Tidur di Atap

62 0 0
                                    

Satu kejadian yang belum terlupakan bagi Petrik dan santri diasrama Ibnu Sina 02 adalah ketika maling tiba-tiba saja mencuri semua pakaian termasuk segitiga pengamanan alias celana dalam yang sudah bolong pada bagian tengahnya.

Maling biasanya beraksi setiap malam jumat dengan kemampuan yang telah dibekali dengan ilmu silat.

****
“maliiiing…,” teriak salah seorang santri saat berada di toilet dekat jemuran.

Maling terlihat bisa meloncat tembok pembatas kawasan warga. Bunyi tembok tergorespun terdengar jelas, terbukti dengan adanya sisa cakaran tangan manusia pada dinding yang berlumut.

Goresan bekas jari tangan yang menempel masih belum dihapus karena terlalu dalam menempel di dinding, sehingga tanda tersebut bisa digunakan sebagai bukti nyata masih banyaknya tingkat kriminal menuju kawasan pesantren.

Selain kejadian maling yang belum pernah terungkap siapa detail pelakuknya, kejadian unik masih Petrik alami saat tidur di masjid.

Di Pesantren, santri dibebaskan mau tidur di masjid atau di asrama. Dalam seminggu, Petrik menyempatkan tidur di masjid sebanyak dua sampai tiga kali.

Kebanyakan Petrik tidur di masjid setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.

Kejadian aneh dialami oleh teman Petrik yang tidur di saf pertama saat malam kamis. Petrik dan Zohir tidur di saf yang berbeda, sehingga saat bangun tidur, mereka berpindah dari saf depan ke saf yang berbeda masing-masingnya.

Petrik yang tertidur di saf ketiga, kemudian pindah ke bagian belakang masjid, tepatnya di saf solat wanita. Selain itu, Zohir yang tertidur di saf pertama, setelah bangun, ternyata sudah berada di atap asrama dengan kondisi masih tertidur pulas.

Paginya ***
(kraakkk, teng teng) bunyi atap yang terdengar keras di kamar Ibnu Sina 01.

“astaga… itu si Zohir bukan ?”  tanya Bokir, salah satu santri terculun di asrama.

“oh iya, woiiii Zohiiieeerrr,” teriak Carlos si pecinta nasi goreng kantin umi di Pesantren bersama Bokir ke atap.

Zohir terbangun dan terkejut melihat tempat tidurnya sudah menjadi atap.

Semua santri melihat ke atap, ada yang tertawa, dan ada yang merinding saat melihat kejadian yang dialami Petrik dan Zohir.

Ustad datang dan langsung memberi nasehat buat semua santri setelah Zohir turun dengan cara melompat, kemudian disambut dengan kasur setebal 10 tingkat.

Alhasil,
Nasehat dimulai,“kalau mau tidur, jangan sampai merebahkan badan di saf terdepan. Terkadang, ada jin yang sedang melakukan solat berjemaah disana, perhatikan lokasi tidur dan jangan lupa berdoa sebelum tidur”.

Lika Likuku Ala PesantrenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang