[11]

19 3 0
                                    

Malam ini hawa dingin hingga membuat Rena, Laura, dan Nadya menggigil.

Fiona memainkan jarinya diatas psp kesayangannya tanpa merasa kedinginan seperti yang lainnya yang sedang membelitkan diri menggunakan selimut.

Fiona asik dengan psp-nya hingga ia tersadar bahwa teman-temannya meringkuk kedinginan.

Fiona menaruh pspnya dan melangkahkan kakinya kedapur tanpa kedinginan.

Fiona kembali ke kamarnya dengan membawa empat gelas teh panas dan setoples biskuit.

"nih diminum buat ngangetin badan" ucap Fiona.

"makasih Fi" jawab Rena, Laura, dan Nadya bersamaan.
Handphone Fiona berbunyi, panggilan masuk dari bundanya.

Fiona beranjak dari kamarnya keluar ke balkon kamarnya.

10 menit kemudian...

"siapa Fi" tanya Laura.

"bunda sama ayah" jawab Fiona kembali duduk.

"kenapa" tanya Rena sambil memasukkan biskuit yang telah dicelupkan kedalam teh.

"tanya kabar aja" jawab Fiona singkat.

Musik mengalun dari handphone Laura.

Musik mengalun telah berganti beberapa lagu.

"tidur gih udah malem" ujar Fiona.

"hoam"

"pagi" ucap Fiona.

"pagi Fi, emm gue boleh pulang pagi ini" tanya Nadya pada Fiona.

"kenapa, padahal kita mau seru seruan sama anak anak" ucap Fiona.

"gue cuman gak enak, lagian gue juga hari ini ada kerja kelompok di rumah Shinta jam 10:00" ucap Nadya.

"ya udah nanti lo pulang, tapi sebelumnya kita ambil tas lo disekolah dulu sekalian" balas Fiona.

Fiona pov

Sebenarnya Nadya bisa membela dirinya sendiri ketika Caroline semena mena, namun Nadya tidak pandai dalam membela diri.

"lo bangunin kebo ya Nad, gue mau mandi klo lo mau mandi itu kamar mandinya" ucapku sambio menunjuk Rena dan Laura kemudian pintu kamar mandi dikamarku.

"ok Fi" balas Nadya.

Pukul 08:00 gue baru pulang setelah mengantar Nadya pulang dan melihat trio kamvret,Rena,dan Laura udah ada di ruang tamu dan ada kak Husa dan kak Ima.

"kakak" teriakku.

"hai dek" balas kak Husa dan kak Ima.

"kata temen temenmu, kalian mau jalan jalan kan, gimana kalo kakak ikut kita pergi ke Bukit" ujar kak Husa.

"boleh juga kak, entar kakak naik apa" tanyaku.

"motor lama kak Husa kan masih ada" balas kak Ima.

"ok kita kan udah siap semua nih tinggal berangkat  kan, yok berangkat" icap kak Husa.

Kami keluar dan bersiap menaiki motor berboncengan.

"oke kita kumpul dititik ini semua paham" jelas kak Husa.

"paham kak" balas kami serentak.

"Fi kakak tantang kamu siapa yang menang nanti mau apapun harus dituruti oleh yang kalah,  gimana mau" tantang kak Husa.

"aneh aneh aja deh bang" ucap Laura.

" terima, terima" sorak yang lain.

"gue sih boleh boleh aja asal kalo ada apa apa gue gak nanggung" ucap kak Ima.
"oke siapa takut" balasku.

"kau ajak salah satu temanmu untuk kau bonceng kakak boncengin kak Ima" ujar kak Husa.

"Bian aja deh kak, yang lain pada takut,tu liat aja pada melototin kakak" balasku.

Sontak mata mereka langsung biasa.

"ya udah yok kita mulai, kalian juga harus nurutin permintaan kakak apabila Fiona kalah" tanya kak Husa pada Alan dan David.

"kok gitu" jawab Alan.

"ok Fiona pasti menang, siapa yang kalah harus nurutin apa kata pemenang, deal" balas David.

"ok deal" tanggap semuanya.

Kami berboncengan gue-Bian, Rena-Alan, Laura-David, kak Husa-Kak Ima.

Kami mula menjalankan kendaraan masing masing mulanya dengan kecepatan sedang kemudian lebih kencang ketika berada di jalan raya.

Satu jam lebih gue ngendarain motor gue sama Bian, akhirnya gue sampai ditempat yang sudah ditentukan.

"yes kakak belum ada disini
Berarti gue menang" teriakku.

"warung yuk Fi, haus" ujar Bian sambil berjalan ke arah warung disamping agak jauh dariku akupun menyetandarkan motor.

"kakak, kok bisa" ucapku lemah sambil bengong.

Kok bisa kakak udah ada disini, bukannya tadi agghrrrrrr batinku.

"gimana keren kan kakak, masih kalah jauh kamu sama kakak" ejek kak Husa.

"sabar dek turutin aja kemauan kita" tambah kak Ima.

"jangan yang berat berat ya kak" mohonku memelas.

"apa sih yang enggak buat adek kakak" icap kak Husa dan kak Ima seperti sudah direncanakan.

"yang lain mana Fi" tanya Bian tiba tiba.

Kami memandang jalan yang kulalui tadi, dan melihat Alan dan David mengendarai motor dengan santai.

"tuh nongol" ucap Bian acuh sambil mencomot gorengan didepannya.

"panggil cepet" ujar kak Husa.

Bian meneriaki mereka dengan keras hingga membuat beberapa orang disekitar kami kaget.

Alan yang mengetahui bahwa yang berteriak adalah Bian ia pun mengajak yang lain untuk menuju ketenpat Bian dan yqng lainnya.


Typo betebaran syalalalala...

Jangan lupa tinggalin jejak ya....

TBC

love in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang