Sebelum baca vote dulu ya 💞
Author POV
Ryyca menangis ketakutan, tubuhnya meringkuk dengan keadaan berantakan. Seorang gadis yang terlihat seumurannya memandang marah ke arah sosok pria yang bernama Alvian. Gadis itu melangkah mendekati Ryyca, Ryyca semakin ketakutan namun gadis itu mencoba menenangkan Ryyca yang tengah menangis.
"Tenanglah aku tidak akan menyakitimu" ucap gadis dengan mata coklat gelap tersebut seraya tersenyum. Gadis itu kemudian memeluk tubuh Ryyca, Ryyca membalas pelukan gadis itu dengan tangisan yang makin kencang. Gadis tersebut mengelus punggung Ryyca dan berusaha menenangkan Ryyca yang masih menangis, ia membiarkan bajunya basah oleh air mata Ryyca. Dalam hati gadis itu menggerutu dan memaki kakaknya yang melakukan tindakan gegebah.
"Hei berhentilah menangis. Ayo kekamarku, aku akan mengobati lukamu" ucap gadis tersebut. Tangisan Ryyca terhenti entah kenapa ia mempercayai jika Gadis yang tengah memeluknya ini, Ryyca mengangguk dan melonggarkan pelulannya. Ryyca memandang bersalah kearah baju Gadis itu yang basah karena air matanya.
"Hahaha tenanglah, tidak usah merasa bersalah seperti itu. Ayo kekamarku" ucap gadis itu diselingi dengan tawa. Gadis itu mengulurkan tangannya, Ryyca menerima uluran tangan tersebut dan beranjak turun dari ranjang king size itu. Sebelum dua gadis tersebut melangkah keluar kamar terdengar suara bariton yang menginterupsi langkah mereka.
"Lidna! Mau kau bawa kemana mateku?!" gertak Alvian. Lidna, gadis yang yang tengah menggandeng tangan Ryyca dan merupakan adik perempuan satu-satunya yang dimiliki Alvian hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Bodoh. Tentu saja aku akan mengobati lukanya" ucao Lidna dengan acuh.
"Jangan ikut campur dengan urusanku Lidna!" Alvian memperingatkan dengan nada yang sedikit menaik. Lidna tidak takut dengan peringatan Alvian. Ia melanjutkan langkahnya dan menggandeng Ryyca sebelum benar-benar keluar dari Kamar Alvian Lidna mengatakan sesuatu kepada Alvian.
"Aku tidak akan ikut campur jika kamu tidak melukai Mate mu Alpha bodoh. Sebaiknya kamu lebih bisa mengontrol emosimu dan jangan bertindak gegabah" ucap Lidna kemudian berlalu dengan Ryyca.
Alvian tercenung, perkataan Lidna seperti seribu jarum yang menusuk jantungnya. Ya, Lidna benar seharusnya ia tidak bertindak dengan gegabah dan dapat mengerti keadaan matenya yang hanyalah manusia biasa. Alvian menjambak rambutnya dan mengerang frustasi.
"Aaakhh bodoh bodoh! Seharusnya aku tidak gegabah. Sekarang mate ku pasti akan membenciku" erang Alvian dengan suara frustasi.
KAMAR LIDNA
Lidna menyuruh Ryyca duduk di tepi ranjangnya dan segera mengambil kotak P3K yang ada dialmari kecilnya. Ryyca mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar Lidna, kamar Lidna didominasi dengan warna putih dan warna mint. Bahkan harum kamar Lidna adalah mint, yang sangat menenangkan. Lidna kembali dan segera duduk disamping Ryyca dan tersenyum, Ryyca membalas senyuman Lidna dengan tulus. Segera Lidna mengeluarkan semua obat untuk mengobati luka Ryyca, terkadang ringisan lolos dari bibir Ryyca. Saat hampir selesai mengobati luka Ryyca, Lidna membuka pembicaraan karena selama ia mengobati Ryyca mereka tidak berbicara sama sekali.
"Hei namaku Lidna Navirella Alexandria Blade, nama mu siapa?" tanya Lidna sembari membalut luka dipergelangan lengan Ryyca dengan hati-hati. Lidna mengernyit heran kenapa banyak luka dan lebam di tubuh Ryyca, tidak mungkin kan ini semua yang melakukan kakak bodohnya.
"Namaku Ryyca Alodra Xavera" ucap Ryyca, entah kenapa ia merasa nyaman berada di dekat Lidna.
"Waah nama yang cantik senang bertemu dengan mu Ryyca" ucap Lidna dengan senyuman. Ryyca tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LUNA
WerewolfKetika hati yang selalu tersakiti dan mulai rapuh karena luka dari semua orang, dengan ajaib sang penawar muncul dan menyembuhkan semua luka yang dideritanya. Namun tak berhenti disitu, semakin lama semakin banyak luka di hatinya seiring waktu yang...