Jalur Bumi

64 0 0
                                    

Petrik memiliki teman yang unik di Pesantren. Banyak keanehan yang terlihat oleh Petrik darinya. Namanya Bumi pangilan bum bum. Badan mungil, kulit putih dan setiap hari tidak pernah bangun tidur sendiri, hanya bisa jika mendengar tongkat Kepala Asrama.

Petrik menjadi salah satu teman dekat Bumi, dia juga sangat menghargai perangai Bumi yang tidak menentu. Bumi suka menyendiri dan sering dibuli oleh santri lain. Petrik sepertinya ditakdirkan bersahabat baik dengan Bumi, tiga tahun pindah asrama dan pindah kelas, Petrik tetap masih satu asrama dan satu kelas dengan sahabatnya asal Pulau Sipora.

Salah satu keanehan Bumi yang tidak terlupakan kemudian menjadi viral bagi seluruh santri adalah Bumi yang selalu berjalan menggunakan jalur yang itu-itu saja. Misalkan, jika Bumi ingin pergi ke dapur, setiap santri biasanya menggunakan jalur depan asrama Ibnu Sina 01, Amir Ali 02, kemudian bagian depan masjid. Sedangkan Bumi tetap dengan pendiriannya menggunakan jalur yang berbeda dari yang lain. Bumi akan melewati jalur yang berada di belakang asrama, kemudian menuju ke lapangan basket, dan terakhir menuju bagian samping masjid. Walau hujan badai, petir, atau tengah malam sekalipun, Bumi akan melewati jalan yang sama. Begitu juga dengan jalur yang dilalui Bumi untuk sampai di kelas, kantin serta tempat-tempat lain yang akan dituju.

Terkadang, beberapa santri jahil terhadapnya, jalur yang biasa dilalui dihambat oleh enam orang berdiri sejajar. Walau ada yang menghambat, Bumi tidak akan melewati mereka dan menunggu santri tersebut pergi dari jalur yang dilewati.

Contoh lain, saat pertandingan bola antar asrama. Bumi tetap melakukan tindakan aneh tersebut.
(gemuruh suara semangat masing-masing pendukung),
Tiba-tiba bumi datang melewati jalurnya, "weeeiii, keluar weiii," teriak wasit.
Semua pendukung tim tertawa melihat wasit yang kewalahan mengejar Bumi. Saat itu, pertandingan final berlangsung sengit, skor masih 3 lawan 3, tersisa 3 menit waktu normal.
(prriiiiittt), suara peluit yang tersembur keras. Permainan dihentikan sementara sampai Bumi tertangkap dan kemudian langsung diangkat oleh 5 orang pemain bola sekaligus.

Pertandingan menjadi kacau, karena bola yang dimainkan mengarah ke Bumi yang sedang berlari kencang menuju kantin. Para santri mengetahui bahwa yang berteman dekat dengan Bumi adalah Petrik. Seketika itu, Petrik langsung dipanggil untuk menenangkan Bumi yang hampir terlihat seperti orang yang kerusupan saat tubuhnya ditahan oleh pemain bola.

3 menit kemudian, Petrik datang dari asrama membawa sarung favorit milik Bumi,
"nih, sarung kamu," Bumi yang biasanya mengikuti perintah Petrik langsung melemparkan sarung yang penuh dengan pulau-pulau kecil alias air liurnya Bumi.
Bumi yang berbadan kecil terlepas dari pemain bola yang menahannya, Bumi kabur menuju lapangan yang masih ramai dengan pemain bola yang sedang duduk bersantai. Bumi kembali menuju jalur yang dilalui, semua pemain termasuk pendukung masing-masing tim terdiam dengan kelakuan Bumi. Jalur dibuka selebar-lebarnya untuk Petrik seorang agar pertandingan bisa dimulai dan selesai dengan skor yang jelas.
(priiiieeeettt) ...
Pertandingan dimulai kembali, 3 menit tambahan waktu belum bisa merubah skor permainan yang masih seimbang.

Akhirnya, pertandingan diselesaikan dengan cara adu pinalti. Beberapa bola masuk ke gawang dari kedua tim kesebelasan. Pada akhir kesempatan penalti, salah satu pemain tidak dapat menjebol gawang lawan. Kesempatan emaspun benar-benar dimanfaatkan oleh pemain terakhir yang akan menendang.

Semua penonton mulai penasaran dengan apa yang akan terjadi. Mata masing-masing pemain bola tertuju fokus kepada penendang terakhir. Dari sudut lapangan tiba-tiba saja Bumi berlari sesuai dengan jalurnya. Dan, saat bola mulai di tendang. Entah apa yang ada di benak Bumi, saat pemain terakhir menendang bola, tiba-tiba Bumi datang dari sebelah kanan depan gawang,
(bletak, bruukk) bola tepat mengenai kepala Bumi saat berlari melewai jalurnya.

Teriakan pendukung dan tertawa supporter lawan menyertai rebahnya Bumi yang menahan sakit di kepalanya.
Bumi kembali dibawa oleh 5 pemain yang sama ke tempat yang berbeda, yaitu ruang kesehatan asrama. Walau kepala pusing, Bumi tetap meminta 5 orang yang mengangkatnya berjalan mengikuti jalur yang biasa Bumi lewati sampai di ruang kesehatan tersebut.

Di lain waktu.

Persistiwa Bumi yang memiliki keunikan serta sangat berbeda dengan santri lain menjadi salah satu catatan penting Ustad yang membina kamar Ibnu Sina 02.

Petrik sudah mengetahui keadaan temannya semakin penasaran dan mengulang kembali pertanyaan yang terlontar saat menemani Bumi pergi membeli nasi goreng di malam hari.
Pertanyaan yang membuat Petrik bisa belajar salah satu hal mengenai kekonsistenan seseorang yang dalam mengarungi kehidupannya. Hanya Bumi yang memiliki tingkah laku seperi itu, langka dan satu-satunya yang ada di pesantren.

"Saya sengaja membuat jalur seperti itu untuk memperlancar kinerja otak, detail jalur selalu saya ingat untuk melatih memori menghafal yang dimiliki. Tidak akan ada santri yang hafal jalur yang saya lewati. Hanya Saya yang bisa dan hanya Saya yang punya", Jelas bumi saat Petrik menarik tangannya ketika jalur yang biasa dilewati langsung dialihkan oleh Petrik, karena jalur tersebut digunakan sebagai lapangan takraw.

Lika Likuku Ala PesantrenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang