1. Choi Min Ah

16.5K 1K 20
                                    

***

New York memang pantas mendapatkan julukan sebagai 'kota yang tidak pernah tidur'. Lihat saja sekarang, bahkan saat jam sudah menunjukkan pukul 01:30, jalan-jalan masih saja ramai oleh lalu lintas para penduduk kota.

Begitu pula dunia underground New York. Para mafia itu tidak bisa beristirahat sejenak. Tidak ada hari tanpa membuat onar, tidak ada jam tanpa membuat tindak kriminal, dan tidak ada detik tanpa mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari proyek gelap mereka.

Dan disinilah dia, seorang gadis dengan setelan serba hitam yang membalut lekuk tubuh sempurnanya. Ia menatap malas ke arah bangunan yang cukup mewah dihadapannya. Gadis itu memutar mata sebal sebelum mengambil ponsel dari saku jaket kulitnya.

"Halo?"

Seorang wanita terdengar berseru dari seberang sana.

"Iya, Jennie. Ini aku," gadis itu menjawab datar.

"Oh! Kau sudah sampai di sana? Apa dia sudah pergi ke tempat yang seharusnya?"

"Hey! Apa kau sungguh memintaku untuk melakukan pekerjaan ini? Ini sungguh bukan gayaku, kau tahu?"

"Ck, jika aku sedang dalam keadaan baik maka aku yang akan kesana. Mengertilah sedikit, kawan. Oh iya, jangan lupa pakailah pakaian yang sedikit 'mengundang'. Itu akan memudahkanmu."

"Cih, tidak sudi. Yang terpenting adalah aku membawa barang itu ke ketua, bukan?"

"Hmm,"

"Ya sudah aku tutup dulu. Cepatlah sembuh, sialan! Kau hanya merepotkanku saja!"

Terdengar kekehan kecil dari si penerima. "Aku mengerti. Maaf. Aku mencintaimu!! Bye!"

Gadis dengan high heels setinggi 12 cm itu mendesah kesal. Ia melangkahkan kaki jenjangnya memasuki salah satu klub malam terbesar di New York itu. Bau alkohol dan asap rokok langsung menyapa hidung mancungnya.

Gadis itu mengerut tidak suka. Ia cepat-cepat pergi menuju tempatnya sambil sesekali menutup hidung dan telinganya yang terasa berdengung. Oh, bahkan baginya suara letusan dari pistol lebih baik daripada suara musik yang tidak jelas seperti ini.

Dengan susah payah dan sambil menahan kesal luar biasa -karena banyak pria yang dengan kurang ajar menyentuhnya tadi-  ia sampai di kamar khusus yang sebelumnya telah dipesan.

Gadis itu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan yang didominasi cat berwarna merah marun. Disana terlihat seorang pria dengan rambut pirang dan setelan jas mewah tengah duduk di sofa. Mata biru pria itu menatap takut ke arah gadis yang tengah mendudukkan diri di hadapannya.

"K-kenapa kau yang d-datang?" Dia spontan menjadi gagap saat melihat mata tajam gadis itu yang menatapnya lurus.

"Memangnya kenapa?" Si gadis menyenderkan bahunya di sofa. "Kenapa jika aku yang datang?"

"T-tidak. A-aku hanya kaget, kukira Jennie yang akan datang. O-orang hebat sepertimu mana sudi melakukan pekerjaan seperti ini."

Tatapan gadis itu menjadi lebih tajam, membuat yang ditatap nyaris terkencing di celana. Namun sedetik kemudian, tatapannya kembali tenang. "Kau benar. Tapi bagaimana lagi, Jennie sakit dan barang itu harus tetap diserahkan ke ketua, bukan?"

"T-tentu."

"Mana barangnya?"

"A-ada disini." Pria itu menyerahkan koper hitam yang ada di sebelahnya. Sang gadis membuka isinya lalu bergumam kecil sambil mengangguk.

Illegal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang