8

3.2K 478 13
                                    


(Namakamu) tengah berjalan menuju ke kelas sahabatnya, Izzatil. Biasanya, ia akan berpergian bersama Sherly untuk menemaninya ke kelas Izzatil, namun beberapa hari ini Sherly tampak menjaga jarak darinya semenjak dirinya membagikan minuman untuk anak-anak basket. Tapi, (Namakamu) hendak memberi ketenangan diri, mungkin Sherly sedang ingin sendiri terlebih dahulu.

(Namakamu) kembali berjalan menuju kelas Izzatil dengan beberapa buku yang ada di pelukkannya saat ini.

"Bisa nggak sih sekali aja hargai aku, Baal? Apa sesusah itu kamu menghargai perasaan aku? Aku juga manusia yang punya hati...please, jangan kasih aku kesakitan lagi."

"Lepasin tangan gue!"

"Baal, ak-aku udah nggak tahan lagi terus-menerus menangis karena kamu.. apa kamu nggak kasihan lihat aku ?"

(Namakamu) memberhentikan langkah kakinya saat mendengar suara yang ia kenal, sangat-sangat ia kenal. Mendekat ke arah dinding yang membatasi sebuah ruangan yang dipergunakan untuk barang-barang yang tidak dipergunakan lagi, suara itu memang menggema bahkan orang yang lewat di sini saja bisa mendengarnya.

(Namakamu) terdiam di tempat ia berhenti sekarang.

"Lo hanya buang-buang waktu, tau nggak ?! Lepasin sekarang juga tangan lo! Atau gue benar-benar keras sama lo sekarang, cepat!"

(Namakamu) membolakan kedua matanya, ia terkejut dengan suara Iqbaal yang begitu marah.

'Iqbaal mau mukul Sherly ?' batin (Namakamu).

(Namakamu) meremas buku yang sekarang berada di pelukannya, ia tidak bisa memberikan Sherly seperti ini. Dengan keyakinan yang kuat, (Namakamu) berjalan menuju gudang tersebut.

"Baal! Aku hanya meminta untuk dihargai! Hanya dihargai! Apa aku salah ?" Sherly dengan tangisannya sejak tadi.

Iqbaal menatap Sherly dengan tatapan dinginnya, ia benar-benar membencinya.

"Lo yang lepasin tangan lo atau gue yang lepasin? Gue benar-benar benci sama lo, Sherl. Mau sesedih apapun diri lo, gue akan tetap benci dengan lo!" ucap Iqbaal dengan suara beratnya yang penuh penekanan.

"Baal,ak-ku..."

"Iqbaal!" Sherly yang hendak mengucapkan sesuatu tiba-tiba saja terpotong oleh suara (Namakamu) yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka.

Iqbaal yang sejak tadi menghadap Sherly seketika terkejut saat mendengar suara (Namakamu), ia dengan cepat memutar tubuhnya menghadap (Namakamu). Sherly mengusap airmatanya dengan kasar, ia menatap (Namakamu) dengan aura kebenciannya.

"(Namakamu), se..sejak kapan—"

(Namakamu) menatap dengan penuh amarah kepada Iqbaal.

"Gue pikir lo hanya bisa mempergunakan akal sehat lo di belakang gue, ternyata itu sama aja. Di balik persahabatan lo dengan abang gue, lo lebih brengsek dari apa yang gue pikirkan selama ini, Baal. Bisa nggak lo lebih manusiawi? Dia cewek, Baal! Lo keterlaluan!" sela (Namakamu) dengan penuh amarah.

Iqbaal terkejut saat mendengar kata 'brengsek' yang dilontarkan (Namakamu) untuknya, Iqbaal terdiam seketika.

Sherly mengepalkan kedua tangannya saat mendengar ucapan kasar (Namakamu) yang diberikannya kepada Iqbaal, ia tidak terima.

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan penuh rasa kecewa. "Entah kenapa gue benar-benar benci lo sekarang, gue benar-benar benci sama lo, Baal," lirih (Namakamu) dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

Ketika (Namakamu) hendak pergi meninggalkan Iqbaal, tiba-tiba saja tangannya sudah berada di dalam genggaman Iqbaal, (Namakamu) memberhentikan langkah kakinya.

Mrs. Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang