Kali ini mereka udah sampai di jembatan panjang yang di bawahnya itu permukaan air yang mantulin sinar mentari sore yang suryanya hendak tenggelam di ujung sungai sana.
Keduanya menghadap ke sang surya, sambil menyipit-nyipitkan mata menghalu sinar yang menyilaukan.
Sore seperti ini biasa kalau di jembatan ini begitu ramai oleh orang-orang yang berkeinginan melihat terbenamnya mentari.
"Rin,"
Wonwoo membuka mulut di keheningan antara keduanya. Yerin yang asik memerhatikan keramaian manusia di sisi jembatan pun memberi atensinya pada Wonwoo.
Wonwoo tersenyum pada gadis itu.
"Apasih, jangan mulai gak jelas deh..."
Wonwoo menggeleng.
Kemudian dia ngambil sesuatu di saku celananya. Dan kegiatan yang ia lakukan selanjutnya adalah menulis sesuatu di sticky note.
Tapi belum selesai Wonwoo menulis, sticky note dan pulpen di tangan Wonwoo sudah beralih di genggaman Yerin.
"Coba gak usah nulis. Elo ngomong langsung aja,"
Wonwoo terhenyak. Sial dia tuh pemalu banget kalau harus direct begini.
Alih-alih mengambil nafas menetralkan dirinya dengan keadaan. Kalau memang harus ia katakan, ok baiklah. Wonwoo akan berusaha.
"Nu,"
"Sori ya Rin, mental gue kerupuk banget."
Yerin mencibirnya dengan kekehan kecil.
"Itu semua dapet lo ketahui kan, all of them. Maksud gue di sticky note itu,"
Yerin menggeleng. Well, dia ngerti maksud-maksud tulisan dalam sticky note yang suka Wonwoo tempelin di loker atau kertas binder bahkan meja Yerin. Tapi Yerin butuh kepastian dengan omongan langsung dari yang bersangkutan. Makanya dia menggeleng.
"Rin ah," Wonwoo menyenggol lengan Yerin. Kemudian ia membuang muka dari gadis itu.
"Just sayin everything that you feels on me, susah, Nu?"
Wonwoo kembali mengambil nafas.
"Gue sayang sama lo,"
Kalimat tersebut sukses bikin Yerin ngakak kenceng sampai beberapa orang yang lewatin mereka pay attention on them. Emang apa yang lucu sih Rin?
Wonwoo jadi malu kan diketawain. Tapi lebih malu lagi karena ngakaknya Yerin ngundang perhatian orang buat ngelihatin mereka. Maka dari itu Wonwoo ngebekep mulut Yerin pake tangannya.
Dan ketika itu deh, mata keduanya bertemu secara intens. Wonwoo menatap Yerin tepat di mata, begitu pun sebaliknya. Mereka tak berucap sama sekali. Larut dalam tatapan penuh arti pada mata keduanya.
Yerin yang lebih dulu sadar bahwa mereka dalam suasana yang canggung. Ia melepaskan tanga Wonwoo yang membekap mulutnya. Wonwoo yang terlarut dalam mata indah Yerin turut sadar dan ia membuang muka.
"Gue udah bilang yang sejujurnya, ya,"
Sekarang Yerin tidak terngakak lagi. Ia memasang wajah serius dan mengangguk beberapa kali.
"Terus mau apa?" Lirih Yerin yang di dengar Wonwoo.
Allahuakbar allahuakbar...
Wonwoo tak menanggapi seruan lirih Yerin, "Maghrib yu Rin,"
Sebelum Wonwoo mulai melangkah, tangan lelaki itu dipegang oleh Yerin. Dan Wonwoo berbalik buat lihat Yerin yang lagi mandang tepat di wajahnya. Wonwoo memberi gadis itu senyuman terbaiknya. Dia juga meraih tangan Yerin yang lain juga. Jadi kedua tangan mereka tertaut kini. Saling berpandangan.
"Iya, aku sayang kamu, Rin."
Yerin bungkam, kini matanya justru malah berair. Dia tidak menangis, hanya terharu. Bagaimana tidak. Wonwoo yang cuek, yang cerewet di chatan doang, yang suka gak anggep Yerin ada kalo udah ketemu buku pelajaran, yang suka nggombal lewat sticky note ke Yerin. Kini, di depan Yerin, megang tangan Yerin dan senyum tulus bilang kalau dia sayang Yerin.
"Hatiku udah kamu curi, Rin,"
"Aneh banget lo ngomong aku kamu, Jeon Wonu," kekeh Yerin yang kini direngkuh oleh lengan Wonwoo untuk dipeluknya.
Padahal lagi adzan maghrib woe dasar anak manusia woe maghrib dulu woeeeeee.
-tbc-
Kadang gue bingung sebenernya gua nulis apaan sih :'(
Gue pikir mau diendingin tapi belom bisa heuheuheu
KAMU SEDANG MEMBACA
sticky note°wonrin✔
Short Story"Pengen kaya sticky note, bisa nempel. just the way I wanna stick with ya, for the rest of my life." - jeon wonwoo ©171014