9. Pertemuan

14 3 0
                                    

Avi pov

Cerita Damar kemarin membuatku sangat shok. Aku juga tidak masuk sekolah hari ini walaupun aku tahu saat ini pelajarannya guru killer, aku terlalu takut dengan semuanya.

Hari ini aku juga tidak keluar dari kamar sama sekali, orang tuaku sudah memaksaku namun aku tetap menolak. Sampai mama ku menelfon Rara untuk membujukku, aku tetap menolak. Dan entah kenapa Damar juga hadir disana, kehadiran Damar membuatku lebih takut.

"Vi plis buka pintu kamu, maafin aku. mungkin ini salahku, aku janji aku akan tanggung jawab" ucap Damar dari luar pintu kamarku.

Tiba tiba ada surat masuk dari bawah pintu kamarku, aku mencoba mengambilnya lalu membaca.

'Jangan takut sama aku kak, hanya kakak yang bisa bantu aku buat mengungkapkan perasaanku ke kak Damar, plis kak tolong aku. Aku gak akan bisa kembali kalau aku belum minta maaf ke kak Damar, tolong aku kak aku mohon'

Aku dengan cepat meremas surat itu lalu membuangnya, aku berteriak ketakutan. Dan teriakanku berhasil membuat Damar masuk dengan mendorong pintunya secara paksa.

"Vi aku mohon tenanglah" Rara mencoba menenangkanku dengan memeluk tubuhku sangat erat.

Damar menemukan surat yang kuremas tadi, ia membacanya lalu mengungkapkan ketidak percayaannya.

"Enggak nggak mungkin... Ini semua gak mungkin"

Damar langsung berlari keluar. Aku semakin takut dan bingung, saat orang tuaku meninggalkan aku dan Rara berdua dikamar aku mencoba menjelaskan semuanya agar perasaanku sedikit lega.

"Yaudah kalau gitu kamu temui Amel aja, kamu minta penjelasannya. Dia butuh kamu sekarang, kamu juga gak mau kalau adik Damar gak tenang kan?"

Yah ucapan Rara memang benar. Hanya aku yang mampu, aku gak boleh takut. aku harus berani. Akhirnya aku keluar meninggalkan Rara sendirian di kamarku.

Dengan cepat aku mengambil motorku lalu pergi ke taman tempatku dan Amel biasanya bertemu. Dan benar aku menemukan Amel sedang duduk sendirian dan menunduk. Aku sedikit ragu untuk mendekatinya, aku masih terlalu takut.

"Makasih kak udah mau datang, kakak gak perlu takut sama aku" ucapnya saat aku belum dempat duduk.

"Kenapa kamu bohong?"

"Karena gak tahu kenapa cuma kakak yang bisa ngelihat aku, jadi aku rasa hanya kakak yang bisa membantuku"

"Iya tapi kenapa kamu harus bohong sama aku?"

"Karena aku takut kakak akan menjauhiku saat kakak tahu segalanya. aku takut nanti kakak gak mau bantu aku lagi"

Aku menghembuskan nafas lalu membuangnya.

"Aku tahu ini berat, tapi aku akan coba bantu kamu sebisaku" ucapku

"Makasih kak, aku cuma mau minta tolong sama kakak untuk mempertemukanku sama kak Damar, aku rindu dia kak"

"Baiklah akan kucoba"

Lalu aku mengambil ponselku dan menekan nomor Damar lalu menelfonnya.

"Halo Dam?, aku boleh ketemu kamu gak? Aku ingin kamu datang di taman pelangi dekat kafe vidi sekarang. Ini penting! Jika kamu tidak datang dalam waktu 15 menit aku akan bunuh diri!" aku langsung menutup telfonku tanpa menunggu jawabnya.

Aku tak perlu menunggunya lama untuk datang ketaman.

"Kak minta tolong sampaikan padanya apakah kak Damar ingat tempat ini?" ucap Amel memohon padaku

"Baiklah, Dam kamu ingat tempat ini gak?" ucapku pada Damar, Damar pun mencoba mengingat tempat ini.

"Kenapa?" tanya Damar padaku

"Dulu waktu aku berumur 3 tahun kami sekeluarga selalu bermain ditempat ini setiap hari minggu" kata Amel yang tak bisa didengar Damar.

Aku menyampaikannya pada Damar tentang hal tersebut. Namun hal itu membuat damar ingin pergi berlari.

"Tunggu Dam!, Amel kangen kamu. sekarang dia ada disini. Dia udah lama ingin bertemu kamu Dam. Aku mohon dengarkan dulu" aku mengatakan padanya dan Damar langsung berbalik badan ke arahku.

"Kamu bohong! Amel udah mati! Dia mati saat kecelakaan waktu itu!" Nadanya dengan keras yang membuatku sedikit terkejut.

"Iya dia emang udah mati. Tapi dia gak akan bisa kembali sebelum dia mengucapkan maaf padamu" jawabku dengan cepat

"Kak tolong sampaikan kalau aku hanya ingin mengatakan maaf gak bisa mengajarkan cara membuat burung dari kertas lipat, dan tolong sampaikan kalau kecelakaanku bukan salah kakak tapi karena memang remnya yang blong jadi ayah gak bisa memberhentikan mobilnya" aku langsung mengulang ucapan tersebut pada Damar.

"Percayalah Dam dia ada disini" tambahku

"Kalau emang ada, apa buktinya?" tanya Damar yang penasaran

"Kak Damar pernah bilang kalau aku itu emang spesial banget buat kakak, bagi kakak nggak ada orang yang lebih spesial dari Amel sang putri kecil kakak yang cantik bagaikan bidadari" aku kembali mengatakannya pada Damar.

Dia masih terlihat tidak percaya. Aku terus mencoba membuatnya percaya dan akhirnya berhasil. Aku mencoba menjelaskan apa yang dikatakan Amel ke Damar. Namun tak berapa lama tubuh Amel seperti menipis seakan ingin menghilang.

"Kak makasih bantuannya, sekarang aku bisa kembali dengan tenang. Aku sayang kak Damar. Aku hanya ingin kalian bersatu. Aku tahu kalau kalian saling suka. Sekali lagi makasih kak" ucap Amel kepadaku

"Dam Amel akan kembali dengan tenang,  di bilang kalau Amel akan selalu menyayangi kamu" aku memang sengaja tidak mengatakan segalanya.

"Iya Mel kakak juga sayang kamu" Damar tersenyum dan seakan melihat Amel.

"Vi aku mau ucapin makasih buat kamu, karena udah temuin aku dengan Amel. sekali lagi aku ucapkan makasih Vi"

Ucapan Damar hanya kubalas dengan senyum yang tulus. Lalu kami berdua pulang kerumah masing masing.

~~~
Ini belum selesai gaes
Masih ada dua bagian lagi
Terus baca ya gaess
Jangan lupa vote dan komen nya
Makasih 😙😄

PENYESALAN DALAM BENCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang