**
FLASHBACK
Gilang dengan telaten mempersiapkan semua barang bawaanya untuk kepergiannya nanti. (Namakamu) yang berada di dekat pintu masuk kamar Gilang dengan wajah sedihnya. Ia menyandarkan tubuhnya yang mungil di dekat pintu masuk itu.
"Kenapa nggak kerja di sini aja, Bang? Abang tega tinggalin (Namakamu) sendiri? Nanti, (Namakamu) sama siapa di sini kalau bukan sama abang?"ucap (Namakamu) dengan nada sedihnya.
Gilang belum juga memutar tubuhnya, ia terlihat sibuk dengan pakaian yang ia rapikan. " 'Kan ada bibi, Dek. Lagian, lo udah gede, udah bisa mandi sendiri, ya,kan?"sahut Gilang dengan pelan.
(Namakamu) menatap punggung tegap saudara laki-lakinya itu, ini sudah lebih dari rasa sakit yang ia alami. Ia tidak ingin Gilang pergi begitu saja, ia ingin Gilang di dekatnya. Sungguh, rasanya tersiksa, sangat tersiksa.
Gilang tanpa sadar meneteskan airmata saat ia merapikan baju-bajunya di dalam tas. Ia bahkan sudah menahannya dengan sekuat tenaga, tapi kenapa masih jatuh juga?
(Namakamu) berjalan memasuki kamar Gilang, ia memeluk Gilang dari belakang. Gilang terdiam, ia menghentikan semua yang ia lakukan. (Namakamu) menyandarkan kepalanya tepat di punggung lebar Gilang.
"Jangan menderita ya, Bang. (Namakamu) sayang abang,"bisik (Namakamu) dengan isakannya.
Gilang menutup kedua matanya, ia menangis dalam diamnya, pelukan erat dan hangat inilah yang membuatnya merindu. Cintany tumbuh karena gadis kecil ini, kesayangannya. Gilang mengusap kedua lengan mungil yang memeluknya dari belakang, ia merasakan basah di punggungnya.
"Kenapa kamu yang harus aku cintai, (Namakamu) ?" bisik Gilang dengan sangat pelan.
(Namakamu) semakin memeluk Gilang dengan erat, ia pura-pura tidak mendengarnya.
"Maaf, Bang.. maaf..,"batin (Namakamu).
FLASHBACK END
**
Iqbaal mengeluarkan bunganya yang baru saja ia beli, dengan cepat pula ia menutup pintu mobilnya sembari menguncinya. Senyum bahagianya tak pernah ia lepas begitu saja, ia akan menjemput (Namakamu) seperti biasa, hanya penambahan bunga cantik di dalam pelukannya.
Ia dengan senyum manisnya, memasuki rumah (Namakamu) yang terlihat sepi seperti biasa. Hanya ada pembantu dan (Namakamu). Tanpa basa-basi, Iqbaal berjalan dengan bunga itu, ia menaiki anak-anak tangga yang menghubungkan menuju kamar (Namakamu).
Iqbaal menyembunyikan bunganya di belakang punggung lebarnya, ia telah berada di depan pintu (Namakamu), ia mengetuk pintu kamar kekasihnya.
"Bu, ada paket datang," ucap Iqbaal bak layanan pesan antar.
Ditunggu beberapa detik, suara tidak terdengar di dalam sana. Iqbaal berpikir (Namakamu) tengah di kamar mandi. Dengan inisiatifnya, Iqbaal membuka pelan pintu kamar (Namakamu). Terlihat rapi, tidak ada apapun yang berserakan di sana.
Perasaan Iqbaal menunjukkan tidak enaknya saat melihat tempat tidur itu sangat rapi. Iqbaal mengeratkan genggamannya pada buket bunga itu, ia mencoba kembali memanggil kekasihnya. "(Namakamu), kamu lagi mandi, kan?" tanya Iqbaal dengan suaranya yang bergema.
Iqbaal merasakan sesuatu yang tidak wajar, ia berjalan dengan cepat ke arah lemari baju kekasihnya. Ia membuka dengan kasar lemari itu, bajunya masih penuh bahkan terlihat rapi. Iqbaal memundurkan langkah kakinya, ia melihat kembali sekitar kamar (Namakamu).
"Sayang, kamu di mana?"
Iqbaal membuka pintu kamar mandi (Namakamu), kosong. Bahkan lantai kamar mandi itu kering, tidak ada sama sekali setitik air di lantai itu. Iqbaal mulai takut, ia dengan cepat keluar dari kamar (Namakamu), bunga itu masih di dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Happy Ending
Fanfiction'Kini di dalam kehidupan yang menyedihkan ini, Aku mencari sosok kebahagiaan yang selalu aku nantikan selama ini'-Iqbaal Janurio