Chapter 2 - Hari baru

1.3K 131 10
                                    

Tidak ada pembicaraan antara Tantuzel dan Tantalum dikereta kencana sejak kejadian di Fetzelburg. Tantuzel mengerti apa yang Tantalum rasakan, jadi ia memutuskan untuk tidak mengganggunya hingga ia memulai pembicaraan dengan sendirinya. Berat bagi Tantalum untuk menerima kejadian yang baru saja menimpanya karena ia belum pernah mengalami hal yang serupa.

Hingga waktu makan malam tiba, Tantalum hanya mengaduk dan mengoyak hidangannya. Tak lama kemudian, ia mulai berbicara kepada ibunya “ibu, mengapa aku tidak punya sihir seperti ibu? Ayah pun memiliki sihir berupa tanaman dan dia adalah seorang ahli sihir dimasanya. Kini aku merasa seperti anak hilang.”

Tantuzel yang mendengarnya langsung berhenti memakan hidangannya dan menasihati Tantalum, “memiliki sihir atau tidak memiliki sihir, itu sama saja. Kamu tetap putri ibu. Lagipula, kamu masih mempunyai tongkat dari ibu, dan Crystal dapat kamu andalkan, kamu sudah hapal mantera untuk mengubah nya, bukan? Bersyukur lah karena masih banyak orang diluar sana yang tidak hidup mewah seperti kita.”

“Tetapi jika aku mempunyai sihir, aku bisa melindungi diriku sendiri disaat kejadian tadi. Aku juga bisa melindungi ibu dan melindungi orang-orang disekitarku. Orang-orang tidak akan ragu jika aku ini adalah anak ibu. Dengan adanya sihir aku akan merasa aman dimanapun.” Keluhnya.

“Baiklah, jika kamu ingin merasa aman, kamu tidak perlu ikut denganku lagi, kemanapun itu. Ibu sudah memberikan tongkat dan Crystal kepadamu, jika kamu tidak mempunyai sihir terimalah saja karena itu sudah menjadi takdirmu!” Jawab Tantuzel dengan nada yang tinggi.

“Bukan itu yang kumaksud. Kumohon biarlah aku ikut denganmu kemanapun.”

“Tidak bisa, itu adalah perintah. Ini juga demi kebaikanmu. Kamu akan ikut denganku lagi setelah kamu tersadar bahwa sihir bukanlah segalanya.” Jawab Tantuzel menutup pembicaraan lalu pergi meninggalkan ruang makan malam.

Tantalum yang tidak bisa melawan ibunya hanya bisa berlari ke kamarnya dan menangis sepanjang malam. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan karena ia akan terjebak diistana setiap hari.

~~

Beruang kutub dan burung elang sudah memanggil. Tak seperti biasanya Tantalum terbangun setelah panggilan mereka. Matanya membengkak karena menangis sepanjang malam. Lalu ia segera melihat kejendela dan yang ia lihat adalah Tantuzel sudah menaiki kereta kencana meninggalkan ia sendiri bersama Crystal dan petugas kerajaan.

Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu kamar Tantalum, “Yang mulia, Tantalum. Apa anda sudah bangun?” ternyata itu adalah suara pak Lanzmere seorang petugas kerajaan, biasanya ia selalu mengikuti Tantuzel kemanapun untuk mengatur jadwal pertemuan atau kunjungan. Tetapi kali ini ia sengaja ditinggalkan Tantuzel untuk mengawasi Tantalum.

“iya, aku sudah bangun.” Jawab Tantalum.

“Anda harus segera sarapan, yang mulia. Hidangan sudah siap dimeja makan.”

“bisakah sarapannya ditunda dulu? Aku sedang tidak nafsu makan.”

“Tidak bisa, yang mulia. Ini perintah Ratu untuk selalu memantau jadwal makanmu.” Katanya dari luar pintu.

Akhirnya Tantalum memustuskan untuk keluar dari kamarnya dengan wajah lesu tanpa semangat. Meja makan yang panjang di ruang makan sudah dipenuhi dengan hidangan yang nikmat, semua telah disiapkan untuk Tantalum dan Crystal. Tetapi yang ia lahap hanya separuh roti gandum dan air putih. Ia benar-benar tidak bersemangat untuk menjalani harinya, satu jam bagaikan satu tahun baginya. Malahan untuk membersihkan tubuhnya ia tidak melaksanakannya.

Dengan baju piyama dan rambut yang tak karuan, ia berjalan-jalan dengan Crystal yang ia ubah kebentuk kucing agar dapat ia peluk untuk menyusuri istananya, melihat-lihat untuk mengisi waktu. Selama hidupnya, jarang sekali ia berkeliling istana yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama 13 tahun. Kini ia melakukannya agar harinya yang membosankan berlalu dengan cepat.

Sampai ruang lukisan, ia mulai menangis melihat lukisan ayahnya yang terpampang di dinding galeri. Jauh didalam lubuk hatinya ia ingin merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Ayahnya selalu dikenal sebagai Raja yang berwibawa, bijaksana, dan rela berkorban demi rakyatnya. Tak heran bila ia meninggal di peperangan demi melindungi rakyatnya.

Disamping lukisan Raja Grodea terdapat lukisan Ratu Tantuzel. Tantalum yang merasa kesal dengan ibunya memukul sedikit lukisan itu hingga sedikit tergeser kekiri “Mengapa ibu melakukan ini padaku? Apakah ibu tahu aku sangat bosan berada disini?” Katanya pada lukisan ibunya.

Semakin dilihat, seperti ada yang janggal dari lukisan tersebut. Tantalum menemukan ruang kecil di sudut kanan bawah lukisan karena sempat tergeser. Dengan segera ia mengambil lukisan itu dari dinding dan menemukan ruang kecil yang hanya berisikan beberapa tumpukan kertas. Ia mengambil tumpukan kertas tersebut lalu berlari kekamarnya setelah menaruh kembali lukisan ibunya.

“Aku tidak percaya kalalu ibu menyembunyikan rahasia dariku. Mari kita baca, Crystal.” Tantalum membacanya dengan penuh rasa penasaran. Setelah ia membaca kertas pertama, ternyata itu hanyalah surat cinta ibu kepada ayah disaat pertama kali mereka berpacaran. Tantalum yang membacanya merasa terhibur dan tertawa keras dikamarnya bersama Crystal.

Lalu ia segera membaca beberapa kertas selanjutnya, yang isinya sama halnya dengan kertas pertama yaitu surat cinta ibunya untuk ayahnya yang dulu hanyalah putra dari seorang penjual roti di Gheimhridh. Cinta mereka sungguh menyedihkan karena harus berjuang merayu ayah dari Tantuzel yang dulunya seorang Raja di Gheimhridh. Karena kebaikan Grodea, Raja akhirnya merelakan putrinya untuk menikah dengannya tetapi dengan berbagai syarat, lalu mereka menikah dan hidup bahagia diistana.

Pada dua halaman terakhir, Tantalum melihat hal yang berbeda dari sebelumnya. Seperti sebuah peta, peta itu menunjukkan jalan kesebuah tempat bernama "The Magic Fountain". Lalu dihalaman terakhir, ia menemukan sebuah literasi mengenai The magic Fountain tersebut. Disana dikatakan bahwa The Magic Fountain adalah air mancur ajaib yang dapat memberi sihir kedalam tubuh kita, cukup dengan meminum airnya dicampur dengan sedikit darah kita, maka kita dapat memancarkan sihir dengan tangan kosong sekalipun.

Tantalum sangat terkejut membaca kertas tersebut. Lalu ia langsung berpikir bahwa dari sanalah orang tuanya mendapat sihir. “Apa benar ayah dan ibu mendapat sihir dari air mancur ini? Jika benar, aku juga harus ketempat itu dan membuktikan kalau aku juga punya sihir seperti orang tuaku, membuktikan bahwa aku adalah garis keturunan asli Gheimhridh. Hmm.. tapi kapan aku akan memulai perjalanannya ya? Bagaimana menurutmu Crystal? Apakah sekarang ide bagus? Ya! Sekarang adalah ide bagus, baiklah kita harus cepat sebelum ibu pulang. Soal bekal ayo kita ambil di gudang makanan. Tapi sebelumnya kita kembalikan dulu surat-surat ini dan kita bawa petanya saja.” Kata Tantalum dengan gembira. Ia sangat bersemangat dan optimis dengan kekuatan magic fountain tersebut. Ia tidak memikirkan bahaya apa yang akan menghadang mereka berdua.

Tantalum mengendap-endap pergi kegudang makanan, banyak petugas dan koki kerajaan disana. Dengan badan kecilnya dan Crystal yang berwujud kelinci mereka berhasil masuk kegudang makanan dan mengambil makanan seperlunya.

Tantalum segera membersihkan diri dan memakai pakaian yang tebal. Perbekalan mereka hanyalah makanan dan peta, soal senjata Tantalum mempunyai tongkat dan Crystal yang sangat bisa diandalkan. Lalu mereka siap untuk berangkat. Tantalum tidak peduli dengan apa yang akan dihadapinya saat perjalanan nanti, ia tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada ibunya jika ia pergi. Yang ia pikirkan hanyalah sebuah sihir, ia harus mendapatkan sebuah sihir dari air mancur ajaib tersebut.

Bersambung...

Tantalum (Seri Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang