12

1.7K 41 6
                                    

"Gue tau kalo lo suka sama kakak gue. Kak Dirga."

Aku tersontak setelah mendengar perkataan Farel. Aku masih diam tak berkutik. Seperti ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokanku sehingga aku tidak berdaya untuk berkata-kata. Suasana cafe seketika berubah menjadi suram di mataku. Sekarang aku takut. Takut untuk melihat ke arah Farel. Takut kalau ini bukan mimpi. Takut kalau Farel memang nyatanya mengatakan hal itu.

"Kenapa lo malah diam, Ashilla Pricillia?" Tanyanya tenang. Seperti biasa, dia selalu memasang nada seperti itu. Nada tenangnya yang membuat bulu kudukku berdiri.

"Dari mana lo bisa dapet nomor gue?

Pertanyaan yang super bikin keluar dari alur pembicaraan. Oke sip.

"Gak penting gue dapet nomor lo dari mana. Lo beneran suka sama kakak gue?"

Aku menarik nafas panjang, "Enggak. Lo sotoy deh, rel. Gue aja gak kenal kakak lo. Gimana bisa gue suka sama dia?"

Kebohongan yang cukup besar.

"Lo gak usah bohong shil. Gue tau. Gue tau dari cara lo merhatiin Dirga. Gue bisa liat gimana shocknya elo waktu pertama kali datang ke rumah gue dan tiba-tiba Dirga nongol. Dan di saat itu, pandangan lo cuman fokus ke dia. Gue tau"

Aku terdiam. Berusaha mengatur nafas dan emosiku. "Kenapa lo harus ngurusin hidup gue sih? Semenjak gue kenal sama elo, hidup gue jadi tambah sial."

Sekarang, Farel yang mengambil nafas panjang. "Lo tau rahasia gue, shil? Gue merhatiin lo, gue ngurusin hidup lo, karena mungkin gue suka sama elo."

***
Aku menghempaskan badanku di atas sofa. Nafasku masih tak beraturan. Aku menutup mataku dengan lengan kanan lalu berusaha untuk mencerna apa yang terjadi hari ini.

Farel. Satu nama yang mulai terngiang di otakku sejak sejam belakangan ini. Tapi, tetap aja nama itu bisa digantikan oleh nama lainnya. Dirga.

Dirga dan Farel. Kedua kakak beradik itu membuatku benar benar menjadi gila. Apa ini semua karena aku gak punya hak untuk suka sama kak Dirga sehingga aku kaya gini?

Ah.. Shilla kebanyakan nonton drama.

"Oi. Kenapa lo?" Suara Bima membuat pikiranku yang tadinya melayang ntah kemana menjadi kembali ke asalnya. Aku membuka mataku dan melihat Bima yang dengan sok-coolnya berdiri sambil meneguk air putih.

"Kusut banget muka lo. Kaya kain pel," oloknya. Aku tersenyum kecut.

"Hm.. Shil? Kalo ada apa-apa ke kamar gue aja ya. Gue pengen buang hajat. Gak ada waktu lagi nih buat dengerin curhatan lo," ucap Bima. Ia langsung ngacir ke kamarnya. Sementara aku terduduk bingung melihat tingkah Bima. Memang Bima itu percaya dirinya tingkat dewa. Siapa coba yang mau cerita semua ini sama dia?

Aku mengambil ponselku dari saku celana. Terdapat beberapa notif Line di layar ponselku.

Faris Grahajaya: Shilla?

Keningku mulai bertaut. Ini kak Faris? Kenapa dia bisa tau, eh?

Ashilla Pricilia: Kenapa kak?

Writing...

Faris Grahajaya: Besok bakalan ada test osisnya. Besok kumpul di ruangan osis ya. Jam istirahat pertama.

Ashilla Pricilia: Yah aku belum siap nih kak. Ngomong-ngomong ntar apa aja yang ditanya kak? Kak bocoran dongg :p

Faris Grahajaya: Yah gak boleh kaya gitu. Harus adil. Gak bakal ditanya fisika kok :)) tenang aja!

Aku mengulum senyumku. Kak Faris memang selalu bisa membuat bibirku melengkung ke atas. Padahal, ini hanya sekedar chat.

Ashilla Pricilia: Terus apa dong yang ditanya kak? Kasih gambaran dong T_T

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang