4. Penyesalan

18 5 11
                                    

Apa sih yang lebih menyebalkan dari penyesalan?. Hal yang membuatku sangat emosi saat aku melakukan kesalahan namun sebenarnya aku telah mengetahui akhirnya.

Kata orang 'penyesalan itu selalu datang terakhir, kalau pertama itu namanya pendaftaran'.

"Eh Avi sini deh. Dari tadi kamu keliling aja, gak capek apa?"

Ajak Rima kepadaku yang sedari tadi melihat aku bolak balik mengambil dan bertanya sesuatu kepada semua teman. Dan aku pikir jika hanya duduk sebentar tidak masalah. lagian aku kan istirahat sama anak OSIS juga.

"Eh gimana perasaanmu kemarin, cieee yang abis ditolongin Damar"
Ucap Ririn dengan wajah yang menggoda dan berhasil membuat pipiku merah merona.

'Tidak gak ada yang boleh tau tentang perasaanku ini. Aku gak mau Damar kenapa napa' batinku.

Dalam OSIS ada sebuah peraturan untuk tidak boleh saling suka. karena disini kami semua sudah bagaikan keluarga. Jadi, suatu hal yang tidak mungkin jika 1 keluarga itu saling suka. Nah, jika ada yang saling suka maka hukuman untuk mereka yang melanggar adalah salah satu harus keluar dari OSIS.

"Ih apaan sih, aku itu sangat sangat tidak suka dengan Damar. Dia itu sok cakep tau nggak! Udah gitu dia juga selalu cari perhatian banyak cewek. Ewh banget tau nggak! Kayak kurang belaian aja, atau jangan jangan dia emang kurang perhatian kali ya hahahaha....." jawabku dengan sangat yakin dan tertawa. Namun itulah salah satu caraku untuk menutupi rasa ini.

"Ehm"

Serentak kami menoleh kearah seseorang yang baru saja berdehem.

"Siapa yang suruh rumpi? kerja!"

'Deg'

'Damar'

Yah kedatangannya yang tiba tiba itu sukses membuatku syok. Aku rasa ia mendengar semua ucapanku.

Astagah ini benar benar membuatku takut dan bingung. Aku yakin Damar pasti sangat marah karena mendengar ucpanku yang tadi.

'Oh tuhan kenapa aku begitu bodoh?'

Ucapku dalam hati saat semua telah pergi terlebih dahulu dan meninggalkanku sendirian dengan rasa yang tak karuan.

Aku berjalan menuju lapangan yang begitu ramai. Namun, kenapa aku masih merasa sepi.  Rasanya ada air dalam mata ini yang sangat ingin keluar. Ada suara dalam hati yang ingin berteriak dengan kencang.

'Oh tuhan ada apa dengan diriku?' batinku sambil menahan air mata.

Sungguh, ini adalah kali pertama aku mengalami kesedihan yang sangat luar biasa.

"Hey ngelamun aja mikirin aku ya?" ucap Rino dengan over percaya diri yang hanya kulihat dan ku senyumi dengan senyum yang kupaksa.

Yah...  Kadang menyembunyikan perasaan memang pahit. Aku harus berpura pura tersenyum disaat hatiku bersedih.

"Galau neng?,  udahlah gak perlu galau,  kan ada abang hehehehe....." candanya yang sederhana menurutku.

Aku tahu dia berusaha membuatku tertawa. Namun,  hati ini seakan tidak ingin bercanda.

"Rino bisa ikut aku bentar gak?"

'Deg'

Hatiku seakan kacau saat melihat Damar datang menghampiri Rino. Suara Damar membuatku melihatnya walaupun hanya sekilas. Jujur aku masih takut menatapnya. Kejadian tadi benar benar sebuah penyesalan bagiku.

Tanpa pikir panjang Rino mengikutinya dan berpamitan kepadaku.

"Udah jangan galau mulu, ntar cantiknya luntur. Kalau udah luntur, nanti siapa yang akan kulihat lagi? Soalnya cuma kamu aja kan yang paling cantik. Hehehe.... Bye Avi"

Rino memang suka ngegombal.  Jadi, tak heran jika gebetannya banyak. Gebetanya udah kayak orang lagi ngantri beras. Panjang dan banyak pastinya.

Langkah kaki mereka semakin jauh. Dan hati ku juga seakan semakin ingin berteriak.

'Tes'

Yap air mataku berhasil menetes. Dengan sigap dan cepat aku menghapusnya sebelum ada yang mengetahui dan bertanya tentang air mata ini.

Aku memilih untuk pergi kelapangan karena sebenarnya ini masih lomba dan sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu.

Detik demi detik telah berlalu. Lomba pun berjalan dengan lancar dan meriah. Hari ini adalah saatnya pembagian hadiah lomba kepada para pemenang.

"Avi, hadiahnya"

Suara Rino membuyarkan lamunanku. Yah, aku langsung maju kedepan untuk memberikan hadiahnya kepada pembawa acara untuk diserahkan kepada para pemenang.

'Astagah kenapa aku gak fokus' ucapku dalam hati yang memang melamun sedari tadi.

Saat aku kembali dibelakang panggung, Rino datang dan menghampiriku, ia mengingatkanku untuk lebih fokus lagi. Aku juga mengucapkan maaf kepadanya, karena kesalahanku semua hampir kacau.

Pukul 12 tepat acaranya selesai. Dan semua teman memintaku untuk beristirahat sejenak karena dari tadi aku sangat tidak fokus.

Aku memutuskan untuk pergi ke taman. Yah, disekolah ini memang lengkap ada taman, perpustakaan, laboratorium dan lain lain.

Ditaman aku hanya berdiam diri sambil mencoba menghirup udara yang masih segar. Saat aku menatap kursi tiba tiba pikiranku mengingat buku yang pernah diberikan oleh Damar untukku. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil dan membacanya.

Tiba tiba saat aku asik membaca seorang pria menghampiriku.

"Tumben baca novel?"

Kedatangan Rino membuatku terkejut. Dia memberiku minuman yang lumayan dingin. Menurutnya jika aku minum yang dingin maka pikiran dan tubuhku akan segar kembali.

"Emm.... Aku boleh tanya gk?" ucapku pada Rino

"Apa?"

"Gini, kan kamu cowok. Kalau misal ada cowok yang ngasih buku kecewek itu tandanya apa?"

"Em.... Tergantung sama judul bukunya"

Dengan spontan dia menatap bukuku, dan dengan sigap pula aku menyembunyikannya.

"Kalau judulnya friend zone biasanya sih dia itu ingin memilikimu tapi ada suatu hal yang membuatnya gak bisa denganmu, entah karena kalian udah lama berteman, jadi ntar kalau putus kalian gak akan bisa sehangat dulu lagi atau takut kamunya yang gak suka dan... Yah gitulah intinya, emang itu bukunya dari siapa sih?"

Lanjutnya dengan penjelasan yang membuatku sangat paham.

"Em... Enggak kok bukan ini, oh ya kenapa kamu disini?, emang evaluasinya udah selesai?"

Ucapku padanya untuk mengalihkan perhatian agar ia tidak membahas hal yang sama lagi.

'Sekarang aku mengerti alasanmu mencintai dalam diam. Mungkin layaknya aku sekarang. Tapi, aku begitu bodoh karena pernah membencimu'

"Udah kok, oh ya ingat satu hal ini ya. Jika kamu sayang maka perjuangkanlah. Dan, jika kamu cinta maka pertahankan"

Sambil menepuk pundakku perlahan dengan senyum yang manis serta tulus ia meninggalkanku dengan ucapan yang membuatku diam membisu. Yaps!  Dia sukses membuatku bingung. Benar benar sangat bingung. Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus memperjuangkan?.

"Aku dan dia sudah seperti keluarga. lantas bagaimana caraku memperjuangkannya?"

Ku arahkan bola mataku keatas untuk melihat langit karena mungkin saja aku dapat menemukan jawaban atas semua pertanyaanku diatas sana. Mungkin!

~~~

Hello!!
Aku datang lagi!
Gimana? Gimana?
Udah mulai paham?
Kalau belum paham coba vote dulu deh siapa tau ntar paham 😄
Kalau masih belum paham juga, langsung komen aja kalau gitu 😁😀
(Ok yang ini hanya sebuah opini dalam iklan)

PENYESALAN DALAM BENCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang