2. Apa Ini?

45 6 7
                                    

Drt... Drt... Drt...

Tiba tiba satu pesan dari grup OSIS masuk di ponselku.

'Eh ntar kumpul ke aula ya abis istirahat, jangan lupa izin ama guru  berikutnya soalnya kemungkinan kita sedikit lama ok?'

'ok siap' 

Yah beginilah OSIS kadang kita harus ninggalin pelajaran buat ngerapatin suatu hal, tapi kita juga tetap belajar dan akan bertanya tentang pelajaran yang tertinggal tersebut,  kadang kita juga langsung datang ke guru pelajaran itu saat benar benar tidak mengerti.

Bel istirahat berbunyi itu artinya aku harus segera ke bu Ita karena beliaulah yang akan mengajar matematika nanti, setelah itu aku akan langsung ke ruang aula.

Ternyata tidak hanya anggota OSIS melainkan ada guru, dan anggota koperasi didalam aula tersebut. Lalu aku dengan cepat duduk di bangku depan agar aku dapat mendengar dengan jelas dan dapat memahaminya.

5 menit telah berlalu dan semuanya juga sudah berkumpul.

"Baik selamat pagi,  saya mengumpulkan kalian disini untuk membahas lomba agustusan yang akan diadakan 1 minggu lagi,  pertama saya ingin mendengar rincian acara dari OSIS lalu nanti akan di lanjutkan oleh anggota koperasi tentang kerja samanya. Silahkan ketua OSIS atau mungkin perwakilannya untuk menjelaskan"

Ucap dari bu Rahayu selaku waka kesiswaan di sekolah yang sekaligus sebagai moderator di rapat pagi hari ini. Setelah itu Damar sebagai ketua OSIS menjelaskan secara rinci hasil rapat waktu itu. Ia sangat serius saat menjelaskan, cara bicaranya juga sangat enak didengar, selain itu ia juga terlihat-

'Ah gak mungkin.... Apaan sih orang dia biasa aja'
Ucapku dalam hati yang tak ingin didengar oleh siapapun

'Prok...prok...prok...'

Suara tepuk tangan membuyarkan lamunanku tentangnya.

Rapat berjalan sesuai rencana. Pihak koperasi diperbolehkan untuk berjualan saat acara dan anggota OSIS juga akan memberi tempat agar dapat digunakan oleh koperasi untuk berjualan.

Semua telah selesai dan aku berjalan menuju kelas.  seperti waktu itu, Damar akan berjalan kekelas bersamaku. Namun saat ditengah perjalanan ia mengatakan bahwa ia meninggalkan sesuatu di aula tadi dan itu membuatnya kembali, Damar meminta maaf padaku bahwa ia tidak bisa menemaniku sampai depan kelas.

Aku berjalan sendiri menuju ruang kelas. Karena ini adalah jam pelajaran, koridor memang terasa sepi dan aku pun merasa ada keanehan. Bukan karena aku takut akan kesepian dikoridor ini melainkan keanehan tentang diriku, seperti ada yang sepi dalam hati ini. Saat berjalan sendirian terasa aneh, entah apa alasannya aku tidak pernah mengetahuinya karena memang rasa ini tidak pernah kurasakan sebelumnya.

Sebelum aku sempat sampai ruang kelas tak sengaja aku melihat wanita berambut pendek dan berkaca mata itu lagi namun kali ini berbeda ia nampak berjalan lebih santai ke arah ruang kelas 12 ips 1 yang berada tak jauh dari kelasku

'Tunggu itu kan kelasnya .... Damar, jadi dia teman satu kelas Damar?'

Beberapa menit kemudian Damar datang melalui tangga dan akan memasuki kelasnya, kedatangannya itu membuatku terkejut lalu aku segera memasuki ruang kelasku agar tidak terlihat oleh Damar.

Saat bel pulang dibunyikan aku segera turun kebawah. Niatku sih bertemu dengan Damar tapi ia sudah diepan kelasku sambil bersandar di tembok dan kedua tangannya masuk ke kantong.

"Anterin aku cari buku dong"

Ajaknya dengan expresi memohon dan mata yang dilebarkan lalu dibuka tutup agar aku meng'iya'kan atau mungkin agar terlihat manis?

"Apaan sih kenapa harus aku?, kan temen cewekmu banyak"

Jawabku dengan sedikit sinis namun aku rasa ia tidak menghiraukan jawabanku. Ia langsung saja menarikku kebawah lalu mengajakku menaiki motornya. awalnya sih aku menolak namun saat kupikir lagi aku harus menerimanya karena aku juga ingin menanyakan suatu hal kepadanya.

"Aku mau ikut asal kita makan dulu, aku lapar hehehe.... "

Pernyataanku ini membuatnya tertawa geli, aku rasa ia mengatakan sesuatu dalam hati.

'kenapa ada cewek seperti ini ya tuhan'

Entahlah aku tidak perduli asalkan nanti aku bisa makan terlebih dahulu karena laparku kali ini benar benar tidak bisa ditahan, mungkin aku bisa pingsan saat sedang mencari buku jika aku tidak makan dulu.

Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Jung resto. Yah karena tempat ini memang tempat makan favoritku, disini terdapat aneka menu dari beberapa daerah,  termasuk Jawa.

Walalupun aku tinggal diBandung,  tapi Jawa adalah kota lahirku.

Makanan yang biasa kupesan adalah tahu tek namun jika aku sangat lapar biasanya aku lebih memesan nasi goreng jawa dan segelas esteh manis atau juz jambu.

Sambil menunggu makanan datang aku bertanya kepada Damar tentang wanita yang kulihat siang tadi memasuki ruang kelas Damar.

"Damar.... Dikelasmu ada murid baru ya? "

"Murid baru? Enggak kok"

Kebingunganku bertambah saat Damar mengatakan hal itu,  apa iya wanita itu memang jarang keluar kelas? Atau aku yang kurang updet tentangnya.

"Apa dikelas dikelasmu ada wanita yang berambut pendek pakai kacamata?"

"Rambut pendek?  Pakai kacamata?  Enggak ada deh,  kenapa?"

"Kalau gitu apa tadi saat kamu kembali dari aula ada wanita berambut pendek dan berkacamata masuk ruang kelasmu?"

"Em.... Aku rasa nggak ada,  udahlah dari tadi kamu nanya mulu, tapi kamu gak jawab pertanyaanku, emang ada apa sih?"

perasaanku terasa sangat kacau saat aku mendengar semua jawaban Damar.

'Apa mungkin aku tadi salah lihat?'

"Enggak kok nggak apa"

"Permisi mbak, mas makanannya"

Suara waiters tersebut mengakhiri pembicaraanku,  dan sebelum Damar melanjutkan pembahasan yang tadi, aku akan mengalihkan dengan mengajaknya memakan dan menanyakan rasa makanan tersebut.

Saat sudah kenyang, kami berdiri dan mengambil motor lalu segera tancap gas menuju tempat penjual buku.

Suasana yang hening dan udara yang dingin karena pendingin ruangan tersebut mampu membuatku merasa nyaman duduk disofa yang empuk sambil menunggu Damar memilih buku yang di inginkannya. Kadang aku juga berjalan menuju buku buku yang ditata rapi untuk melihatnya dan mungkin jika aku menemukan buku yang cocok untuk kubaca bisa kubeli sekalian.

20 menit telah berlalu, Damar pun datang membawa sejumlah buku yang telah ia bayar.

"Ini" sambil menyodorkan 1 buku berjudul 'friendzone' kepadaku.

Tunggu, apa ini?  Kenapa dia memberi ku buku berjudul 'friendzone'?  Buku ini memang tidak tebal,  dan covernya juga menarik, tapi kenapa judulnya sangat menusuk hatiku dan membuatku bingung.

Kata Rara aku emang kurang peka sih tapi hati ini seperti ingin mengatakan sesuatu dan.... Arghhh rasanya sulit menjelaskan semuanya dengan kata.

"Un... Untukku?"

"Ya,  bacalah siapa tahu kamu suka"

Dengan tangan yang sedikit bergetar aku menerima bukunya. Aku masih mencoba memahami segalanya, tapi tak pernah bisa.

'Arghhh mungkin aku harus pergi ke mbah dukun dulu kali ya biar hati ini bisa peka!'

Ucap dari batinku yang sedikit emosi.

Lalu aku mengikuti Damar untuk kembali pulang.

~~~

Gimana? Gimana?
Hahaha..... 😄
Jangan lupa vote dan komen ya teman 😁😄
Muah muah 😙😚

PENYESALAN DALAM BENCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang