Chapter 5 - Kesepakatan Adalah Kesepakatan

1K 106 9
                                    

"Jadi, kalian tahu siapa aku ya? Maaf jika aku berbohong." Sahut Tantalum sambil tersipu malu.

"Hahaha dasar bocah ini.. apakah ibumu yang mengajarimu berbohong? Kau tahu bagaimana jika ibumu menyadari kalau kau melarikan diri dari istana? Seluruh isi dunia ini dalam bahaya, semua makhluk hidup akan kena dampaknya, termasuk dirimu sendiri dan peliharaanmu itu. Kenapa kau tidak berpikir dulu sebelum bertindak? Lebih baik kau pulang keistanamu dan menikmati hidup mewahmu. Apa sih yang membuatmu melarikan diri?" Tanya Allunork.

"Siapa sih kalian? Kenapa jadi mengaturku seenaknya? Jangan mentang-mentang kalian sudah menyembuhkan Crystal aku akan menuruti semua keinginan kalian. Kalian tidak mengerti mengapa aku pergi, jadi tak usah ikut campur! Aku punya tujuan! Kalau kalian tetap menghalangi jalanku, aku akan bekukan rumah ini beserta isinya. Ayo Crystal, kita pergi." Sahut Tantalum dengan meninggikan nada bicaranya.

Ia membawa Crystal dan tongkat sihirnya lalu bergegas pergi meninggalkan kediaman Allunork dan Greynard. Tiba-tiba Greynard menggenggam pergelangan tangan Tantalum tepat sebelum ia membuka pintu rumah mereka. Cengkraman yang sangat kuat dan tatapan yang mematikan Greynard membuat Tantalum terpaku di tempat. "Ah! Energi apa ini? Lepas! Tanganku sakit! Hei, kau dengar aku tidak?" Rengek Tantalum memohon kepada Greynard. Tetapi ia tetap tidak melepas cengkaramannya, melainkan ia menambah kekuatannya yang membuat Tantalum lemas dan terjatuh.

"Baiklah, aku tidak akan pergi. Kumohon lepaskan..." Ujar Tantalum dengan lemas.

Lalu Greynard segera melepas cengkraman mematikannya.

"Kerja bagus, Grey." Sahut Allunork.

"Siapa sebenarnya adikmu itu? Genggamannya kuat sekali. Kekuatannya tidak wajar untuk anak dengan umur tak jauh beda dariku. Apa dia mempelajari sihir gelap? Tak kusangka kalian sangat mengerikan." Teriak Tantalum.

"Sihir? Kami tidak pernah mempelajari ilmu sihir apapun walaupun orangtua kami ahli dalam hal itu. Kekuatan Greynard yang kau rasakan tadi asli dari dirinya sendiri tanpa bantuan apapun. Ia berlatih setiap saat, setiap waktu, hingga lupa dengan dirinya sendiri. Itulah rahasianya." Bentak Allunork.

"Baiklah, aku percaya. Jangan membentakku seperti itu. Tapi benarkah ia memakai kekuatannya sendiri untuk mengeluarkan energi seperti itu? Yah, ku akui itu memang suatu pencapaian yang hebat. Tapi apa mau kalian sekarang? Aku harus pergi sekarang, kumohon.." ujar Tantalum.

"Jika kau ingin keluar, beri tahu kami kemana tujuanmu sekarang!" Bentak Allunork.

Tantalum yang hanya seorang gadis kecil merasa dirinya sedang terancam oleh dua orang jahat yang sedang menculiknya dan mengintrogasinya. Lantas ia segera mengeluarkan jurus terakhirnya, yaitu menangis menjerit sekencang-kencangnya.

"Huaaaa!! Mengapa kalian sekejam ini terhadap anak kecil sepertiku?!? Apa kalian sadar tindakan kalian barusan melanggar hukum-hukum kekerasan terhadap anak dibawah umur? Apa kau tak kasihan melihatku yang kecil dan rapuh ini? Apalagi tadi adikmu hampir mematahkan tanganku. Hiks... Hiks... Hanya biarkan aku pergi apa susahnya untuk kalian?" Rengek Tantalum sambil duduk dilantai dan menendang-nendang kakinya. Ia tampak seperti anak kecil yang tidak diizinkan untuk membeli mainan.

Melihat Tantalum yang menangis kencang membuat Allunork dan Greynard terkejut dan bingung harus berbuat apa terhadap bocah ini. Mereka saling bertatapan seakan meminta satu sama lain untuk menghadapi Tantalum yang sedang menangis. Dan orang yang menghadapi Tantalum sudah pasti tidak lain orangnya adalah Allunork.

"Eh.. baiklah, kumohon berhenti dulu nangisnya. Kami hanya ingin tahu tujuanmu, itu saja. Setelah itu kami tidak akan mengganggumu lagi." Sahut Allunork.

"Tapi kalau aku memberitahu kalian tujuanku, pasti kalian tidak akan mengizinkanku pergi. Aha! Bagaimana jika kita membuat kesepakatan? Jadi begini, aku akan memberitahu kalian tujuanku. Jika kalian sudah tau kalian harus janji padaku untuk diam dan tidak memberitahu siapapun lalu biarkan aku pergi sendirian. Bagaimana? Sepakat?" Ujar Tantalum.

"Hmm.. mau bagaimana lagi? Sepakat!" Seru Allunork.

"Aku.. ingin ke air mancur ajaib? Kau tahu kan? The Magic Fountain?" Ujar Tantalum.

"Kurasa aku pernah mendengar tempat itu? Apa kau membawa peta? Coba kulihat..." Sahut Allunork.

Tanpa ragu, Tantalum segera memberi gulungan peta yang ia bawa kepadanya. Allunork segera membacanya dan memahami jalur-jalur yang akan dilewati Tantalum.

"Hah?!? Kau yakin ingin pergi kesini? Ini sangat berbahaya! Kau harus melewati hutan Nemrod. Hutan ini adalah hutan yang paling berbahaya sepanjang masa, kau tidak akan memikirkan apa yang akan muncul disana. Tidak ada yang selamat setelah memasuki hutan itu. Kau sebaiknya pulang, aku hanya mengkhawatirkanmu. Walaupun kau punya Crystal dan tongkat sihir itu, tapi dalam perjalananmu ini mungkin kedua senjatamu tidak akan ada apa-apanya dibanding apa yang harus kau hadapi. Maaf jika aku melanggar kesepakatan, tapi ini sangat berbahaya untukmu." Ujar Allunork.

"Begitu ya? Aku tidak pernah mengetahui apa yang ada diluar sana, aku tidak tahu seberapa bahayanya dunia luar.. oh! bagaimana kalau kalian menjadi penjagaku? Ayolah.. apa kalian tidak bosan hidup dihutan ini setiap hari? Memandang pemandangan yang sama setiap saat? Apa kalian tidak menyukai sedikit tantangan?" Sahut Tantalum membujuk mereka.

"Apa kau sudah gila? Memang apa yang akan kau lakukan di Magic Fountain? Mandi? Mencuci muka?" Tanya Allunork.

"Penasaran, kan? Jika kalian penasaran aku akan memberitahu pada kalian dalam perjalanan menuju kesana. Jujur saja, kulihat dari tadi Greynard tampak bersemangat mendengar tentang hal ini walaupun dia memang kelihatan seperti orang bisu, tapi mata seseorang tidak pernah bohong." Ujar Tantalum.

"Betulkah itu, Greynard? Apa kamu setuju dengan hal ini?" Tanya Allunork kepada Greynard. Lalu sambil menunduk kebawah Greynard menganggukkan kepalanya kepada Allunork. Apa yang Tantalum bilang tak salah lagi bahwa ia memang menyukai tantangan dalam hidupnya. Allunork yang terkejut atas keputusan adiknya hanya bisa diam seribu bahasa. "Tapi Grey, perjalanan ini sangat berbahaya. Taruhannya adalah nyawa kita, aku tidak ingin.. a.. aku tidak ingin kehilangan anggota keluargaku satu-satunya." Ujar Allunork sambil menatap wajah Greynard.

Lalu dengan terpaksa, Greynard menjawab anggapan kakaknya walaupun hanya dengan sepatah kata. Tapi baginya, bicara adalah hal yang berat "Toh, apa gunanya kita berlatih setiap hari?" Ucapan yang keluar langsung dari mulut Greynard, ternyata menggerakkan hati kakaknya untuk ikut dengan Tantalum.

"Hh.. baiklah ayo kita bersiap-siap sekarang. Pastikan semuanya lengkap, mulai dari senjata, obat-obatan, dan peralatan lainnya." Seru Allunork pada adiknya.

Dengan semangat Greynard segera mengambil dan menaruh barang-barang yang ia perlukan kedalam tas punggungnya, diikuti dengan Allunork yang tidak begitu semangat karena membayangkan apa yang akan segera terjadi diperjalanan mereka nanti. Ini bukan pertama kalinya mereka bepergian jauh dari hutan mereka, melainkan pertama kalinya bagi mereka untuk bepergian tanpa orang tua mereka.

"Yak, sekarang kami sudah siap! Ayo berangkat, Tuan Putri." Ujar Allunork sambil mengambil tas punggung nya lalu menggendongnya dibalik punggung nya. "Hahaha! Baiklah, aku yang akan memimpin kalian, penjaga-penjaga ku." Jawab Tantalum dengan riang.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan Tantalum yang selalu berjalan didepan sambil menunjukkan jalan dengan Crystal yang berwujud rubah yaitu wujud yang paling Tantalum sukai. Walaupun Allunork dan Greynard sudah hapal betul dengan hutan yang ditinggalinya, tetapi Tantalum tetap berlagak seperti seorang pemandu jalan sekaligus pemimpin mereka.

Sepanjang perjalanan, Tantalum tidak pernah berhenti berbicara, ia terus membicarakan tentang hidupnya diistana seperti tata cara meminum teh, makan malam bersama ibunya, dan cara menjadi anak yang berbakti untuk ibunya. Hingga sesekali Greynard menyesali keputusannya untuk ikut dalam perjalanan ini. Bahkan mereka tidak diberi kesempatan untuk bertanya kemana tujuan mereka selanjutnya. Kakak beradik tersebut tampak memiliki hari-hari yang suram sepanjang perjalanan.

"Akhirnya kita sampai dikota tujuan pertama kita! Ini adalah kota yang belum pernah ibuku sentuh sama sekali, yaitu kota Zenya. Jadi disini aman dari ibuku." Seru Tantalum didepan gerbang perbatasan kota Zenya dengan mata yang berbinar-binar.

Bersambung...

Tantalum (Seri Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang