***
"APA KAU GILA?!!" Min Ah memekik keras saat mendengar penjelasan dari pimpinannya.
Hey, yang benar saja! Dia harus menjadi sekretaris dari Park Jimin? Si semut gila yang menjadi musuh terbesarnya? Apa Tuan Kang sudah terlalu banyak menghisap rokok sehingga otaknya menjadi geser?
"Tenanglah dulu," ujar presdir. Ia menghisap rokok itu dan membuangnya ke lantai lalu menginjaknya.
"Kenapa kau sangat syok seperti itu?" tambah si pria paruh baya.
"Tentu saja--" Min Ah menghela napasnya. "Kau ingin menceburkanku ke neraka, huh?"
"Justru aku memberikanmu surga, sayang. Kau bisa dengan mudah membunuh pria itu tanpa meninggalkan jejak dan tanpa harus berkelahi sampai membuatmu dirawat di rumah sakit lagi."
"Aku menolaknya."
"Maaf. Tapi kau sungguh tidak bisa menolak tugas ini. Aku tahu kalau tiga bulan lagi adikmu akan dioperasi, dan itu membutuhkan biaya yang sangat besar, bukan?"
"Apa maksudmu?"
"Aku akan menanggung semua biayanya jika kau bisa membunuh agen itu."
Min Ah diam. Ia berpikir keras. Jika ia menerima tugas itu, maka bisa dipastikan hidupnya akan dalam bahaya. Park Jimin bisa membuhnya kapan saja. Tapi jika ia menolak, maka operasi adiknya terancam batal. Ia tidak bisa menjamin apa yang akan dilakukan pria gila dihadapannya kalau ia menolak tugas ini.
"Baiklah, aku akan menerimanya."
Tuan Kang tersenyum. "Bagus. Kau memang anak kesayanganku."
Min Ah menatap datar ke arah pria itu. "Aku bukan anakmu, dan aku tidak akan pernah sudi menjadi anakmu."
"Jangan begitu padaku. Bahkan ayahmu pun menyerahkanku kepadamu."
"KAU!" Gadis itu berteriak marah. "Jangan menyebut ayahku dengan mulut kotormu, dasar penghianat!"
"Ups, tenangkan dirimu. Sekarang lebih baik kau siap-siap untuk penerbangan ke Korea satu jam lagi."
Min Ah mengernyit. "Apa?"
"Hmm, kau akan pergi hari ini juga."
"Kau sungguh telah menyiapkan segalanya, ya?"
"Tentu saja. Bahkan rumah, kendaraan, dan segala keperluanmu sudah aku siapkan. Jennie juga akan pergi bersamamu."
"Untuk apa dia ikut?"
"Hanya untuk menemanimu. Dia akan melatih orang-orang baru di cabang Seoul."
Min Ah mengangguk mengerti.
***
Choi Min Ah membasuh mukanya kasar. Ia sungguh kesal. Bodohnya dia mau menerima tugas dari ketua gilanya.
Gadis itu merapikan penampilannya yang sudah seperti gembel karena ulah tangannya sendiri. Min Ah memakai kembali bedak dan juga lipstick merah mudanya. Ia menatap cerminan dirinya di kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illegal
FanfictionWas #446 friendship Was #246 parkjimin Seharusnya aku tak pernah berurusan dengan gadis itu seumur hidupku. Entah ini suatu anugerah atau kemalangan. -Park Jimin Tidak seharusnya ini terjadi. Apa kau dan aku akan memiliki kisah yang lebih indah jik...