15

1.1K 45 7
                                    

Minggu pagi. Aku langsung keluar bareng Rika, Emily, Crystal dan Fiona. Fyi, kami bakalan jogging hari ini. Jarang-jarang banget kan seorang Shilla mau jogging di hari libur gini.

"Kyaa!! Banyak banget anak-anaknya!!"

Fiona langsung histeris pas ngeliat taman yang ada di komplek perumahanku udah diisi sama anak-anak semua. Memang Fiona paling addict banget sama anak kecil.

"Gak kenal gue sama dia," ujar Crystal, ia menjauhkan diri dari Fiona yang masih fokus ngeliat anak-anak yang lagi main-main di taman.

"Kenapa lo sampe cinta banget sih sama anak kecil, Fi?" tanya Rika. Fiona mengerjapkan matanya.

"Gue juga gatau.. Tapi mereka lucu. Kayak gue." dia nunjukin dirinya sendiri. Aku yang hanya melihat gimana kepedean Fiona hanya menggeleng.

"Sok lucu lo," cetus Crystal. Fiona menatap Crystal tajam, begitupun sebaliknya. Dan terjadilah perang tatap-tatapan di antara mereka.

"Udahan yuk? Gue gak tahan sumpah!" Emily langsung duduk di bangku taman. Aku bisa ngeliat gimana Emily yang udah ngos-ngosan sambil ngipasin dirinya pake tangan. Emang sih jarak antara rumahku ke taman itu... Cukup jauh kalau jalan.

"Gue mau beli air mineral. Ada yang mau nitip?" Tawarku. Mereka semua mengangkat tangan sambil berkata, "gue!" dengan serempak.

Aku langsung ninggalin mereka dan pergi ke supermarket sebrang taman. Sendiri. Begitu masuk, aku jadi keinget gimana aku terakhir kesini karena pesanan mama dan aku ketemu kak Dirga yang lagi jalan sama...

Aih lagi-lagi kepikiran itu.

Tapi aku sempat heran. Supermarket ini kan letaknya di dalam komplek. Kenapa mereka bisa kesini? Kan kalau mereka lagi kencan atau apalah gitu mereka bisa beli minum di tempat lain. Lagian di pinggir jalan sekarang udah bertebaran supermarket juga. Kenapa mereka harus kesini? Atau jangan-jangan....

Kak Prita tinggal di komplek ini juga?

"Aw." aku meringis ketika aku menabrak seseorang dan membuatku hampir tersungkur. Untungnya aku masih bisa menjaga keseimbangan badanku.

"Elo gapapa, Shil?" aku langsung tersontak ketika cowok di hadapanku ini -yang menabrakku tadi- memanggil namaku. Shil? Dia tau namaku?

Aku yang dari tadi sibuk mengurus jidatku yang tertabrak langsung melihat si cowok yang menabrakku tadi.

Rupanya Daffa.

"Ya ampun Shilla! Benjol kan jidat lo ini." Daffa dengan lebaynya ngelus ngelus jidat aku. Dengan sigap aku langsung menepis tangannya.

"Apaan sih lo, Daf."

Daffa malah ketawa ngekeh pas ngeliat ekspresiku tadi. Dia sama aja kayak kak Faris. Ketawa mulu kerjaannya.

Ya ampun... Kak Faris.

"Eh Shil. Gue beruntung nih ketemu sama lo. Ada yang mau gue bilang," kata Daffa. Aku langsung masang muka kepo.

"Nanya apa?" Tanyaku masih dengan tampang kepo.

"Yah jangan disini dong. Gak enak diliat orang. Nongkrong di tempat bakso pak Tarjo aja gimana?"

Alisku langsung bertaut. Tunggu... Kenapa dia malah kenal sama bakso pak Tarjo yang terkenal di komplek ini?

"Lo tinggal disini juga, Daf?" tanyaku. Tapi Daffa malah jalan aja tanpa ada ngejawab pertanyaan aku.

Sabar Shilla. Sabar.

Aku yang udah mulai kesel sama Daffa akhirnya cuman bisa ngikutin dia sampe ke bakso pak Tarjo.

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang