#1

2K 182 43
                                    

Kecanggungan antara Tom dan Emma dapat dirasakan oleh Evanna, sehingga membuat gadis berambut pirang ini merasa terkucilkan.

"Hei, apa yang terjadi disini? Kalian terlihat canggung. Berbicaralah kalian berdua!"

Emma menghembuskan napasnya dengan berat. Saat Emma hendak berucap, Evanna memotongnya.

"Oh! Aku harus membelikan sesuatu untuk bibiku. Ia datang jauh-jauh dari Inggris hanya untuk menemui ku. Baiklah, kalian tunggu aku disini."

Evanna mengambil tasnya dan beranjak dari tempat duduknya, membuat Emma panik, seperti anak yang ditinggalkan dengan orang asing oleh ibu nya. Sementara Tom? Ia hanya melirik Evanna dan melanjutkan bermain game di ponselnya sambil sesekali menyeduh kopi di gelas putih milik cafe.

Keheningan membuat Emma cukup bosan. Ia pun memutuskan untuk memulai percakapan.

"Jadi, bagaimana kabarmu?"

"Baik. Kau?"

"Ya, sama. Lalu, bagaimana Jade? Apakah hubungan kalian baik-baik saja?"

Menyebut nama Jade saja sudah cukup untuk membuat luka yang selama ini terpendam di hati Emma kembali muncul. Gadis yang beruntung, pikirnya.

Pertanyaan Emma membuat Tom meletakkan ponselnya dan mulai tersenyum sambil menyeduh kopinya perlahan.

"Kami baik-baik saja. Mungkin sebentar lagi kami akan bertunangan. Tenang, aku akan mengundang kalian semua, maksudku semua yang telah berpartisipasi di dalam Harry Potter."

Senyuman terpaksa tersungging di bibir Emma, ia belum berani menerima kenyataan bahwa Tom bukan miliknya, bahwa Tom tidak pernah menjadi miliknya. Sekali lagi, tidak pernah.

Memang Emma pernah mencintai Tom saat masih kanak-kanak, Tom adalah cinta pertamanya, sosok yang tak pernah Emma lupakan, sosok yang telah ia anggap sebagai pribadi yang sempurna. Hanya saja Tom menganggap Emma sebagai adik kecilnya.

"Em? Emma?"

Sontak saja lamunan Emma terbuyarkan.

"Uhm, ya?"

"Aku bertanya padamu. Kau tidak dengar?"

"Maaf. bisa kau ulangi?"

"Aku bertanya tentang hubunganmu dengan Knight. Apakah kalian baik-baik saja?"

"Ya. Kami baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya."

Tom terkekeh. Emma pun menatapnya bingung. Lelaki itu balas menatap Emma genit.

"Kau sudah melupakanku kan? Tidak baik jika kau berpacaran tapi perasaanmu masih kau berikan kepada cinta pertamamu."

Pertanyaan Tom yang tiba-tiba itu membuat Emma lebih memilih menatap lantai cafe daripada menatap mata abu-abu Tom. Lagi-lagi luka lain terukir, apakah Tom mengharapkan Emma untuk melupakannya? Percuma usahaku untuk melupakanmu, mengingat kau saja atau hanya sekedar menonton ulang Harry Potter membuatku kesulitan untuk menghilangkanmu.

Emma pun meng-iya-kan ucapan Tom, berkata bahwa ia telah melupakan Tom sepenuhnya semenjak Tom hanya menganggapnya sebagai adik. Ia sangat pintar berbohong. Emma mengucapkan kalimat per kalimat yang keluar dari mulutnya dengan ekspresi yakin, berusaha keras meyakinkan Tom bahwa Tom adalah kakaknya sekarang.

Menurut Tom, Emma memang manis, cantik dan cerdas, tapi entah mengapa itu tak dapat menarik hatinya. Sosok Emma menjadikan Tom sangat ingin menjaganya, karena ia adalah adiknya. Adik dan kakak harus saling menjaga kan?

"Jade? Apa yang dia lakukan disini?"

Tom mulai berdiri dan berjalan keluar cafe. Emma memperhatikan tiap langkahnya, dan benar ucapan Tom. Itu Jade, Jade Olivia Gordon, kekasih Tom yang sudah bertahun-tahun menemaninya, menjalani suka-duka dan pahitnya dunia bersama.

Tom menggenggam tangan Jade dan menariknya memasuki cafe, menariknya sampai di meja mereka.

"Hei, Emma! Sudah lama kita tidak bertemu!"

Emma pun berdiri dan Jade pun memeluknya erat. Jade wangi dan terlihat elegan hari ini dengan pakaian casualnya.

"Senang bertemu denganmu lagi Jade."

Jade pun duduk di sebelah Tom, mereka berbincang, entah apa yang mereka bicarakan, Emma tidak peduli. Ingin rasanya bergabung di dalam percakapan mereka, tapi Emma mengurungkan niatnya itu, lebih baik ia tidak mengerti isinya daripada ia menangis di sini.

[.]

"Jadi, apakah kau sibuk hari ini?"

Tanya Jade lembut. Tom hanya mengangggukkan kepalanya, karena saat ini ia harus tetap fokus ke jalan bila ia tak mau celaka. Rupanya kali ini Jade ingin mengajak Tom makan malam bersama. Ia ingin membicarakan tentang masa depan mereka, karena Jade sendiri sudah yakin bahwa Tom adalah jodohnya.

"Baiklah. Il Primo pukul 7 malam. Aku akan menjemputmu nanti."

Tom sungguh tidak ingin peristiwa 2 bulan yang lalu terulang kembali, di mana sosok Jade yang berusaha berangkat menuju lokasi tempat ia akan menghabiskan siang bersama Tom dengan seorang diri, sehingga hampir membuat badan mungilnya tertabrak mobil. Untung saja saat itu Tom dengan sigap menarik tangannya dan langsung memarahinya seperti seorang ibu-ibu.

"Kau takut akan kejadian waktu itu? Honey, aku tidak apa-apa. Sungguh."

Jade berusaha untuk meyakinkan kekasihnya bahwa ia bisa melakukan suatu hal dengan sendiri, karena menurutnya Tom selama ini selalu membuatnya terlalu bergantung pada orang lain.

Tom yang masih bergulat dengan setirnya tak menjawab pernyataan Jade. Bisa dibilang ia tak peduli. Ia tak mau bila harus kehilangan gadis yang telah ia cintai selama bertahun-tahun ini. Gadis yang menurutnya cukup untuk membuat hari-hari Tom menjadi lebih berharga.

Mobil Lotus Evora berwarna biru itu berhenti tepat di depan apartemen mewah tempat kediaman Jade. Tom memalingkan wajahnya ke aah Jade, menatapnya lembut, seolah-olah Jade adalah yang tercantik di dunia ini.

Perlahan tapi pasti, Tom mencium bibir gadis pujaannya itu sekilas dan dibalas dengan senyuman manis milik Jade yang mempu membuat Tom terus jatuh cinta terhadapnya.

"Ingat, aku akan menjemputmu besok. Kau hanya perlu menunggu di ruanganmu. Jangan kemana-mana atau aku akan membuat pidato selayaknya Donald Trump di depanmu."

Jade terkekeh geli mendengar kata-kata kekasihnya itu.

"Baiklah, aku akan menunggumu. Goodbye Mr. Malfoy. I love you."

Again  [ FeltSon ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang