Happy reading....
Malam gelap terasa mencekam karena dibarengi dengan hujan deras dan juga petir yang terus menyambar dengan bunyi menggelegar. Lorong yang biasa sunyi entah kenapa tiba-tiba ramai oleh orang-orang yang tengah berpelukan. Raja tersenyum tipis dengan langkah yang terhenti untuk beberapa saat. Ia menatap bunga mawar merah di tangannya. Raja baru saja terbang dari Indonesia dan langsung menuju rumah sakit tempat Hanna di rawat. Sungguh cowok itu sangat bahagia dengan jantung yang berdebar hebat karena menahan rindu. Sebentar lagi Ia akan bertemu dengan Hannanya.
Dengan langkah pasti, cowok itu berjalan mendekati keluarga Hanna. Perlahan saat mereka semakin dekat, suara tangis pilu terdengar samar-samar. Langkah Raja kemudian entah kenapa terasa berat. Perasaan senang yang tadinya menggebu berubah menjadi kekhawatiran yang menyesakkan. Pikiran tentang kemungkinan yang tidak ia inginkan terlintas begitu saja di kepalanya. Sekali lagi cowok itu menarik nafasnya dalam lalu mencoba berpikir positif. Itu pasti tangis haru karena operasi pengangkatan tumor di kepala Hanna berjalan dengan lancar dan sebentar lagi mereka akan pulang ke Indonesia bersama.
Kembali Raja melangkah mendekat. Hingga akhirnya berhenti tepat di depan Mama dan Papa Hanna yang kini sudah terduduk di kursi tunggu dengan tangis yang semakin kuat.
"Om, tante kenapa?" Tanya Raja pada Roy yang baru menyadari keberadaannya. Pria paruh baya itu nampak lebih tenang dari orang disebelahnya. Tak ada tangis, hanya ada gurat lelah dan kesedihan yang mendalam di wajahnya.
Lama menunggu jawaban sampai akhirnya Raja memutuskan mengintip apa yang terjadi di dalam lewat celah kecil di pintu. Cowok itu tak membiarkan pikiran negatif mengambil alih perasaannya. Walau kini dadanya terasa sangat sesak seperti terhimpit sesuatu yang besar.
Alih-alih mendapatkan apa yang ia inginkan Raja tak bisa melihat apa-apa dari sana. Nampaknya semua akses sudah di tutup. Sungguh ia butuh kejelasan sebelum dadanya benar-benar meledak saat ini juga.
Raja kemudian memilih menyenderkan tubuh pada tembok dibelakangnya sembari menatap ke arah orang tua Hanna dengan pandangan datar. Mungkin mereka hanya terlalu khawatir, pikir cowok itu lalu kembali menatap bunga di tangannya. Perlahan senyumnya kembali terbit dengan indah. Ia menatap ke seluruh penjuru saat melihat sekilas bayangan Hanna tersenyum ke arahnya. Dan benar saja, gadis itu tengah berdiri di ujung lorong dengan gaun berwarna putih yang sangat cantik. Dia tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat. Dengan penuh rasa bahagia, Raja berlari kecil ke arah di mana Hanna berada. Sudah Raja duga, gadisnya pasti baik-baik saja.
"Hanna," ujar Raja saat gadis itu tiba-tiba pergi sambil melambai ke arahnya. Hanna berjalan pergi hingga punggungnya perlahan menghilang di balik tembok. Raja mempercepat langkahnya tetapi saat berada di ujung lorong yang ia tuju, Hanna sudah tidak berada di sana. Cowok itu masih tersenyum sambil menggelengkan kepalanya kecil.
"Kamu tau aku nggak suka bercanda, tapi karena aku kangen lo jadi nggak apa," gumamnya sebelum melangkah menuju ke arah mana Hanna pergi. Entah kenapa kakinya tak bisa bergerak sedikitpun. Sekuat tenaga Raja berusaha dan tetap tak bisa. Kembali lagi cowok itu menatap ke tempat dimana kamar Hanna berada. Beberapa detik kemudian, ranjang rumah sakit keluar dari kamar itu dan setelahnya dapat ia lihat wanita paruh baya yang tadi menangis pilu jatuh pingsan di lantai yang dingin. Roy masih nampak membeku hingga tak menahan istrinya yang jatuh begitu saja. Sama halnya dengan Roy, Raja masih diam dan berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi sebelum pandangannya jatuh pada tubuh yang sudah tertutup kain di ranjang yang kini di dorong beberapa perawat entah menuju ke mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy 2
Teen FictionSequel of My Cold Boy. Apa kalian masih ingat dengan rasa sakit dan tawa mereka? Pertemuan kembali membawa cerita baru bagi mereka. Akankah rasa sakit itu tetap sama? Bisakah mereka melewati semuanya kali ini? Bagaimana jika memang mereka tidak di...