***
Aku menatap seorang gadis yang terbaring di ranjang rumah sakit. Terlihat banyak sekali alat-alat aneh menempel di tubuhnya.
"Sepertinya aku sudah tertidur sangat lama, lihat wajahku sangat pucat" gumangku.
Ya, gadis itu adalah diriku, aku sangat ingat rumah sakit ini tempat bekerja Ibuku dulu. Bahkan aku masih sangat ingat dokter-dokter di sini. Ibu sering mengajakku ke sini. Sepertinya Ibu sengaja menempatkanku di sini agar dia tetap bisa menjaga dan merawatku. Aku mengetahui tubuhku berada di sini dengan bantuan cermin ajaib. Cermin itu juga yang membantuku untuk menemukam Rachel.
Aku melangkah mendekat, hingga pintu terbuka dan sebuah suara membuatku terkejut."Apa maksudmu!!!" Suara keras membuatku menoleh melihat keseumber suara.
Ayahku masuk keruangan tempatku di rawat bersama Ibu. Sepertinya mereka sedang bertengkar melihat Ibu membanting pintu dan berteriak keras.
"Ini sudah delapan tahun, biarkan Alice beristirahat dengan tenang. Jangan terus menyiksanya seperti ini!" seru Ayahku sembari menunjuk tubuhku yang terbaring di atas ranjang.
Pria dengan alis tebal dan tahi lalat di bawah bibirnya itu adalah ayahku. Walau banyak yang berubah dari penampilanya tapi aku masih bisa mengenalinya.
"Tidak. Kau boleh ambil semua yang kumiliki. Kau boleh pergi meninggalkanku dan pergi dengan simpananmu. Tapi ku mohon biarkan Alice tetap hidup, dia putriku."seru Ibu yang menangis histeris. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya.
Wanita cantik dengan rambut pirang sebahu dan kacamata yang selalu dia kenakan itu adalah Ibuku. Dia masih tidak berubah masih tetap cantik.
"Kita sudah menunggu delapan tahun, dan Alice masih belum sadar dari komanya. Apa lagi yang kita tunggu? Bahakan menunjukan kemajuanpun tidak."
Aku mengerti sekarang, apa yang sebenarnya terjadi. Ayah pasti ingin menghentikan semua perawatanku dan memutuskan untuk menyuntik mati diriku.
"Dia putriku! Bahkan kau sudah mengambil Rachel dariku Dan sekarang kau ingin membunuh putrimu sendiri." Ibu terus saja menangis, memohon agar ayah menghentikan niatnya.
"Aku sudah tidak bisa membayar perawatan rumah sakit ini. Dan aku juga tidak ingin melihat Alice terus tersiksa. Kau harus mengihklaskanya. Biarkan dia beristirahat dengan tenang jangan siksa dia terus menerus."
Ibu mendekati ayah, dan berlutut dihadapanya. Tubuhnya bergetar hebat. Tanganya mengepal kuat, dia berusahan mengatur nafasnya dan menahan tangisanya.
"Tiga hari, beri waktu aku tiga hari lagi. Setelah itu kau boleh membunuhnya, Tapi ingat saat dimana kau membunuh putriku, saat itulah kau tidak akan melihatku lagi."
Aku melihat tatapan kebencian terpancar dari mata ibu, Kesedihan yang mendalam hingga membuat hatiku terasa tercabik- cabik.
Ayah melangkah mendekati tubuhku, dan menyentuh rambutku. Dia mendekatkan wajahnya dan berbisik,
"Maafkan Ayah Alice, ayah adalah manusia yang paling kejam di dunia ini. Ayah melakukan ini semua demi dirimu, ayah tak ingin melihatmu terus menderita." Ayah mengecup keningku dan melangkah pergi meninggalkan Ibu dan diriku yang masih terdiam terpaku.
Tangisan Ibu pecah, dia melangkah mendekati tubuhku yang terbaring. Aku merasakan betapa menderitanya ibu dan Rachel selama aku pergi."Maafkan Mama Alice." Tanganya menggenggam erat tanganku. Dan tangan satunya memukul ranjang seakan menahan kesakitan yang luar biasa yang dirasakan hatinya.
"Maafkan Mama." Kalimat itu terus diulang-ulanginya seiring dengan tangisnya yang pecah, Seakan membuatku tersiksa.
Aku merasakan hal aneh ditubuhku, aku menatap telapak tanganku yang semakin tak terlihat.
Sepertinya aku harus segera kembali ketubuh asliku sebelum aku benar-benar menghilang.
Aku memejamkan mataku dan mengarahkan tongkat sihir kearah tubuhku yang terbaring. Mantra demi mantra ku ucapkan hingga tubuhku menghilang menjadi sebuah cahanya dan masuk ketubuh asliku.Disini kehidupanku dimuali jika saat ini adalah tahun 2020 dan di pesotomia adalah tahun 1999 maka selama ini aku hidup dimasa dan waktu yang berbeda, yang bahkan tak akan bisa dijelaskan oleh manusia. Yang intinya tubuhku tetap di Kanada dan Ruhku hidup di masalalu dinegri pesotomia. Dan kini aku harus kebali ketubuh ku dan hidup di Kanada dimana dua puluh satu tahun lebih awal dari pesotomia.
"Dan aku percaya keajaibanmu, tuhan. Inilah takdirku.."
****
Aku mencoba mebuka mataku, samar-samar aku mendengar seseorang tengah menagis. Tubuhku sangat berat bahkan aku belum bisa menggerakkannya. Kepalaku sakit, seperti ingin pecah. Pandanganku masih kabu, namun perlahan aku dapat menggerakan jari-jariku dan pandangan mataku perlahan terlihat jelas. Namun Ibu masih belum menyadari jika aku sudah sadar.
Seorang Suster, masuk keruanganku dan melihat Ibuku masih menangis dia mencoba menengkan Ibuku dan tak sengaja melihatku menggerakan jari telunjukku dan membuka mata.
"Dok-dokter Lisa, A-alice membuka matanya." Dengan terkejutnya ibuku langsung berdiri dan melihat kearahku.
"A-alice?" Airmatanya kembali menetes. Melihatku membuka mata dan menatap dirinya, walau masih dengan lemasnya.
Lidahku sangat kaku, aku masih belum bisa menggeraknya seutuhnya."Dokter, Alice sadar setelah delapan tahun akhirnya dia sadar ini benar-benar keajaiban, A-aku akan memanggil Dokter Robert." Suster itu bergegas meninggalkan ibuku.
"Alice putriku, ini Mama sayang." Tagan hangatnya menyentuh keningku, aku bisa merasakan kebahagian di matanya dan tak kusadari air mata lolos jatuh dari mataku. Dengan perlahan aku memaksa lidahku dan mulutku untuk bergerak.
"Ma-mama," ucapku terpatah patah, aku benar-benar belum bisa mengerakan lidah dan mulutku seperti semula.
"Putriku Alicee, anakku." serunya, Ibu menangis semakin kencang dan memelukku erat saat melihatku masih mengenalinya.
Maafkan aku Mama, terlalu lama aku pergi hingga membuatmu begitu menderita.
****
"Ini benar-benar sebuah keajaiban, aku sering mendengar tentang keajaiban yang terjadi pada beberapa orang. Tapi, baru kali ini aku melihatnya. Alice yang koma selama delapan tahun bisa sadar." Seru dokter Robert kepadaku. Benar, ini memang sebuah keajaiban.
Dan aku sangat bahagia, putriku yang koma selama delapan tahun kini sadar dan keadaannya semakin membaik.
"Aku juga sudah memeriksa keadaanya dan seluruh organ tubuhnya bekerja dengan baik tak ada cidera atau organ yang rusak sama sekali," serunya kembali, yang membuatku semakin bahagia aku tersenyum kearah dokter Robert.
"Ini adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku melihat putri pertamaku sembuh dari koma. Aku sangat berterimakasih padamu dokter Robert sudah membantuku selama ini."
"Seharusnya aku yang harus berterimakasih dan mengucapkan selamat kepadamu Dokter Lisa, anda memiliki seorang putri yang kuat. Tapi, masih ada beberapa organ tubuh yang belum bekerja sempurna ini dikarenakan tubuhnya yang selama delapan tahun tak bergeran. Dia akan sedikit merasa kesulitan".
Aku menganggukan kepalaku tanda mengerti dengan perkataan Dokter Robert.
"Tapi aku yakin dengan keadaannya yang semakin membaik dia akan pulih lebih cepat ." seruku dengan percaya dirinya.
"Yah, putrumu sunggu hebat Dokter aku mengakui itu dia seperti dirimu." tawa lepas Dokter Robert itu bergema di kolidor rumah sakit.
Aku kembali tersenyum, senyum yang sagat bahagia. Bagiku kedua putriku adalah nafas dan jantungku, jika salah satu hilang mungkin aku tidak akan bisa hidup selamanya.
Terimakasih Tuhan, kau beri hadiah di awal musim gugur ini. Hadiah yang sangat indah, aku berjanji akan selalu menjaga kedua putriku selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Autumn
Fantasy"Jika aku bisa menyihir musim semi menjadi musim gugur, dan jika aku bisa mengubah masa lalu kemasa depan. Akankah ku dapat kembali kesana?" -Alice-