Min Ah sungguh sedang hamil.
Ia dan Jimin memeriksakan kandungannya sehari setelah kepindahan mereka.
Sekarang mereka telah pindah ke tempat yang baru. Busan itu memang kota besar, namun masih ada bagian dimana kau bisa menikmati udara pedesaan yang asri. Dan disanalah mereka. Bisa dibilang 'Busan pedalaman' karena disini suasana pedesaan begitu kental.
Jimin telah bekerja disebuah cabang kecil di Busan. Semua karyawan disana tidak ada yang mengetahui bahwa Jimin adalah adik dari pemilik perusahaan mereka, dan Jimin pun tidak berniat sama sekali untuk memberi tahu.
Namjoon. Pria itu sangat marah dan kecewa saat akhirnya Jimin menyerah dan memilih Min Ah. Sedikit mengumpati keputusan kelewat bodoh -menurut pria itu- dari Jimin.
Jimin tidak peduli, toh sekarang Namjoon bahkan sering mengunjunginya. Tentu saja tanpa diketahui siapapun.
Bagaimanapun juga, Namjoon telah menganggap Jimin sebagai adiknya sendiri. Walaupun dia sangat amat tidak menyukai Min Ah sama sekali, dia tetap menjaga wanita itu dan juga kandungannya.
Pernah suatu hari Min Ah akan jatuh dari dari tangga kayu rumah dan Namjoon melihat itu. Pria Kim itu tampak panik dan langsung membantu Min Ah. Setelahnya ia memarahi Min Ah habis-habisan karena keteledorannya.
Min Ah hanya diam sambil sesekali tersenyum simpul. Ia tahu bahwa sebenarnya Namjoon pun mengkhawatirkannya.
Dan sahabat sepekerjaan Min Ah, Kang Jennie. Gadis itu juga mengetahui segalanya. Kadang, Jennie akan mampir saat ia mendapat tugas.
Min Ah sebenarnya kadang merasa khawatir saat Jennie menemuinya. Ia takut sang ketua akan mengetahui keberadaannya. Namun ia juga percaya keahlian Jennie dalam menyembunyikan diri. Gadis itu tidak akan ketahuan.
Setiap hari Min Ah akan pergi ke pasar yang ada di dekat rumah mereka. Sendirian. Tapi jangan salah, sekarang ia sudah membuka diri terhadap semua tetangga. Ia bahkan ikut dalam obrolan ibu-ibu yang juga berbelanja di pasar.
Jimin sampai kadang pusing sendiri dengan kelakuan Min Ah yang selalu ikut menggosip dengan ibu-ibu tetangga. Menurutnya Min Ah itu sudah terlalu terkontaminasi. Min Ah yang dulu sudah berganti menjadi ibu rumah tangga yang selalu menagih uang belanja mingguan dari suaminya. Menyebalkan. Tapi tetap manis.
Jimin tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolak keinginan Min Ah. Sekarang wanita itu sedang hamil anaknya. Perempuan. Sembilan bulan. Sebentar lagi akan melahirkan.
Pernah suatu malam, Jimin harua bangun pukul dua pagi hanya untuk membeli tteokbokki. Dan yang membuat kesal lagi, Min Ah hanya memakan dua potong lalu kembali tidur.
Jimin gondok bukan main saat itu. Rasanya ingin mencekik istri sendiri. Tapi Jimin kuat. Suami siaga.
Lalu pernah juga Min Ah ngidam ingin mengelus perutnya setiap malam. Jimin tidak keberatan, dia malah sangat bahagia.
Kadang ia akan mencuri beberapa kecupan basah saat Min Ah tidur dilengannya sambil mengelus kotak-kotak diperutnya.
Ada kalanya Min Ah ingin bermanja ada juga kalanya Min Ah sangat tidak menyukainya.
Jimin ingat, waktu Min Ah hamil 7 bulan, wanita itu sama sekali tidak ingin dekat-dekat dengannya. Min Ah bilang dirinya berbau tidak enak, wajahnya aneh, dan wanita itu bahkan mengejek tinggi badannya.
Menyebalkan bukan main.
Jadi selama sebulan penuh, seorang Park Jimin harus tidur disofa ruang tamu dengan ditemani para nyamuk penghisap darah. Jimin mengalami bentol-bentol parah saat harus dibelai oleh mulut penghisap itu.
Sekali lagi, Jimin bisa apa?
Dia harus bersyukur bahwa Min Ah tidak pernah ngidam untuk menembak kepalanya.
Wanita itu sepertinya jadi sangat membenci kekerasan saat hamil. Ia bahkan menangis saat melihat kucing yang dipukul oleh anak-anak kecil didepan rumah.
Jimin sangat kaget waktu itu. Min Ah pulang dari pasar sambil menangis. Wanita itu bilang ia merasa kasihan dengan kucing itu. Ia bilang anak-anak itu sungguh kejam.
Sungguh berbeda dengan Min Ah yang dulu.
Kalau anak-anak itu dibilang kejam, maka bagaimana dengan dirinya sendiri yang membunuh orang lain seenak hati. Menggunakan sianida kah, atau belati kah, sangat kejam kan?
Sekali lagi, itu yang membuat Jimin luar biasa heran.
"Jimin, perutku sakit," Min Ah datang dari dapur sambil memegangi perut.
Jimin yang sedang mengerjakan pekerjaannya diruang keluarga jadi menoleh. "Loh, kenapa? Kontraksi lagi?"
Min Ah mengangguk. "Sepertinya iya. Tapi ini lebih sakit dari biasanya."
Jimin menutup laptopnya. "Mau ke rumah sakit?"
Min Ah menggeleng. "Tidak ah, aku benci bau obat-obatan."
"Bagaimana kalau nanti ketubanmu pecah dirumah? Itu akan merepotkan. Lebih baik kau segera dirawat. Bukankah kata dokter dua hari lagi?"
"Iya, sih. Tapi malas."
"Ish, kau harus kerumah sakit sekarang. Ayo, aku ambil tas dulu."
Jimin bangkit dan mengambil tas besar dari dalam kamar. Didalam tas itu sudah tersedia berbagai macam keperluan untuk persalinan Min Ah. Sudah kubilang sebelumnya kalau Jimin itu suami siaga, bukan?
"Oke," Min Ah mengalah.
Wanita itu berjalan perlahan mengikuti Jimin.
"A-aw!" pekik Min Ah.
Jimin menatap panik kearah kaki istrinya yang telah dialiri cairan berwarna putih. "K-kau! K-ketubanmu!"
"A-ah! Sakit! Park Jimin ini sakit!!"
"Aku tahu. Oke, sekarang ayo cepat pergi!"
"Aku susah berjalan, bodoh! Gendong aku!"
"Kau berat!"
"Cepat! Kau ingin anakmu lahir disini, huh?! Cepat, Ya Tuhan! Jangan keluar dulu sayangku!!" Min Ah mengusap-usap perut besarnya yang terasa sakit luar biasa.
Akhirnya Jimin dengan susah payang menggendong Min Ah kedalam mobil. Luar biasa berat, sumpah.
Jimin segera tancap gas menuju rumah sakit. Di rumah sakit, Min Ah langsung ditangani oleh dokter. Proses kelahiran normal.
Jimin gugup luar biasa. Seumur hidup tidak pernah merasa seperti ini. Apa begini rasnya saat akan menjadi seorang ayah?
Jam 7 malam anak perempuan Park Jimin dan Choi Min Ah lahir. Canti sekali. Wajahnya perpaduan Jimin dan Min Ah. Sangat menggemaskan.
"Namanya?" Min Ah bertanya.
"Aku sudah menyiapkan nama ini sejak pertama kali kita berhubungan," ujar Jimin.
"Brengsek sialan! Jadi kau memang sudah berencana menghamiliku?!"
Jimin mengangguk.
"Ji Ah. Namanya, Park Ji Ah. Gabungan dari Jimin dan Min Ah."
To be continued...
***
Gue update lagi manteman, lagi boring luar biasa. Maaf kalau sedikit gaje. Hanya ingin menceritakan sisi manis dari pasangan Jimin-Min Ah kita :))Ji Ah.
Familiar dengan nama itu? Kalau yang baca bonchap HMT pasti udah tahu siapa itu Ji Ah.
Ending cerita ini udah kelihatan, kan? Tetap stay ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Illegal
FanfictionWas #446 friendship Was #246 parkjimin Seharusnya aku tak pernah berurusan dengan gadis itu seumur hidupku. Entah ini suatu anugerah atau kemalangan. -Park Jimin Tidak seharusnya ini terjadi. Apa kau dan aku akan memiliki kisah yang lebih indah jik...