Hide And Seek (15) ; bts gfriend

2.3K 270 27
                                    

Part 14

Ending

"Yuju?"

Jungkook hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat Yuju yang menembak Jimin.

"Seharusnya biarkan Jungkook memberikan penjelasan, Oppa. Tapi kau tidak memberinya." Jelas Yuju yang sama sekali tidak menolong Jimin yang menggeliat kesakitan.

"Jungkook bukan pembunuh. Aku sudah lama berteman dengannya, dan aku yakin dia tidak akan melakukan itu. Terlebih lagi kau menuduhnya membunuh Eunha? Lelucon macam apa itu? Jungkook tidak mungkin membunuh orang yang dia sangat sayangi walau semarah apapun dia." Sambung Yuju.

Jimin sudah tidak tahan lagi menahan sakitnya. Darah yang terus mengalir dari perutnya membuat dia sangat lemas.

Yuju melemparkan pistol kepada Jimin yang tadi digunakannya untuk menembaknya.

"Tembak aku, Oppa. Biar kita bisa selalu bersama. Aku juga ingin menyusul sahabat-sahabatku yang telah pergi lebih dulu."

Jimin memegang pistol itu dengan tangan yang gemetaran. Dia tidak tega menembak orang yang dia kasihi walaupun sebelumnya dia sudah ditembak duluan.

"Ayo oppa." Yuju merentangkan tangannya untuk memberitahu bahwa dia sudah siap mati.

Jimin menutup matanya.

Door.

Tembakan melesat mengenai jantung Yuju.

Yuju tumbang dan memasang senyum manisnya sebelum dia pergi untuk selamanya.

"Aku mencintaimu, Jimin oppa."

Setelah mengucapkan ucapan selamat tinggal, Yuju pergi dengan tenang menyusul teman-temannya yang lain.

"Uhuk. Uhuk. Uhuk." Jimin batuk dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.

"Aku juga mencintaimu, Choi Yuna."

Lalu Jimin pergi menyusul Yuju.

.

"Aku lapar." Keluh Sinbi sambil memegangi perutnya.

Hoseok memandang Sinbi lekat. "Tentu saja kita lapar. Kita sudah tidak makan selama 3 hari."

Suasana hening sebentar.

"Oppa..." Sinbi memegang erat tangan Hoseok.

"Hm?"

"Bagaimana kalau kita mati karena kelaparan?" Pertanya Sinbi membuat Hoseok tertawa terbahak-bahak.

"Ada-ada saja kau." Hoseok tersenyum sambil menatap langit. "Tapi jika kita mati, setidaknya kita bisa menyusul mereka semua."

"Dan jika aku mati, setidaknya kau ada disampingku." Lanjut Hoseok memandang Sinbi yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Terkadang aku berpikir, kenapa dulu aku sangat takut kepada kematian? Aku berusaha untuk hidup bagaimana pun caranya. Aku tidak peduli dengan orang disekitarku. Padahal sekarang aku sangat mengharapkannya kematian. Aneh bukan?" Hoseok mencurahkan isi hatinya.

"Oppa, lihat ini." Sinbi menunjukkan telapak tangannya yang berisi butiran obat.

"Apa ini?" Hoseok mengambil sebutir dari beberapa obat itu.

Stories✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang