EL 3 : Mata Safir

22.7K 1.3K 20
                                    

"Kita sudah sampai!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita sudah sampai!"

An Ling dan Ye Hua turun kuda. Mereka bergerak menuju sebuah rumah kecil yang merupakan rumah Selir Bao, ibunda Ye Hua.

"Mari masuk!" ajak Ye Hua.

"Tidak. Aku diluar saja,"

"Ayolah Ling Ling tidak usah malu-malu seperti itu. Ayo masuk!" Ye Hua menarik tangan An Ling kemudian memaksanya masuk ke dalam rumah. Mendapat sentuhan mendadak, An Ling sedikit terkejut. Jantungnya kembali berdebar. Seperti ada segelintir rasa aneh menggelayuti hatinya. Gadis itu pun masuk ke dalam rumah dan menunggu di balai tamu.

"Ini minumlah!" ujar Ye Hua menuangkan segelas teh untuk An Ling.

Gadis itu menerima cawan itu lalu menatapnya sambil menimbang-nimbang "Apa minuman ini ada racunnya?" tanya An Ling meledek.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Tidak mungkin aku setega itu pada gadis cantik sepertimu!" bantah Ye Hua di selingi canda .

An Ling tersenyum tipis menganggapi hal itu. Pipinya sedikit memerah karena pujian Ye Hua. Setelah meminum teh, pria itu mengajaknya untuk berjalan-jalan namun An Ling menolak. Ia leb h memilih melihat sebuah pedang terpajang di dinding rumah.

“Apa ini boleh ku sentuh?” tanya gadis itu sedikit ragu

“Tentu saja. Kau boleh bermain benda itu jika kau bisa memainkannya,”

An Ling melepas sarung pedang dan mulai mempraktekkan jurus-jurus pedang dihadapan Ye Hua. Pria itu bertepuk tangan terkagum-kagum dengan permainan An Ling. Ye Hua memillih duduk terlebih dahulu mengamati gadis yang sedang memainkan pedangnya. Surai panjang rambut An Ling yag berkibar mengikuti arah angin semakin menambah pesona gadis itu. Percayalah siapapun yang melihatnya pasti tidak akan melepaskan padangannya dari gadis itu.

Melihat Ye Hua yang terus memandanginya tanpa berkedip, An Ling merasa malu. Tak ia sadari roknya yang menjuntai panjang hingga menyentuh tanah, siap membuatnya tergelincir. Benar saja, tak lama setelah itu An Ling terpeleset hingga hamper jatuh. Namun Ye Hua berhasil menangkap tubuh itu sebelum menyentuh tanah.

“Ling ling, hati-hati!” ujar Ye Hua ketika tubuh An Ling menempel di dada bidangnya. Merasa tak nyaman dengan posisi itu, An Ling kembali membenarkan posisi berdirinya.

"Kau hebat! Aku tidak menyangka ada gadis yang suka bermain pedang. Tapi sepertinya kau kurang konsentrasi tadi. Apa karena aku?" ledek Ye Hua.

Wajah An Ling semakin merah. Ia hanya tersenyum tipis. "Terima kasih atas pujiannya. Ilmu tadi hanya tidak seberapa. Sangat dangkal. Sejak umur dua tahun aku pergi meninggalkan negeriku dan tinggal di Guen. Ayahku mengajarkan ilmu bela diri agar aku bisa melindungi diriku bila tidak ada beliau,”

Endless Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang