Cinta Sipil

547 34 0
                                    

Bagian 1

Pagi itu Tono mendapat tugas di area jalan Jagir. Bersama satu regu Mawil Hansip (sekarang Satpol PP), akan merazia pedagang liar di sana. Sudah tiga kali mereka melayangkan surat peringatan,  namun para pedagang itu tak menggubris. Tambah lama semakin banyak saja yang memenuhi bahu jalan dengan bermacam barang.

"Saatnya menegakkan kedisiplinan!" beberapa petugas berteriak membakar semangat anggota yang lain.

Tono turun dari mobil dinas, berbekal pentungan pendek dan percaya diri luar biasa ia berjalan ke lapak buah. Anggota Mawil Hansip yang lain menyebar.

Pelan-pelan sepatu hitamnya menapak jalan, menendang beberapa kerikil kecil dari lubang-lubang kecil aspal.

Pandangannya menyisir jalan yang penuh pedagang kaki lima liar, membuat jalan utama itu semakin macet. Mobil,  motor,  pembeli yang parkir sembarangan menambah keruwetan.

Mata Tono melotot, mulut meringis, pentungan di pukul-pukul pada telapak tangan. Tak lupa dagu diangkat tinggi dan dada yang sedikit berotot dibusungkan. Seragam hijau apelnya berkilau terkena cahaya matahari.

Para pedagang panik melihat 'musuh bebuyutan' datang. Mereka berusaha menyelamatkan barang dagangan, memasukkan cepat-cepat ke dalam gerobak. Jeritan, makian dan kata-kata mutiara ala arek Suroboyo berhamburan dari mulut para pedagang. Mereka tak menghiraukan pembeli yang juga ikut ribut minta dilayani.

"Perhatian-perhatian, harap segera mengosongkan jalan ini! Kalau tidak mau barang-barang kami sita!"

Pedagang ribut, mereka berlarian bingung. Beberapa melupakan alas dagangan langsung masuk angkot yang kebetulan lewat dengan membawa apapun yang bisa dibawa.

Diantara keruwetan itu, 
Ada seorang penjual buah salak yang sedang termenung. Menunduk. Matanya berkaca-kaca, dia tidak menyadari kalau ada seorang pria berambut ikal yang mengangkut keranjang buahnya.

"Mbak Yu, tebus daganganmu di kantor. Ini kami sita." kata Tono ketus, diangkat keranjang yang tidak terlalu besar itu dengan kedua tangan dan meletakkan pentungan di atas keranjang salak.

Wanita penjual salak tergagap. Ia memandang Tono bingung. Ini hari pertamanya berdagang. Sungguh sial, belum juga ada pembeli datang sudah diangkut petugas.

Air bening menetes, bujang beralis tebal itu tergetar melihat mata bulat yang menatapnya.Menembus hatinya.

Di hadapannya terduduk seorang 'Mbak Yu' yang terlihat sangat menyedihkan dan ... cantik.

"Bawa aja, Pak ... Saya nggak mau nebus." Kamini berdiri perlahan, mengibaskan rok hitam selutut dan berjalan gontai menjauh. Bahunya berguncang,  isakan tangisnya begitu menyayat pendengaran Tono.

"T- tunggu, Mbak Yu!" Tono mengejar Kamini,  keranjang buah diangkat di atas kepalanya.

Wanita itu menoleh kebelakang, dia ketakutan melihat petugas yang berlari ke arahnya. Berteriak sambil memanggul keranjang.

'Jangan-jangan aku juga akan di tangkap! Aduuuh siaal!' pikirnya kalut.

Kamini berlari, roknya di angkat tinggi-tinggi memperlihatkan paha kuning langsat.

"Mbak Yu ..."

Bersambung

Cinta Sipil (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang