"MIN AH!!"
Min Ah mendesah pasrah saat suara yang sangat ia kenali menggema di dalam ruang bawah tanah itu.
Ia melihat Ketua Kang yang tersenyum senang melihat umpannya telah dimakan oleh ikan besar incarannya.
Jimin merangsek masuk ke dekat Min Ah. Disana terdapat sepuluh orang penjaga dengan tubuh kekar yang menghadang Jimin.
Jimin berlari mendekati pagar manusia itu dan dengan gerakan kilat menembaki mereka tepat di kepala. Ketua Kang terlihat terkejut dengan aksi Jimin itu.
Jangan salah, kawan. Jimin itu terlatih. Dia adalah penembak terbaik di timnya. Jimin telah dilatih menjadi seorang mesin pembunuh jika dibutuhkan.
Jimin kembali maju mendekati istrinya yang tengah berada di sebuah kursi dan terikat kencang. Mereka sedang berada di ruang bawah tanah sebuah hotel kelas rendah di dekat rumahnya. Ia menatap garang ke arah Ketua Kang yang juga terlihat masih terkejut.
Namun sedetik kemudian, raut terkejut itu terganti dengan sebuah seringaian menakutkan yang membuat Jimin mengernyitkan alisnya.
Sebelum Jimin berhasil menerka apa yang terjadi, sebuah peluru menembus lengan kanannya, membuat pistol yang digenggamnya terlempar jauh ke lantai.
Jimin meringis. "Bangsat," umpatnya sambil memegangi lengan kanannya yang mengeluarkan cukup banyak darah.
Min Ah yang mendengar suara tembakan di belakangnya dan juga suara erangan Jimin menjadi panik. "Apa yang kau lakukan padanya, bajingan!" Dia menatap garang ke arah pria yang masih tersenyum miring dihadapannya.
Ketua Kang mendekati Min Ah yang masih setia memberikan raut marah kepadanya. Ia mengapit dagu Min Ah dengan telapak tangannya. "Dia hanya sedikit tergores."
"Yak! Kang bajingan! Jangan sentuh dia, bangsat!" Jimin memaki sambil terus berusaha mendekati Min Ah.
Sekali lagi, ia mendapatkan sebuah tembakan di bahu kirinya. Sakit. Rasa panas menjalar sampai ke jari-jari tangannya.
"JIMIN!" Min Ah memekik.
"Aku tidak apa-apa," jawab Jimin. Ia sedikit meringis karena sakit. "Jangan khawatir."
Ketua Kang mendekati pria Park itu. "Kau tahu, Tuan Park. Kau terlalu bodoh untuk berani datang kesini sendirian. Apa kau pikir dengan membunuh beberapa kunyuk itu kau bisa bernapas lega? Sekarang biar ku perlihatkan kepadamu. Apa itu Halcyon!"
Tiba-tiba puluhan orang keluar dari sebuah pintu. Mereka mengepung Jimin dari segala arah.
Jimin terbelalak. Bajingan di hadapannya memang tidak main-main berniat mengabisinya. "Bajingan kau! Apa yang kau inginkan?!"
"Aku? Aku hanya ingin bukti itu." Ketua Kang mendekati Jimin. "Dimana kau menyembunyikan bukti itu?" tanyanya dingin.
Jimin tersenyum miring. "Bahkan jika aku harus mati, aku tidak akan menyerahkan itu kepadamu, bangsat!" Jimin menjawab dengan dingin. Ia menendang tulang kering Ketua Kang yang membuat pria itu menunduk memegangi kaki kanannya yang terasa akan retak.
Jimin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia langsung menyikut punggung ketua itu sehingga membuat sang empunya punggung sukses tersungkur di lantai keramik yang dingin.
Para pengawal itu menatap kaget ke arah tuannya. Mereka merangsek maju, beberapa terlihat mengarahkan pistolnya kepada Jimin.
Jimin menginjak kepala sang ketua. "Jika kalian maju selangkah saja, aku pastikan akan meremukkan tengkoraknya!" ancam Jimin yang membuat para bawahan itu berhenti mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illegal
FanficWas #446 friendship Was #246 parkjimin Seharusnya aku tak pernah berurusan dengan gadis itu seumur hidupku. Entah ini suatu anugerah atau kemalangan. -Park Jimin Tidak seharusnya ini terjadi. Apa kau dan aku akan memiliki kisah yang lebih indah jik...