Bersama Bayangmu

160 5 0
                                    

Mengapa suka menulis...? Kalo aku, karena dulu suka sekali baca... Berupa apa tulisan pertamamu...? Kalo aku, berupa diary atau catatan harian... Ingat banget, dulu dikasih Abah buku agenda yang dikasih perusahaan tempatnya bekerja. Buku agenda tersebut dijadikan catatan harian. Curhat berbagai unek-unek di sana... Kemudian dibaca ortu, diketawain... 

Tapi tetap saja, nulis catatan lagi. Daripada disimpan nyesakin dada, mending curhat sama diary. Jadi, hobby baca jalan terus.... Nulis diary juga... Baca kisah orang yang dimuat di majalah... Jadi pengen nulis cerita sendiri... 

Lalu suatu ketika iseng, tulisannya dikirim... Eh, ternyata dimuat... Inilah tulisan pertamaku yang dimuat dan dipublikasikan.... Selamat membaca....

 Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sedang apa kau di sana, Fan? Sedang belajarkah? Atau mungkin kau sedang ingat si Dia-mu yang di kota anu itu, ya? Mungkin juga. Yang jelas kamu tidak sedang memikirkanku. Apa untuk memikirkan seorang gadis yang kagak kece kayak aku ini?


Akh, Fan! Mungkin aku ini orang yang sentimental. Entahlah! Mengapa sampai sekarang aku belum bisa melupakanmu, akupun tak tahu! Mengapa aku tak bisa melupakan wajah simpatikmu? Mengapa suaramu yang penuh wibawa selalu terniang di telingaku? Mengapa sosok atletismu selalu menari-nari di pelupuk mataku? Mengapa?


Aku bodoh, kau kan tak mungkin bisa menjawab pertanyaan konyol begitu. Aku sendiri saja tidak tahu jawabnya, apalagi kamu yang tidak mengerti duduk persoalannya. Siapa aku saja, mungkin kau sudah lupa. Tidak seperti aku yang tidak pernah melupakanmu.

Sebenarnya, aku sudah setengah mati berusaha untuk menghapus namamu di lubuk hatiku, tapi tak dapat. Sungguh! Segala yang ada di sekolah kita, selalu mengingatkanku padamu, bagaimana aku bisa melupakanmu? Setiap hari aku selalu ada di sini. Terang aja, aku selalu dikelilingi bayangan sosokmu yang mengagumkan itu.


Bila aku berada di lapangan, aku jadi ingat kelincahanmu bila sedang mengejar bola. Bila mataku menatap kelasmu, terbayang di mataku kau sedang berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan anak-anak yang sedang bermain basket. Apabila melihat Aji yang sekarang menggantikanmu menjadi Ketua OSIS, aku selalu ingat kamu. Segala tingkah laku dan perbuatannya mengingatkanku padamu. Bukan karena apa-apa, karena perilakunya itu seperti dibuat-buat. Ia sepertinya sok sekarang. Sok aktif, sok alim, sok pintar, dan sok segala-galanya. Sepertinya dia meniru kamu. Hampir semua kegiatan sekolah, ia menangani. Ia ingin menonjolkan diri sendiri. Keaktifanmu dulu adalah wajar saja, sedangkan Aji berlebihan.


Itu sebabnya, bila aku melihatnya, aku jadi ingat kamu. Kalau kulihat kelakukannya yang agak sok itu, hatiku selalu berbisik, "Kau tidak begitu."


Entah kenapa, sampai sekarang tidak pernah kutemukan cowok yang menarik seperti kamu. Bagi saya, kau adalah satu-satunya cowok yang cocok dengan sikapku. Segala kelakuan dan sifatmu, tak ada satupun yang bertentangan dengan hatiku. Di mataku, kau tidak ada cacat celanya.


Salahkah aku, Fan? Salahkah aku bila sampai sekarang tidak bisa melupakanmu, melupakan semua pesona, karismatik, senyum symphatikmu, dan segala yang ada padamu? Salahkah aku bila selalu merindukanmu? Sedangkan kau sudah ada yang punya dan sudah tidak berada di sini lagi.

Aku ingin sekali melupakanmu, tapi tak bisa. Apakah aku harus meninggalkan sekolah ini agar bisa lepas dari bayang-bayangmu? Bukankah itu pengecut namanya? Apalagi aku tak mau meninggalkan konco-koncoku yang baik.


Biarlah, Fan! Biarlah aku tetap di sini bersama bayangmu!


Sayonara, Fan! Belajarlah dengan rajin! Di sini, doaku selalu terucap untukmu. Semoga kau sukses selalu dan selalu ceria bersama 'Dewi'mu! Bila fajar mulai merayap ke arah barat, mendengar doaku yang dikirim lewat angin malam. Sayonara! ***

========================================================================

Ada yang bisa menebak, dimuatnya di majalah apa dan tahun berapa...? Hehehe... Kalo tau, berarti jago, dan ketahuan pasti umurnya sama 'jadul'... Hahaha...

Yap, dimuat di majalah Hai... Kalo tidak salah tahun 1988 atau 1989... Wuih...! Kebayang kan jadulnya... Diliat dari tulisannya, ketebak juga kan, ide dan temanya... semacam diary atau catatan harian yang difiksi-fiksikan dikit, dengan menyamarkan nama tokohnya...

Semula, saya tidak tahu, tulisan ini dimuat. Setelah datang surat, yang isinya ingin berkenalan dan tahu alamat rumah dari tulisan yang dimuat. Katanya, tulisan saya mirip dengan kisahnya dia. Baru setelah itu, saya buru-buru cari majalah yang dimaksud untuk melihat seperti apa tulisan pertama saya yang dipublikasikan di majalah nasional... Cie...

Setelah itu, menyusul surat-surat lain yang datang ke alamat saya. Isinya serupa, ingin kenalan karena kisahnya mirip dengan isi tulisan saya. Banyak yang merasa terwakili ternyata... Bukan hanya surat, wesel juga mampir ke alamat saya. Honor tulisan sebesar Rp20.000,-. Wuih, uang segitu jaman dulu rasanya banyak sekali. Bisa traktir teman nonton juga beli kaos. Senang dan bangga rasanya... Belanja dengan uang sendiri...

Eh, bagi yang minat memiliki tulisan penulis jadul versi cetaknya, bisa pesan melalui www

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh, bagi yang minat memiliki tulisan penulis jadul versi cetaknya, bisa pesan melalui www.nulisbuku.com, ya...

Sekian dulu curhatnya... TerimEntar, Insya Allah, disambung lagi... Wassalam...

Not Author Jaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang