Seperti yang dikatakannya dalam sticky note yang ia tempelkan di pintu loker kayu milik Yerin.
"Really I loved you."
-jww
Ya. Cuma itu. Sekarang Yerin bingung harus bersikap bagaimana pada teman duduknya selama dua tahun itu.
Pasalnya yang bersangkutan itu berlagak layaknya tak ada apa-apa padahal sudah membuat hati Yerin berantakan diurak oleh kebingungan.
Atau itu cuma surat suratan iseng? Apa harus Yerin tanyakan? Tapi bagaimana? Lelaki itu kini tengah mengerjakan buku kumpulan soal fisika.
Yerin melirik gerak-gerik teman duduknya selama dua tahun ini lewat ujung matanya. Masih fokus. Dia pakai kacamata bacanya, beuh, genteng. Kaya biasa.
Yerin berdehem sekedar membersihkan sisa riak di tenggorokannya, penginnya sih biar lelaki kurus di sebelahnya itu kasih atensi ke dia. Tapi gak sama sekali. Masih fokus.
Ya udah, Yerin milih pergi ke pojokan kelas dimana csan Yerin lagi pada kumpul mainan ludo online.
Ini lagi pergantian jam, guru mapel selanjutnya belum masuk.
Gerumbulan yang berkumpul di bawah papan tulis sambil getok getok lantai pakai sapu alias gelutekan atau tabuhan ditambah nyanyi itu bubar waktu pintu kelas kebuka. Mereka kira Bu guru, dan benar aja. Gerumbulan di pojok belakang pun ikutan bubar dan balik ke bangku masing-masing. Yerin juga.
Saat aku bersua dengan eksponen jiwamu, sinus kosinus hatiku bergetar
Membelah rasa
-jwwMata Yerin membola waktu membaca tulisan di sticky note dengan warna yang sama yang dia terima sebelumnya. Lalu ada getaran aneh yang timbul dalam dadanya.
Sekali lagi Yerin melirik lelaki di sebelahnya. Dia tidak lagi sibuk dengan buku fisikanya, ia memandang lurus ke depan memperhatikan guru cantik yang mengajar matematika di kelas ini.
"Nu..." lirih Yerin berharap lelaki bertanda nama Jeon Wonwoo itu menoleh kepadanya. Tapi tidak. "Wonwoo,"
Baru kali ini Wonwoo menoleh, dia tersenyum tipis pada Yerin. "Hm?"
"What do you mean about all the sticky notes you gave to me?" Desis Yerin karena tak mau mendapat perhatian dari guru yang mulai menjelaskan materi matematika yang bagi Yerin serumit perasaan anehnya yang mulai ia rasa pada lelaki di sebelahnya itu.
"Is it be a big deal? I just gave you two?"
Yerin menghela nafas. Ia mengangguk. "Tapi isinya Nu, maksud lo?"
Wonwoo tersenyum, lebih manis dari sebelumnya. Ia tapi tidak menjawabi pertanyaan Yerin. Dirinya kembali mempusatkan perhatian pada guru yang bicara di depan kelas.
Membuat Yerin menelan rasa ingin menguyel Wonwoo.
°
Yerin dan Wonwoo sudah berteman sejak SMP, mereka masuk SMA yang sama dan sejak kelas satu sampai kelas dua kini selalu sekelas. Bukan lagi bosan, tapi sangat bosan, tapi mau bagaimana. Malahan setiap undian tempat duduk Wonwoo mendapatkan nama Yerin digulungan kertas yang dia ambil. Entah apa Wonwoo sudah menjampi-jampi kertas tersebut sampai keluar nama Yerin di tiga semester selajarnya di sekolah ini.
Karena selalu bersama, berbagi rasa suka dan duka. Entah mulai kapan perasaan seorang lelaki pada perempuan mulai dirasa Wonwoo. Yang jelas Wonwoo tahu satu hal bahwa dirinya menyukai Yerin lebih dari ia menyuka Sinbi atau Eunha atau Yuju. Kepada Yerin, perasaannya kaya martabak... ditelorin dua. Ingin memiliki Yerin sekaligus melindunginya membuat gadis itu bahagia di sisinya.
-tbc-
Aku gathel buat publish ini heuheuehuuuuu habis juga ini cukup berdebu di draftku otokajiiii makanya iya aku publish heuu
Mohon krisannya setelah kamu baca ya or tinggalin jejak such as vote, maybe?
Ya silahkan kamu deng, mau mberi bentuk apresiasi kaya apa hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
sticky note°wonrin✔
Short Story"Pengen kaya sticky note, bisa nempel. just the way I wanna stick with ya, for the rest of my life." - jeon wonwoo ©171014