My Cold Boy2 (02)

3.5K 205 33
                                    

Happy reading....

Pagi yang cukup cerah ditambah kicauan burung yang hinggap di pepohonan membuat cowok yang kini berdiri gagah dengan seragam panitia menatap ke atas sejenak. Baju polo berwarna abu tua dengan celana jeans hitam membalut tubuhnya dengan sempurna. Topi hitam yang ia gunakan sebagai pelindung mata terlihat sangat keren dan gagah. Ban di lengannya yang bertuliskan ketua panitia benar-benar memberikan wibawa yang berbeda pada Raja yang memang sudah sangat tampan. Walaupun wajahnya tak sesegar biasanya karena mimpi semalam masih mengganggunya hingga kini. Ia berusaha melupakan tetapi perasaan takut masih merambat di hatinya.

Kini sudah hampir satu setengah tahun Raja berkuliah di fakultas management bisnis salah satu universitas bergengsi di Badung dan sekarang ia tengah menjabat sebagai ketua BEM. Tentu saja ini atas keinginan Hanna. Gadis yang janjinya akan pulang setelah satu tahun tetapi tak kunjung terlihat batang hidungnya sampai sekarang ini. Gadis menggemaskan yang Raja cintai. Jika saja Hanna tak rutin memberi kabar dan melarangnya menyusul, mungkin ia sudah berada di Landon dan meninggalkan kuliahnya sejak 6 bulan yang lalu. Ia sangat merindukan gadisnya kalau kalian ingin tahu.

"Heh bujang, bentar lagi lo harus naik ke podium buat ngasih sambutan," bisik Kennan menyenggol Raja yang melamun dengan pikiran kemana-mana. Ya, dengan otak tukang menyontek seperti Kennan entah apa yang ia lakukan hingga bisa diterima juga di kampus ini di jurusan teknik. Raja bahkan sangat tau kalau Kennan menggambar batu saja tidak bisa. Parahnya, dia malah menjadi wakilnya sekarang. Seorang Kennan yang petakilan dan selalu menenteng pisang goreng dikresekin itu jadi wakil BEM. Huh, sungguh Raja tidak ingin mengakui. Terkutuk lah Siti dengan segala tantangannya menyuruh cowok tengil itu ikut di organisasi.

Raja menatap seluruh peserta ospek dengan tatapan yang datar tetapi penuh intimidasi. Hari ini adalah hari terakhir OSPEK tetapi masih banyak dari mereka yang tak mematuhi peraturan dan tak mengenakan atribut lengkap sesuai dengan buku pedoman. Suara bisik-bisik dari ribuan mulut di lapangan luas itu menjadi satu hingga terdengar sangat keras dan menganggu.

Dengan langkah lebar Raja berjalan menuju podium. Tak lupa ia mengenakan name tag panitia terlebih dahulu.

"Tes, tes," Suara pertama yang terdengar dari Raja sukses mengalihkan perhatian semua peserta Ospek. Beberapa dari kaum hawa bahkan dengan terang-terangan tebar pesona kepada cowok itu. Bisik-bisik tentang ketampanan Raja seketika membuat suasana kembali gaduh.

"Selamat pagi!" Teriak Raja dengan tegas. Suara beratnya terdengar ke seluruh penjuru lapangan.

"Pagi, pagi, pagi OSPEK yes," jawab peserta dengan serentak tetapi terdengar tak bersemangat.

"SELAMAT PAGI," ulang Raja dengan suara lebih tegas dan langsung di balas dengan hal serupa oleh peserta. Raja sebenarnya malas berdiri di sini, sungguh bukan dirinya sekali. Tetapi menjalani kehidupan organisasi selama 6 bulan ini cukup menyenangkan karena dengan kesibukan yang super banyak, setidaknya waktu yang terpakai itu sedikit mengalihkan pikirannya dari Hanna. Maksudnya bukan ingin melupakan, tetapi Raja hanya tak ingin berpikir yang tidak-tidak.

"Letakkan tas kalian di sebelah kanan," pinta Raja memberi instruksi, tetapi saat peserta menurunkan tasnya, Raja kembali buka suara," sudah ada instruksi dari saya?" Ujarnya membuat semua orang kelabakan mengambil tas miliknya masing-masing.

"Sekarang!"

Raja mengamati mahasiswa yang nampaknya akan memberi masalah selama ospek berlangsung. Ia paling tak suka dengan orang yang mempersulit keadaan. Padahal bagi peserta OSPEK Rajalah yang suka mempersulit.

"Silahkan yang merasa atributnya dan juga barang bawaan tidak lengkap maju ke depan!"

"Kepada panitia silahkan ambil alih."
Raja menatap peserta yang melanggar satu persatu. Serentak mereka menunduk takut.

Setelah itu acara diambil alih oleh ketua Unit Kegiatan Mahasiswa di kampus itu. Teriknya matahari membuat semua peserta ospek mengeluh sambil sesekali mencuri kesempatan mengelap dahinya. Tak ada yang berani bersuara karena saat ini sedang berlangsung kegiatan perkenalan ormawa kampus.
Banyak dari mereka sejak tadi mendengus sebal karena kulitnya yang terasa terbakar. Salah satunya adalah gadis yang selalu mencari masalah dengan Raja sejak hari pertama. Bayangkan saja, gadis itu tidak mengenakan atribut sama sekali dan datang terlambat. Gayanya seperti tuan putri yang takut panas. Namanya Alexa, gadis yang bahkan sangat berani melawan panitia membuat Raja harus turun tangan langsung.

"APA KALIAN CAPEK?" Ucap Raja sesaat setelah pembicara terakhir turun dari panggung.

"SIAP TIDAK."

"Bohong kalian dek," teriak beberapa panitia yang bertugas sebagai pendamping setiap regu.

"SEKALI LAGI, APA KALIAN CAPEK?"

"SIAP IYA."

"SILAHKAN REBAHKAN TUBUH KALIAN KEBELAKANG!" Tegas Raja dengan suara dingin dan penuh penekanan,"LEPASKAN TOPI KALIAN."

Raja yakin semua orang di depan sana berteriak marah dalam hati saat matanya bertemu langsung dengan sinar matahari. Kulit wajahnya memanas dengan sempurna. Ini memang harus dilakukan agar mereka tahu apa itu menghargai orang yang berbicara di depan.

Desahan lelah bersautan dengan suara pendamping regu yang tak ada hentinya berteriak tidak jelas. Seolah memberikan tekanan dengan ucapannya yang memekakkan telinga. Ada hampir sepuluh menit Raja mendiamkan peserta dalam keadaan seperti itu .

"ITU AKIBAT KALIAN TIDAK MENGHARGAI ORANG YANG BERBICARA DI DEPAN," teriak Raja dengan marah. Hanya suara angin berhembus yang berani menyela ucapan tegas penuh penekanan itu. Auranya begitu menakutkan seolah mampu menghunus siapa saja.

"Silakan berdiri, sekarang!"

Baru ingin berbicara kembali, ponsel cowok itu bergetar di sakunya. Dengan isyarat Raja meminta Kennan mengambil alih. Telfon adalah hal terpenting baginya saat ini.

Raja menepuk punggung Kennan yang berjalan ogah-ogahan ke atas podium lalu cowok itu berlalu menjauhi area lapangan. Segera ia memeriksa ponselnya yang ternyata sudah bergetar sedari tadi tetapi Raja tak sadar. Ada sekitar 5 panggilan dari Hanna untuknya. Sontak senyum tipis di bibir cowok itu terukir dengan sempurna.

"Pliss, angkat," gumam Raja menyenderkan punggungnya pada dinding kelas dibelakangnya.

"Raja, lagi ngapain? Kok telfon aku nggak diangkat dari tadi?" kesal Hanna pertama kali saat panggilan terhubung.

"Ini lagi di kampus, masih ngurus OSPEK."

"Iya ya? Aku lupa, maaf ya," ujar Hanna dengan suara sedih. Gadis itu bahkan terdengar menarik nafas dalam beberapa kali.

"kamu baik? Ada yang sakit hari ini? Terapinya lancar?" Tanya Raja khawatir.

"Belum, ini bentar lagi aku mau masuk ke ruang radio makanya aku telfon kamu. Kamu semangat ya di sana, aku kangen banget. Maaf kalau aku sering lupa. Begitu aku mendingan aku janji bakal langsung pulang."

"Kalo bayar janjinya lama aku bakal nyusul," ujar Raja dengan nada serius. Ia sedih membayangkan betapa menderitanya Hanna di sana sementara Raja hanya bisa menanti di sini. Ada rasa takut yang tak pernah bisa Ia utarakan.

"Tau kok pasti kangen banget sama aku kan?" Goda Hanna terdengar tertawa lemah.

"Iyalah masa enggak."

"Coba bilang dulu, Hanna, Raja kangen, gitu."

"Kangen," ujar Raja tersenyum tipis.

"Kangen siapa?"

"Kangen Hanna," Jawab Raja menatap ke depan dengan tatapan sulit diartikan. Rasanya menyesakkan dada hingga untuk bernafas pun Raja susah. Ia terlalu cemas karena suara Hanna yang melemah setiap harinya.

"Yaudah aku tutup ya, semangat," ujar Hanna lalu setelahnya menutup sambungan telepon.

Raja menarik nafasnya berat, matanya terpejam untuk beberapa saat. Setelahnya cowok itu berbalik ingin melangkah kembali menuju lapangan. Tetapi suara seseorang menginterupsinya.

"Kak raja boleh minta tanda tangannya nggak?"

Bersambung.....

Hello guyss...
Lama nggak up karena nggak ada kuota. Ngandelin kuota belajar tapi nggak bisa di pakek huhu

Maaf membuat kalian menunggu
Hope you like this part and see you next part.
Bye bye luv

My Cold Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang