aduueehh”, meringis kesakitan.

Kembali ke Petrik

Akhirnya, setelah 30 menit berlalu, Petrik sampai di lokasi lilin yang terakhir. Petrik langsung dimarahi oleh guru silat karena Petrik berlari. Padahal, sudah ada pernyataan dengan guru sebelum ujian
“tidak ada yang boleh berlari apapun yang terjadi kecuali ada perintah dari guru,”
Petrik berlari karena takut dengan hantu yang sebenarnya adalah seniornya sendiri.

Beliau dipukul pas pada bagian tengah sebelah kanan lubang hidungnya. Ujian selesai dan semua kembali ke Pesantren, ada yang malu dan ada yang bangga.

Lika Likuku Ala PesantrenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang