13

3.6K 563 20
                                    

**

(Namakamu) melirik jam di pergelangan tangannya – sudah menunjukkan jam hampir malam, dan sekarang lampu-lampu jalan yang di setiap trotoar telah menyala sebagian. (Namakamu) kembali menghembuskan napasnya dengan pelan, ia takut jika sudah seperti ini.

Lagi pula, dimana sekarang Dio ? Katanya dia akan pergi sebentar, tapi kenapa lama sekali ? . Kembali (Namakamu) menghela napasnya.

Ia duduk dengan kedua kakinya yang bergerak kecil untuk menghilangkan rasa khawatirnya akan langit yang sudah memerintah matahari untuk istirahat.

Lebih baik, ia mendengar lagu dari ponselnya namun ia teringat jika ponselnya sejak tadi belum ia isi hingga mati. Kembali, (Namakamu) semakin khawatir dan mulai merasakan takut. Ia hanya bisa mengandalkan kedua kakinya yang berat agar dapat menghilangkan rasa takutnya.

Iqbaal terlihat berjalan dengan rambutnya yang acak-acakkan, bajunya, serta tasnya yang di ransel sembarang arah. Sudut bibirnya tampak membiru akibat tinjuan Reza tadi, namun Iqbaal terlihat seperti biasa saja menanggapi bekas itu.

Ia tampak baru saja keluar dari gerbang kampusnya yang besar dan luas itu, Iqbaal pun mengeluarkan kunci mobilnya dari saku celananya. Seperti malam-malam biasanya, ia akan kembali ke club – tempat ia menjadi orang bodoh kembali.

Saat ia akan melanjutkan langkah kakinya, ia kembali terhenti. Benar-benar terhenti. Entah karena rasa frustasinya atau memang rasa rindunya, ia dapat merasakan keberadaan (Namakamu), perasaannya masih sangat peka dengan keberadaan (Namakamu).

Dengan kedua tangannya yang mulai keringat dingin – Iqbaal menolehkan kepalanya ke sisi kirinya – dan tepat sasaran ia melihat gadis itu, gadis si penghancur hatinya. Iqbaal merasakan deguban kencang jantungnya.

"Kenapa dia lagi ? " batin Iqbaal berteriak

Iqbaal merasakan nyeri di kepalanya akibat ketidakahliannya dalam mengontrol emosinya kembali. Iqbaal menutup kedua matanya mencoba mengontrol rasa sakit itu, lalu mulai menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia lakukan beberapa kali – hingga ia merasakan sedikit berkurang rasa sakit di kepalanya.

Iqbaal mencoba untuk tidak memperdulikan keberadaan (Namakamu) – yang memang sangat mempengaruhi dirinya. Iqbaal akan terus berjalan untuk menuju parkiran mobil.

Saat sudah beberapa langkah yang hampir menjauh dari gerbang kampusnya tiba-tiba saja ada yang menghentikannya – tangan yang hangat menggenggam tangannya yang dingin. Iqbaal tehenti bahkan terdiam saat merasakan tangan itu .

"Baal.. ," suara (Namakamu) terdengar di telinga Iqbaal.

Iqbaal tidak menjawabnya, tapi ia mendengarnya dengan seksama – bahkan ia tidak membalikkan badannya untuk menghadap (Namakamu).

(Namakamu) menahan melepaskan tangannya dari Iqbaal, ia menggigit bibir bawahnya tanda ia ketakutan. "Bu-bukan maksud apa-apa.. gu-gue cuma mau pinjam telepon. Hp gue lowbatt ja-jadi...--"

"Terus masalahnya sama gue apa ? Yang lowbatt 'kan hp lo, kenapa gue yang harus berkorban ?" potong Iqbaal dengan suaranya yang berat. Ia kini benar-benar membalikkan badannya menghadap (Namakamu).

(Namakamu) tertegun saat Iqbaal kini benar-benar dekat dengannya. Iqbaal semakin tampan, ia telah tumbuh menjadi lelaki tampan dewasa, bakal kumis itu hampir kelihatan, rambut hitam legam itu terlihat lebat, dan sudut bibirnya yang tampak memar.

"Apa dia sekarang juga suka melukai dirinya?" batin (Namakamu) sedih.

Tanpa sadar, (Namakamu) mengangkat tangan mungilnya untuk mengusap sudut bibir Iqbaal yang membiru.

Iqbaal terdiam, dia terpaku saat merasakan tangan mungil itu mengusap sudut bibirnya.

"Ini kenapa ?" satu pertanyaan yang hampir membuat Iqbaal kembali menangis.

'Kenapa dia harus bertanya?!' batin Iqbaal berteriak.

(Namakamu) mengusap sudut bibir Iqbaal dengan lembut, Iqbaal ingin memejamkan kedua matanya saat merasakan usapan itu.

"Hentikan, (Namakamu)." Kini Iqbaal benar-benar mengeluarkan suaranya setelah ia mencoba diam.

(Namakamu) benar-benar terhenti, ia merasakan Iqbaal menggenggam tangan mungilnya yang tadi mengusap sudut bibir Iqbaal.

"Mau lo apa sekarang ? Mau buat gue ingat kejadian dulu atau lo memang menyesal udah sakiti gue ? Lo mau buktikan kalau lo adalah perempuan yang mempengaruhi hidup gue ? gitu ? " ucap Iqbaal dengan penuh penekanan.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mencoba melepaskan tangannya dari Iqbaal tetapi Iqbaal mempererat genggaman tangan itu. Ia menarik (Namakamu) mendekat ke arahnya.Hingga mereka tidak memiliki jarak lagi.

" Apa kabar cowok lo Dio ? Baik-baik aja 'kan ? Atau kalian ada rencana mau menikah ?" tanya Iqbaal dengan senyum smrik-nya.

(Namakamu) melihat kedua mata Iqbaal yang tampak berair.

" Di balik kesengsaraan gue, ada orang yang bahagia. Dan ternyata – yang bahagia itu adalah cinta pertama yang pernah gue jaga dengan segenap hati tapi juga yang menghancurkan berkeping-keping," bisik Iqbaal tepat di depan wajah (Namakamu).

(Namakamu) masih menatap kedua mata Iqbaal yang semakin tidak terbendung lagi air mata itu. Iqbaal tampak mengeraskan rahangnya saat ia melihat tatapan gadis di depannya saat ini.

"Kenapa hanya gue yang lo sakiti ? Kenapa hanya gue yang lo berikan penderitaan ? Kenapa (Namakamu) ? Kenapa hanya gue yang buat gue depresi di 4 tahun ini? Kenapa hanya gue, (Namakamu)?" tanya Iqbaal yang mulai menjatuhkan airmatanya.

"Dan dari sekian banyak wanita di bumi ini, kenapa lo yang gue cinta sampai ..saat ini ?"

(Namakamu) melihat air mata Iqbaal yang tampak menyayat hati.

**

(Namakamu) terbangun dari mimpi buruknya. Ia benar-benar bermimpi buruk! Dengan keringat di dahinya membuat mengambil minumnya di samping nakasnya. Ia meminumnya dengan rakus – hingga tandas begitu saja lalu ia meletakkannya kembali.

(Namakamu) mengusap wajahnya dengan kasar, ia kembali bermimpi tentang Iqbaal dan ucapannya yang semakin lama semakin nyata ia rasa.

Iqbaal dan air matanya.

(Namakamu) merasakan sedikit denyutan yang sedikit nyeri di dadanya, ia menekannya dengan pelan.

" Kenapa sakit ini muncul setiap gue mimpiin Iqbaal ?"

**

Bersambung..

P.S : Vote-nya sampai seratus tapi kenapa komennya tidak sampai menyentuh angka Vote? Minrik semangat dengan readers yg sudah mau komentar di part-part sebelumnya, terima kasih.

P.S : Jika ada yang melihat cerita Minrik yang diplagiat,'kan bisa lgsg bilang ke Minrik, biar diciduk sama Minrik. Sekian.

Mrs. Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang