Cinta Sipil 2

316 28 0
                                    


"Mbak Yu ..." Tono berusaha mengejar wanita penjual salak, larinya sungguh cepat seperti terbang. Tono kuwalahan. Tersengal. Terdengar 'hah hah' keras.

Ia kehilangan jejak tepat di sebuah gang kecil. Di dalam gang ternyata banyak jalan tikus bercabang-cabang.

Tono menurunkan keranjang buah, ia duduk di bawah pohon. Menyerah. Selonjoran. Tangan berotot mengambil satu buah salak, dikupas dengan gemas lalu dijejalkan ke mulut.

Ia memikirkan tatapan mata itu. Begitu keras namun lembut. Entah kenapa ada desir aneh menyapa.

Sebenarnya banyak gadis yang suka, kecuali saat bertugas.Tono adalah lelaki pendiam. Ia kikuk di depan wanita. Sampai usia 27 tahun dia belum pernah jatuh cinta.

Tono ingin merasakan cinta membara,  ia sudah bosan dikejar-kejar wanita. 'Mbak Yu' yang baru saja ditemui tadi bisa meluluhkan hati.

Lelaki itu membawa keranjang buah menuju mobil dinas yang sudah penuh dengan hasil sita.

Mereka kembali ke kantor dengan riuh, bercerita kejadian lucu saat merazia pedagang liar.

***

Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Tono dan kawan-kawan bersiap razia malam. Kali ini bukan pedagang yang akan digempur,  melainkan 'wanita nakal' kelas rendah yang mangkal di sekitar rel kereta api Wonokromo.

Kalau pelacur high class bukan bagian mereka,  sudah ada petinggi lain yang menangani.

Sebenarnya ingin juga anggota Mawil Hansip merazia yang high class,  lumayan dapat pemandangan tubuh molek sekalian nyolek dikit-dikit. Sementara pelacur kelas rendah hanya perempuan-perempuan setengah baya dan banyak wanita jadi-jadian.

"Siap berangkat!" teriak pemimpin regu.

"Siap!"

"Ingat! Jangan sampai tertipu rayuan mereka.  Angkut semua yang tertangkap, mengerti!"

"Siap!"

Para lelaki gagah segera meluncur ke tempat razia. Perjalanan mulus karena sudah larut malam. Tidak banyak kendaraan di jalan.

Tono turun dari mobil dengan semangat. Ia ingin menangkap 'wanita nakal' sebanyak-banyaknya. Mereka akan diberi pencerahan dari dinas sosial dengan harapan akan menjadi manusia baik bila sudah lulus rehabilitasi mental dan sedikit keterampilan untuk usaha.

Nyatanya,  setelah keluar dari dinas sosial banyak diantara mereka kembali lagi menjual diri.

Satu. Dua. Ia melihat ada dua orang wanita paruh baya yang sedang transaksi. Pelanggan mereka kebanyakan tukang becak, preman jalanan dan buruh kasar di area sekitar pasar.

Mereka tidak perlu cek in di hotel karena di dalam becak tertutup bahkan hanya mojok berselimut sarung pun sudah bisa memuaskan laki-laki hidung belang.

Tong berisi air juga sudah disiapkan, ada beberapa tong di sana. Setelah hasrat tersalurkan tidak perlu repot-repot mandi, apalagi keramas. Cukup dibilas air dari dalam tong dan 'wanita nakal' siap menjajakan tubuhnya kembali.

Tono meniup peluit keras-keras, membuat transaksi di depannya gagal. Pelanggan laki-laki segera angkat kaki,  sementara wanita malam menjerit-jerit heboh dulu baru berlari.

Tono mengejar wanita berbaju merah. Pentungan diacungkan.

"Berhenti! Berhenti!" Teriak Tono. Namun wanita itu tak menggubris,  ia melepas sepatu hak tinggi dan dilemparkan kearah Tono. Meleset. Sepatu jatuh di semak-semak.

Wanita itu terus berlari, ia melihat tempat persembunyian. Segera ia melompat masuk ke dalamnya. Meringkuk ketakutan. Berdo'a setulus hati supaya tidak tertangkap.

Tono tersengal. Lelaki berperawakan sedang itu mengatur napas dan menuju sebuah tempat. Ia tadi melihat pelacur berbaju merah bersembunyi di sana.

"Bodoh!" Tono memaki. Ia melihat sebuah tong, ternyata wanita itu masuk ke sana. 

Tono menarik nafas panjang,  mengumpulkan energi dan memusatkannya ke kaki. Dengan sekuat tenaga,  ia tendang tong itu hingga berguling.

"Aaaah ..." Terdengar teriakan menggema dari dalam tong yang ternyata tidak berisi air. Tong terus berguling-guling hingga berhenti sendiri. Menabrak pohon sono kembang.

Dengan terhuyung,  keluarlah wanita berbaju merah. Riasan hancur, rambut berantakan, bajunya tak karuan. Dengan mudah Tono memborgol kedua tangan perempuan itu dan menggelandangnya.

"Ampun, Pak.Tolong lepaskan saya. Anak saya menunggu di rumah, Pak ..." Perempuan itu merengek. Tono tidak peduli, ia terus mendorong tubuh yang mengeluarkan aroma wangi menyengat itu menuju mobil.

Tak sengaja ekor mata Tono melirik ke arah penjual mie tok-tok seberang jalan. Di antara pembeli, dia melihat seorang perempuan berambut panjang sedang membetulkan jaket.

"Mbak Yu ..." lirihnya.

Bersambung

Cinta Sipil (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang