14

1.3K 42 0
                                    

Aku terpana melihat pemandangan di hadapanku ini. Sebuah sungai yang cukup luas di tambah pohon yang mengelilingi danau tersebut. Kunikmati udara segar yang masuk ke rongga hidungku. Suasana yang tepat untuk dijadikan sebagai tempat hunting.

"Suka gak shil sama tempatnya?" tanya Kak Faris sedikit menjerit. Aku hanya mengacungkan jempolku karena aku yakin suaraku akan dikalahkan oleh suara angin yang berhembus cukup kencang disini.

Setelah Kak Faris balik dari toilet, ia langsung memerintahkanku untuk membawa kameraku. Aku sempat bingung untuk apa dia nyuruh aku kayak gitu. Tapi aku malah gak ada nanya dan langsung ngambil kameraku dari kamar. Setelah aku mengambil kamera, aku sempat terkejut ngeliat Kak Faris yang dengan akrabnya ngobrol sama mama. Kak Faris juga sempat pamitan untuk membawaku pergi. Se-sering seringnya aku dibawa pergi sama Arya, dia gak pernah bikin acara pamit-pamitan ke mama. Dan jujur, baru kali ini ada teman cowok -tepatnya senior- ku yang berani ngobrol sama mama.

"Gimana shil? Pinter kan gue nyari tempat?" aku agak terkejut ngeliat Kak Faris yang tau taunya udah ada di sebelahku. Aku mengangguk dan kembali melihat lurus kedepan.

"Kak? Kenapa kita kesini?" tanyaku dengan pandangan masih melihat ke arah danau yang membuat efek tenang untukku.

"Gue denger anak fotografi dikasih tugas kan untuk foto pemandangan?"

Dengan bodohnya aku baru nyadar soal tugas itu. Dan besok udah hari sabtu. Kalau gak ada Kak Faris mungkin aku bakalan inget waktu kelas fotografi dimulai besok.

Tapi yang bikin aku makin jadi kayak orang bego, yang ngingetin soal tugas itu Kak Faris yang jelas-jelas ekskulnya itu design grafis. Kenapa dia bisa tau coba soal tugas anak fotografi?

"Gak mau ngerjain tugasnya?" tanya Kak Faris sembari mengotak ngatik kameraku.

"Aku lupa, Kak. Untung di ingetin." aku nyengir sesaat, "Kakak kenapa tau kalo aku dikasih tugas kayak gini?" tanyaku.

"Tau lah," jawabnya tenang. Ia menyodorkan kameranya kepadaku.

Aku mulai memainkan kameraku. Sementara Kak Faris dengan santainya duduk di rumput sambil memetik gitarnya. Angin sejuk yang berhembus membuatku berkeinginan untuk menetap lebih lama di tempat ini. Di tambah dengan udara yang masih segar, belum tercemar dengan polusi udara, membuatku semakin betah disini.

Setelah setengah jam berkelilingi dan menikmati keindahan alam di danau ini, aku terduduk lemas diatas rumput. Aku langsung mengecek hasil dari jepretanku tadi. Cukup banyak hasil yang bisa dibilang 'memuaskan' sehingga aku bingung untuk memilih satu diantara sekian banyak foto.

Suara klakson membuat aku sedikit terkejut. Aku melihat sebuah mobil yang berhenti di belakang mobil Kak Faris. Aku menyipingkan mata efek mataku yang sudah mempunyai minus walaupun sedikit. Kulihat seorang lelaki dengan kemeja dan kamera yang ia kalungkan di lehernya keluar dari mobil pajero hitam yang parkir di belakang mobil kak Faris tadi. Detakan jantungku mulai terasa gak beraturan ketika melihat wajah si pemilik mobil pajero itu.

Kak Dirga.

Kak Dirga segera menghampiri Kak Faris yang berada di mobil. Ia menepuk pundak Kak Faris dan mereka ber-high five ria seakan sudah lama tidak bertemu. Setelah selesai berbincang, kak Dirga kembali menuju mobilnya dan membuka pintu tempat duduk penumpang.

Seorang perempuan keluar dari mobil pajero hitam itu. Perempuan itu sempat cemberut dan Kak Dirga mengusap mukanya. Mereka tertawa bersama. Mereka begitu bahagia.

"Woy bengong aja." Kak Faris segera mengagetkanku. Dengan terburu-buru aku langsung mengubah pandanganku. Aku gak mau kalau Kak Faris sadar bahwasannya aku memerhatikan mereka -Kak Dirga dan pacarnya-

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang