**
Dengan rasa gelisah, (Namakamu) melihat jam di tangannya berulang kali untuk memastikan bahwa jam jemputnya sudah terlewatkan. Semua teman-temannya sudah tidak ada, tinggal dirinya yang ditemani oleh pak satpam sekolah. Kembali, (Namakamu) memanjangkan lehernya untuk memastikan jemputannya datang.
TIN!
TIN!
TIN!
(Namakamu) tahu itu adalah suara motor, namun bukan dia yang diharapkannya sekarang. Dia mau Gilang!
"Dari tadi gue liatin di ujung warung sana, masih betah aja di sini. Nggak capek ?"
(Namakamu) mengabaikannya, ia sedang tidak ingin berbicara kepada Iqbaal, si manusia pengganggu tingkat kabupaten.
Daripada emosinya semakin naik lebih baik tidak perlu ditanggapi.
Iqbaal mematikan mesin motornya, melepaskan helm nya dan meletakkanya tepat di bawahnya sebagai sandaran kedua tangannya. Posisi Iqbaal yang berada di tepat di sisi kirinya (Namakamu) membuat Iqbaal menatap puas wajah cantik (Namakamu)."Yah, masih dicuekin juga. Padahal udah relain nggak pulang biar jagain dia malah dicuekin,"gumam Iqbaal dengan nadanya yang sedikit ia besarkan.
(Namakamu) seketika mengalihkan tatapannya kepada Iqbaal, Iqbaal menyembunyikan senyumannya."Gue nggak ada suruh lo tungguin gue. Lagian gue nggak peduli juga,"balas (Namakamu) dengan kedua tangannya bersedekap dada.
Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Betul juga, lo aja nggak peduliin gue kenapa gue harus peduliin lo, ya ? Ya udah, gue pulang aja . Bye..."Iqbaal bersiap-siap akan pulang , namun terhenti saat (Namakamu) dengan cepat menggenggam tangannya.
Iqbaal terkejut, (Namakamu) menggigit bibir bawahnya."Ma-mau ke mana ?"tanya (Namakamu) panik.
Jantung Iqbaal benar-benar berdegup kencang, benar-benar berdegup kencang. Kedua mata (Namakamu) benar-benar mempesonanya sekarang. "Rapiin helm, memang kenapa ?" Iqbaal mencoba untuk tidak terdengar gugup.
"Jangan pergi, temani gue di sini."
Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan ?
**
"Kenapa nggak bilang daritadi sih, Bang ? Gue juga nggak bakal nunggu lama kayak gini. Bikin kesal aja!" ucap (Namakamu) dengan kesal.
"Maaf, Dek. Tadi benar-benar tiba-tiba ada mata kuliah tambahan,"balas Gilang di balik telepon itu .
"Tau ah! Kesal gue sama lo!" dan dengan cepat (Namakamu) mematikan telepon itu. Wajahnya terlihat kesal, ia harus menunggu lama hanya untuk orang yang memang lagi duduk manis di bangku perkuliahan itu.
Iqbaal yang berada di samping (Namakamu) hanya dapat diam sembari memainkan kakinya.
"Udah panas, lapar , haus, dikiranya enak apa nunggu-nunggu kayak gini? "omel (Namakamu) kembali dengan kesal.
Iqbaal melirik (Namakamu) yang masih merasa kesal akan Gilang yang tidak jadi menjemputnya untuk pulang. Ia berdiri dari duduknya." Ayo!"ajak Iqbaal dengan tangannya ia ulurkan di hadapan (Namakamu).
(Namakamu) menatap tangan di hadapannya itu. "Mau ke mana ?"
"Gue antar pulang. Lagian lo ngomel-ngomel nggak jelas di sini juga nggak bakal ada yang merubah keadaan, mending gue antar.
Ayo!" kembali Iqbaal mengajak (Namakamu)."Tapi ..—"
Iqbaal terlebih dahulu membuka jaketnya kemudian memasangkannya ke arah rok (Namakamu) yang terlihat pendek, ia mengikat kan ke lingkaran pinggang (Namakamu). (Namakamu) mematung.
"Gue nggak suka apa yang jadi milik gue malah dilihatin sama orang lain,"gumam Iqbaal dengan pelan. (Namakamu) menatap rambut hitam Iqbaal yang dekat dengannya, Iqbaal mengangkat wajahnya dan tepat berada di hadapan (Namakamu).
"Maksudnya ? "tanya (Namakamu) yang mengernyitkan dahinya.
Iqbaal tersenyum lalu mengacak puncak rambut (Namakamu).
"Nggak perlu tahu. Ayo, naik!" ajak Iqbaal yang memulai menaiki motornya dan memasang helmnya. (Namakamu) yang masih belum mengerti dengan ucapan Iqbaal pun hanya dapat mengikuti ucapan Iqbaal.**
"Bilang apa ?"
(Namakamu) yang tengah melepaskan jaket di pinggangnya pun terhenti, ia menatap Iqbaal yang telah membuka helmnya. "Terima kasih atas tumpangannya dan kehadirannya." (Namakamu) mengembalikan jaket Iqbaal yang sudah ia rapikan.
"Sama-sama calon mama dari anak-anakku. Kalau setiap hari juga nggak apa-apa kok, Abang Iqbaal akan sedia setiap saat. Mau ?"
"Nggak usah maksa. Gilang juga nggak setiap hari ada kuliahan tambahan,""Gue doain selalu ada mata kuliahan tambahannya, deh. Amin."
(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas. "Udah sana pulang, nanti dicariin pula.""Nggak perlu ditemani masuk ke kamar ?"
(Namakamu) menghembuskan napasnya dengan kesal." Gue hari ini nggak mau kesal sama lo, kenapa harus mancing-mancing sih ?!"
"Mancing mania? Yang di tv-tv itu kan ? Ngakak lho—"
"IQBAAL!"pekik (Namakamu) dengan kuat. Iqbaal tertawa mendengar (Namakamu) sudah tidak sanggup lagi menahan kesalnya.
"Cium dulu lah, baru gue pulang,"ucap Iqbaal dengan senyum manisnya. (Namakamu) membuka sepatunya sebagai tanda ia akan melemparnya jika Iqbaal tetap bersikap membuatnya kesal.
Iqbaal kembali tertawa dan mulai menghidupkan mesin motornya. Ia memakaikan helmnya dengan tenang."Bye, sayang."
"Pergi sana !"
**
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Happy Ending
Fanfiction'Kini di dalam kehidupan yang menyedihkan ini, Aku mencari sosok kebahagiaan yang selalu aku nantikan selama ini'-Iqbaal Janurio