Chapter 6

6.2K 387 25
                                    

Sebelum baca vote dulu ya 💕

Badan Ryyca kaku berdiri bahkan untuk menoleh kearah belakang saja dia tidak mampu. Ryyca merutuki tindakannya yang memilih untuk masuk ke kamar Alvian bukan ke kamar Lidna. Ingin rasanya ia segera menghilangkan diri karena terasa jelas punggungnya dipandangi oleh sepasang mata tajam milik Alvian.

CEKLEK

Bunyi pintu dikunci membuat Ryyca makin panik. Langkah kaki mendekat kearah Ryyca tak membuat Ryyca segera bisa menggerakan kedua kakinya, entah kenapa tubuh Ryyca tidak bisa diajak untuk bekerja sama saat ini. Ryyca berjengit ketika merasakan sepasang lengan kokoh merengkuh tubuh mungilnya dari belakang, hembusan nafas terasa jelas dipermukaan kulit lehernya ketika sebuah kepala bersender di pundaknya. Tanpa berpikir lama pun ia sudah tau siapa yang tengah memeluknya.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Ryyca dengan lirih. Bukannya menjawab Alvian makin mengeratkan pelukannya. Sebenarnya Ryyca risih dengan pelukan Alvian otaknya menyuruh agar ia segera melepaskan pelukan lengan kokoh di pinggangnya ndenganati nya menolak pemikirannya tersebut. Ia merasa nyaman dalam pelukan Alvian. Dengan batin yang bergulat akhrinya Ryyca berusaha melepaskan rengkuhan lengan kokoh milik Alvian di pinggangnya.

"Aku mohon lepaskan" ucap Ryyca berusaha meronta dan melepaskan pelukan Alvian.

Namun sepasang lengan kokoh milik Alvian masih bertengger manis di pinggangnya. Ryyca menghela nafas keras-keras karena usahanya untuk melepaskan diri dari pelukan pria bersurai hitam tersebut gagal.

"Kekeke~ kau tau sweet, aroma mulutmu berbau strawberry yang sangat memabuk kan untukku" kekeh Alvian yang membuat Ryyca mengernyitkan dahinya. Aroma mulutnya berbau strawberry? Bukannya pasta gigi yang ia pakai saat mandi tadi berbau mint?

"Kau aneh, bagaimana bisa mulutku beraroma strawberry sedangkan pasta gigi yang aku pakai beraroma mint?" tanya Ryyca dengan nada heran. Alvian melepaskan pelukannya dan membalik kan tubuh mungil Ryyca untuk menghadapnya. Ditatapnya manik mata coklat milik Ryyca, tatapan kebingungan terlancar jelas disorot mata Ryyca. Alvian hanya tersenyum tak berniat menjawab pertanyaan Ryyca tadi, tatapannya menurun kearah bibir pink milik Ryyca yang dari tadi mengundangnya untuk mencium dan meraupnya.

"Aku sedang cemburu sekarang" ucap Alvian dengan suara rendah. Ryyca makin mengernyit bingung tidak mengerti maksud ucapan Alvian. Alvian yang melihat Ryyca makin kebingungan segera melanjutkan perkataannya.

"Aku cemburu kau mengagumi pria lain dan bahkan menyebutnya pacar didepanku. Kau hanya boleh mengagumi ku tidak dengan pria lain" ucap Alvian dengan tegas. Ryyca terperangah apa-apaan pria didepannya dengan seenaknya sendiri mengatakan hal yang aneh kepadanya.

"Hah? Aku tidak salah dengar? Cemburu? Bagaimana bisa kau cemburu saat aku mengagumi bias kesayanganku?" tanya Ryyca. Alvian menggeram ketika Ryyca tidak menggubris perkataannya dan kata "bias kesayanganku" keluar dari mulut manisnya.

"Sudah kubilang berhenti mengagumi pria lain didepanku atau dibelakangku! Aku tidak suka! " geram Alvian.

"Yang tidak suka kau bukan aku. Itu hak ku untuk mengagumi oppa ku!" ucap Ryyca dengan kesal. Alvian makin kesal dan marah, bagaimana mungkin mate nya lebih memilih pria lain sedangkan dirinya sudah dari cukup untuk dikagumi banyak wanita diluar sana. Diciumnya bibir merah milik Ryyca karena kesal dari tadi hanya kalimat bantahan yang keluar dari bibir mungil itu. Ryyca berjengit kaget, matanya membulat melihat apa yang tengah dilakukan pria menyebalkan didepannya kepadanya.

Seperkian detik akhirnya Ryyca tersadar dari keterkejutannya. Diinjaknya dengan keras kaki Pria yang tengah mencium bibirnya tanpa permisi, pijakannya cukup membuat Alvian mengaduh walau hanya terasa seperti cubitan karena dia berbeda dari Ryyca.

MY LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang