Idk: Dua Puluh Tujuh
Jadi? Darimana awalnya?
Darimana bermula?
Bagaimana akhirnya?
Apakah ini bisa dikatakan akhirnya?
Ntahlah, aku tak tahu.
Mungkin hanya kau saja yang tahu.~Shafira Shalsabilla Devrya
***
Shalsa memandangi layar handphonenya berharap ada notif dari orang yang ia tunggu. Sedari tadi ia menekuk muka, karena orang yang ia harapkan tak menunjukkan tanda-tanda untuk muncul di notifnya. Shalsa membanting handphonenya ke atas tempat tidur dan menghempaskan diri ke tempat tidur. Sudah dua hari berlalu, Danish tak kunjung mengabarinya. Ingin rasanya Shalsa membuka percakapan terlebih dahulu. Namun apalah daya, gengsinya lebih besar daripada apapun. Jadi, Shalsa hanya menunggu dan berharap Danish akan mengabarinya.
Shalsa bergegas mandi karena sudah dua hari ia menginap di rumah sahabatnya itu. Saat ingin menuju ke kamar mandi ternyata pintunya terkunci menandakan ada orang di dalam yang tak lain tak bukan adalah Andini, sahabatnya.
"Woy cepetan!! Gue mau mandi, mau pulang, ntar gue ga di suruh pulang lagi lo mau tanggung jawab?!!" Teriak Shalsa.
"Berisik banget sih, orang gue udah selesai juga."
"Lo lama banget dah mandinya."
"Lo aja kali yang baru bangun, 30 menit aja ga nyanpe gue di dalam kamar mandi. Lagian lo ngapain ga di kamar mandi yang di luar sih?"
"Udah buruan gue mau mandi, ga usah banyak nanya," kemudian Shalsa langsung masuk ke dalam kamar mandi. Andini yang sudah paham dengan sahabatnya tersebut pun hanya menggelang-gelengkan kepala.
***
Pakaian udah semua, sunblock udah, kacamata, charger, headset, handuk, cemilan, kamera, udah semua.
"Udah lengkap semua deh kayanya," gumam Shalsa.
"Dek, tidur buruan, ga usah begadang. Perlengkapan lo udah disiapin semua kan?" Ujar Aldi yang tiba-tiba masuk ke kamarnya, membuat ia terkejut.
"Iya udah, bentar lagi gue tidur kok. Kira-kira Belitung itu aslinya gimana ya kak? Gue bener-bener ga sabaran mau liat pantainya."
"Gue juga ga tau kali, emang gue udah pernah ke sana? Gue juga penasaran sama pantainya, udah sana tidur! Besok lo kesiangan, kita tinggal."
"Iya, iya, sana gih! Gue mau ngunci pintu."
"Ehh satu lagi,"
"Apa?"
"Lo harus siap-siap buat ketemu cowo yang bakalan di jodohin sama lo," kemudian Aldi langsung keluar dari kamar Shalsa.
Ya kali jaman sekarang main jodoh-jodohin, gue mah ogah. Ucap Shalsa dalam benaknya.
Di satu sisi, Shalsa bahagia karena setelah sekian lama ia menantikan liburan akhirnya besok bisa pergi liburan. Namun, di sisi lain, hatinya masih gelisah karena sudah hampir genap seminggu tidak ada kabar dari Danish, lagi-lagi ia masih belum bisa mengalahkan gengsinya untuk menghububgi Danish terlebih dahulu. Di tambah lagi barusan ia melihat postingan di insta story Adel, Danish kelihatan seperti sedang menemaninya shopping.
Shalsa semakin panas melihatnya, ingin rasanya ia memaki-maki Adel karena sudah berani-beraninya jalan sama pacarnya tanpa seizinnya, Danish memang sering jalan bersama Adel, tapi ntah mengapa kali ini Shalsa begitu kesal. Hampir saja ia membanting telepon yang ada di genggamannya itu, untung saja akal sehatnya masih berjalan. Dengan malas dia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi, lalu mencoba untuk tidur. Melupakan sejenak permasalahannya dengan Danish.Hubungan mereka benar-benar tidak ada kejelasan, apakah sudah berakhir atau bagaimana. Mungkin mereka berdua hanya butuh ruang sendiri-sendiri sebelum memutuskan bagaimana kelanjutan hubungan mereka.
Ahhh... masa bodo ah, dia aja ga peduli. Ngapain gue harus mikirin dia. Mending gue tidur, dia aja enak-enakan jalan sama tuh ondel-ondel, mending gue mikirin siapa anaknya temen papa. Ujarnya pada dirinya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Know - One love,two religions
Novela JuvenilPerbedaan itu indah bukan? Coba aja bunga di taman cuma ada satu warna, pasti kalian bosen kan ngeliatinnya? Itulah di perlukan adanya perbedaan, biar kita bisa tau bahwa perbedaan itu indah. Tapi, kadang perbedaan itu juga menyakitkan. Seperti hubu...