***
Aku meletakan berkas-berkas itu dihadapan Ayah beserta rekaman pembicaraan antara tante Marina dan seseorang yang tengah merencanakan untuk menghancurkan ayah.
Awalnya ayah tak percaya namun, setelah dia mendengarkan rekaman itu dia mulai geram dan segera menemui tante Marina.Tante Marina yang berpura-pura sakit segera di tangkap polisi di rumah sakit karena dia telah terlibat kasus penipuan dam narkotika.
Di rumah sakit aku dan ayah sangat terkejut melihat tante Marina tertangkap polisi.
Pasalnya kami sama sekali tidak pernah berpikir tante Marina telah terlibat dengan barang haram itu.Aku dan Ayah segera pulang menemui Rachel dan Ibu. Kami menceritakan semuanya dan ayahpun sudah mengakui kesalahanya.
Semua orang pernah melakukan kesalahan tapi, semua orang pun memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahanya.Begitu pula dengan Ibu, walau ibu sudah memaafkan ayah tapi dia masih butuh waktu untuk dapat kembali bersama ayah.
Walau perlahan tapi kuyakin semuanya akan kembali seperti semula. Setelah itu saatnya aku harus kembali ketempat di mana aku seharusnya berada.****
Aku duduk di halaman sebuah rumah yang sangat megah. Di halaman ini aku dapat melihat perbukitan yang sangat indah. Menampilkan suasana musim gugur yang akan berakhir.
"Waktuku sebentar lagi," gumamku.
Aku menghela nafas pelan dan mengusap kalungku yang hampir berubah warna.Di tanganku terdapat sebuah kotak makanan berisi Bagel, roti yang sangat aku sukai di Kanada. Bentuknya seperti donat tapi sangat unik dan enak.
"Sedang apa kau di sini?" Liam datang dan duduk di sampingku.
Aku menatap lekat Liam entah pikiranku saja atau memang orang ini sudah ditakdirkan tampan dalam keadaan apapun.
"Kau baru bangun tidur?" tanyaku yang melihat dia masih mengenakan kaos putih dan rambut acak-acakan. Matanyapun masih terlihat sayup.
"Kenapa?" Dia melirik tajam kerahku.
"Tidak, aku hanya ingin mengantarkan ini.." Aku menyodorkan kotak makanan berisi Bagel kearah Liam.
"Wow! Ada apa dengan Nona Alice Katherine tiba-tiba saja membawakan makanan untuku," ucapnya dengan ekspresi terkejut.
"Aku ingin berpamitan denganmu.." ucapku yang sontak dibalas tatapan tajam oleh Liam.
Aku merasa dia sangat terkejut mendengar pembicaraanku.
Liam satu-satunya teman yang aku miliki di dunia ini. Dia yang selalu menemaniku dan membantuku di sini.
Karena itu dia satu-satunya teman yang sangat dekat denganku di dunia ini."Aku harus segera pergi Liam," lanjutku.
Liam hanya terdiam, aku tidak tahu apa yang kini ada dipikiranya. Tapi aku merasa dia sangat kesal mendengarkan hal ini.
"Haruskah kau pergi? Tak bisakah kau tinggal di sini?" tanyanya.
Aku menundukan kepala " maaf, aku tidak bisa tetap tinggal di dunia ini." jawabku.
Angin berhembus pelan, menyapu daun-daun maple yang berhamburan di halaman.
"Bisakah aku meminta satu hal padamu," Aku menatap lekat manik matanya," bisakah kau menjaga adiku Rachel? Ku mohon."
Di sini saat di mana aku mulai takut, takut jika aku tidak bisa melupakan seseorang. Entah mengapa semuanya begitu singkat, dan sepertinya sangat sulit untuk aku lupakan.
Semua hal yang terjadi pada diriku sepertinya terlalu menyakitkan. Aku harus pergi kembali meninggalkan keluargaku dan teman ku. Pergi sangat jauh dan mungkin tak akan bisa kembali lagi.
"Kapan?" tanyanya. Aku megerti maksudnya adalah menayakan kapan waktuku pergi.
"Besok, saat di mana musim gugur mulai berakhir," jawabku
"Kau tahu Alice, aku sangat senang kau datang di kehidupanku. Pergilah, satu pesanku jangan pernah lupakanku."
Dia menghela nafas kesal dan pergi meninghalkanku sediri. Dia memang seperti itu asal pergi saja tanpa tanpa mengatakan apapu, aku tahu dia pasti sangat kesal padaku.***
Pagi ini aku, Rachel, Ayah dan Ibu sarapan bersama di rumah, suasana yang sama seperti dulu.
Di mana ayah dan ibu saling berebut selai roti. Rachel yang tertawa melihat tingkah ayah dan ibu yang seperti anak kecil.Matahari yang bersinar terang masuk melalui jendela yang besar di ruang tamu. Angin yang menerbangkan dedaunan di musim gugur seakan mengulang peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Dimana keluarga ku seperti ini, utuh. Tak ada kebencian, tidak ada penghianatan, semua seperti dulu.
Aku melangkah pergi kekamar, aku mengatakan pada ayah dan ibu ingin istirahat karena sedang tidak enak badan, mereka tersenyum menganggukan kepala mereka menyuruhku untuk istirahat saja.
Di kamarku aku membaringkan tubuhku dan memejamkan mataku. Perlahan aku membaca mantra dan keluar dari tubuh asliku.
Tak selang beberapa lama ibu masuk dan melihat tubuh asliku tengah terbaring."Alice sayang, kau baik-baik saja. Boleh ibu memeriksamu?" ucapnya yang langsung melangkah mendekatiku.
Aku yang sudah keluar dari tubuh asliku melihat ibu merasakan hal aneh di tubuhku dan segera berteriak memanggil ayah untuk membawaku kerumah sakit.
Di rumah sakit aku melihat ibu ayah dan Rachel sangat khawatir. Kulihat Rachel yang terduduk lemas, segera aku mengucapkan mantra agar dia bisa melihatku.
Rachel terkejut saat melihatku tengah berdiri di hadapanya. Aku segera megisyaratkanya untuk diam, dan membawanya pergi kesebuah tempat.
Tempat di mana aku dapat kembali ke negeri pesotomia.Kami terdiam sejenak, aku tahu Rachel tidak ingin bicara papun saat ini, dia tidak ingin aku pergi.
"Aku harus pergi Rachel," ucapku.
Rachel hanya diam dan menangis, aku tahu dia sangat sedih jika aku harus pergi meninggalkan mereka.
"Lalu, bagaimana dengan ayah dan ibu kak," serunya dengan air mata yang masih mengalir.
"Mereka akan baik-baik saja. Lagi pula mereka masih memilikimu. Kau bisa menjaga mereka." Aku tersenyum kerahanya.
Dia terlihat mengenghentikan tangisanya, dan menatapku.
"Kau tahu Rachel, di sana.." aku menatap sebuah pusaran cahaya di antara dua pohon," ada seseorang yang mungkin tidak akan mampu hidup tanpaku. Dia adalah ayahku.. dia sudah sangat tua dan sering mengeluh sakit punggung."
Entah mengapa aku sangat merindukan ayahku. Padahal aku baru beberapa bulan di sini. Aku rindu teman-temanku, sapu terbangku dan sekolahku di sana.
Aku melihat pusaran cahaya semakin mengecil segeralah aku berdiri," sepertinya sudah saatnya," seruku.
Tangisan Rachel pecah, jika aku pergi artinya aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Mungkin aku tidak akan bisa bertemu denganya lagi. Aku bahkan belum pernah bertengkar denganya, aku tahu ini tidak adil. Tapi aku akan menjadi orang yang sangat tidak tahu berterimakasih pada tuhan, aku sudah diberi kesempatan untuk mengembalikan dan menyatukan keluargaku.
Seandainya aku bisa mengubah musim gugur menjadi musim semi dan jika aku dapat menyihir masa lalu kemasa depan akankah aku dapat kembali ketempat ini.
Aku melangkah menuju pusaran cahaya. Meninggalkan semuanya, semua yang aku miliki di dunia ini.
Mungkin di rumah sakit saat ini diriku sudah dinyatakan meninggal dunia. Yang seharusnya sepuluh tahun yang lalu itu terjadi.Aku menetesakan airmataku, aku dapat mendengar Rachel menangis dan aku juga dapat mendengar Liam dan orang tuaku menangis. Aku dapat mendengar jeritan ibu memanggil namaku namun aku tidak boleh menoleh. Aku harus tetap berjalan menuju pusaran itu.
Pusaran itu seakan menarik kuat tubuhku. Cahaya yang terang perlahan menyilaukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Autumn
Fantastik"Jika aku bisa menyihir musim semi menjadi musim gugur, dan jika aku bisa mengubah masa lalu kemasa depan. Akankah ku dapat kembali kesana?" -Alice-