#8

1.2K 130 3
                                    

Dengan perlahan, Tom menghisap gulungan tembakaunya sambil bermain catur dengan Daniel. Sedikit-sedikit mereka berbincang.

"Kau tidak datang kemarin?"

"Aku sangat ingin menghadirinya, tapi keluargaku di Florida mengajakku membuat barbeque bersama. Terpaksa aku tak menghadiri acara Emma, tapi apakah acaranya bagus?"

"Ya, lumayan menyenangkan,"

Daniel mengangguk mengerti dan memusatkan kembali pandangannya ke arah papan catur.

"Tunggu sebentar. Aku akan membuatkan sarapan dulu."

"Aku sudah sarapan. Tak perlu repot-repot mate!"

"Hei, apakah aku pernah mengucapkan bahwa ini untukmu? Ini untuk Emma."

"Emma? Dimana dia? Kau apakan dia semalam? Kau tidak bertingkah yang aneh-aneh terhadapnya kan? Dimana dia sekarang? Akan kuhajar kau bila sesuatu terjadi padanya!"

"Dan, aku tak menyentuhnya sama sekali. Aku tak akan pernah menyentuhnya."

Tom dengan lihai bermain dengan peralatan masaknya, tatapannya dingin, seolah mampu membekukan kompor.

Tak lama, sepiring french toast pun jadi.

"Mate, maaf aku harus pulang. Ada urusan pekerjaan. Oh! Tolong sampaikan pada Emma untuk datang ke rumahku nanti. See ya!"

Tom mengangguk mengerti dan ia pun membukakan pintu untuk Daniel. Bayangan Daniel pun hilang dari pandangan Tom. Rasa sepi kembali menyelimuti dirinya.

Dengan rokok yang masih berdiam di mulutnya, Tom perlahan membawa piring berisi french toast tersebut dan membawanya ke kamar yang biasa ia gunakan untuk beristirahat atau hanya sekadar merenung.

"Em? Sarapan."

Tak ada jawaban.

"Em? Kau disana?"

Emma tak menyahut.

Perlahan, tangan kanan lelaki itu membuka kenop pintu dan mendapati seorang wanita dengan badan mungilnya tengah tertidur pulas dilapisi dengan selimut tebal berwarna putih.

Surai brunette nya tergerai dalam posisi berantakan. Sangat alami.

Tom menampilkan seulas senyum di bibirnya. Perlahan ia mendekat, menatap wajah wanita itu dengan lemah, berharap seseorang yang ditatapnya itu terbangun dan memabalas tatapannya dengan penuh cinta.

"Maafkan aku."

Bisik Tom pelan sembari meletakkan nampan di nakas sebelah tempat tidur.

[.]

Emma membolak-balik halaman novel romance yang tengah ia baca, otaknya menolak untuk berkonsentrasi pada buku. Hembusan napas berat keluar dari mulutnya.

Ia masih terpikir akan suatu hal yang sedari tadi menghantui otaknya.

'William sedang ada di rumah sekarang.'

Untuk apa William ke London? Jarang sekali lelaki itu mengunjungi keluarga Emma.

Selang beberapa menit, ponsel Emma bergetar.

"Ya?"

'Kau akan terkejut kak!"

"Kenapa? Kau bahkan belum memberitahuku apapun, Alex. Apakah kau sedang mabuk?"

'Tidak. Oke, itu tidak penting. Intinya waktu yang ditunggu-tunggu olehmu telah datang. Berbahagialah.'

Panggilan itu terputus begitu saja ketika Emma mendengar suara William di seberang sana. Kecurigaan Emma semakin tajam. Apakah sesuatu terjadi tanpa sepengetahuannya?

Emma yang merasa frustasi pun memutuskan menghentikan kegiatan membacanya dan melangkah menuju dapur. Diambilnya apel dari dalam kulkas, ia menggigitnya perlahan sambil sesekali melamunkan sesuatu.

'Wedding.'

Kata-kata itu terselip di otaknya begitu saja, membuatnya hampir tersedak apel yang tengah ia makan. Apakah William benar-benar bersikeras untuk menikahi Emma?

"EMMA!"

Seorang wanita bersurai kemerahan berlari ke arah Emma, memeluknya erat-erat sambil sesekali berteriak, membuat Emma risih.

"Bonnie! Apa yang kau lakukan?"

"Aku ikut berbahagia Em!"

"Apa? Berbahagia untuk apa? Penayangan Beauty and the Beast?"

"Hah? Kau tak mengetahuinya?"

"Mengetahui apa?"

"Alex memberiku sebuah kabar dan aku sendiri sedang ingin mengunjungimu,"

Wajah Emma pun terlihat penasaran setelah mendengarkan beberapa kata dari mulut Bonnie Wright, sahabatnya.

"William melamarmu!"

Apel yang sebelumnya berada di tangan kanan Emma langsung terlepas begitu saja. Emma menatap Bonnie dengan tatapan kosong, perasaannya berantakan.

"Em! Keinginanmu menjadi nyata! Pihak keluargamu sendiri sudah menyetujuinya, begitu juga dengan keluarga William. Ah, seandainya aku memiliki lelaki seperti itu. William bahkan rela jauh-jauh dari Amerika menuju London, hanya untukmu Em. Hanya untuk sosok Emma Watson."

Again  [ FeltSon ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang