***
Aku duduk di sebuah bangku di belakang sekolah. Suasana saat ini sungguh indah daun maple berjatuhan di halaman belakang sekolah. Benar-benar mirip seperti mimpiku di pesotomia. Aku masih belum percaya dengan semua yang terjadi padaku.
"Ayah, apa yang kau lakukan sekarang di sana. Aku sangat merindukanmu," gumamku. Angin berhembus pelan dedaunan berjatuhan, satu daun maple jatuh tepat di telapak tanganku.
"Kau di sini?" tanya Liam yang tiba-tiba saja muncul dari balik pohon.
Sejak kita bertemu di rumah sakit itu dan sejak aku satu sekolah denganya kami semakin dekat. Kami juga sering bertemu dan mengobrol.
Entah mengapa aku semakin nyaman jika bersamanya. Sepertinya kami sudah lama kenal walau sebenarya kami baru berteman beberapa waktu yang lalu."Kau seperti hantu tiba-tiba muncul," sautku kesal.
"Aku melihatmu bertengkar dengan Berta beberapa hari yang lalu." Dia melangkah dan duduk di sampingku.
Wajahnya tampan, alisnya tebal, dan senyumnya yang manis membuat siapa saja pasti tergila-gila padanya.
Dia melipat kedua tanganya dan mendongak keatas menampilkan leher jenjangnya."Alice," serunya. Tatapanya jauh menantap langit biru.
"Ya?" sautku.
"Maukah kau pergi bersamaku." Dia mengalihkan tatapanya kearahku.
Sontak aku terkejut dengan perkatananya. Apa maksudnya dia berkata seperti itu.
"Apa maksudmu?" tanyaku.
Dia tersenyum menampilkan gigi putihnya tanganya mengelus acak rambut pirangku.
"Aih. Jangan menyentuh kepalaku. Itu menyebalkan," geramku.
"Kenapa kau begitu menggemaskan," gemasnya. Tanganya mulai mencubit kedua pipiku dengan keras.
"Jangan mencubit pipiku! Kau benar-benar menyebalkan!" kesalku yang dengan keras menjambak rambutnya.
"Sa-sakit. Jangan menjambakku, apa wanita suka sekali menjambak rambut orang," ringisnya.
"Sekali lagi kau menyentuh kepalku dan mencubit pipiku. Mati kau!" Aku melangkah pergi meninggalkanya.
"Dia benar-benar kasar, padahal wanita akan tersipu malu jika disentuh rambut dan dicubit pipinya. Tapi ini, aku malah dihajar. Wanita benar-benar aneh."
****
"Bagaimana sekolah kalian sayang?" seru Ayah yang tengah menyantap sarapan paginya.
"Baik ayah, benarkan Kak," tanya Rachel kepadaku yang sedang asik dengan Handphone hingga tidak menggubris pembicaraan mereka.
"Alice, letakan handphonemu saat makan." Aku menoleh kearah Ayah yang tengah memperhatikanku.
Aku tersenyum dan segera meletakan handphoneku di saku. Aku sangat suka memainkan handphone setelah datang ke sini. Ya kalian pikirkan saja di pesotomia mana ada handphone.
Jika yang ada di sana hanyalah cermin ajaib. Walau cermin ajaib lebih hebat tapi handphone terdapat game dan dapat mendengarkan lagu hal yang tidak bisa dilakukan cermin ajaib."Sekolah kami baik kok Yah, bahkan Rachel medapatkan nilai tinggi kemarin. Ya kan Rachel?" Rachel tersenyum bahagia.
"Ayah bangga padamu Rachel."
Tante Marina datang membawa tiga gelas susu putih dan meletakanga di meja.
"Kalian sedang membicarakan apa." Dia tersenyum, senyum yang manis namun penuh dengan racun.
Aku melirik kearah Rachel dan Rachelpun melirik kearahku. Wanita itu benar- benar merusak suasana.
Mataku seketika tertuju pada ketiga gelas yang ada dihadapan kami.Aku mengucapkan mantra dan aku melihat ada asap biru kehitaman keluar mengepul dari tiga gelas itu. Tak ada yang dapat melihat asap itu selain diriku.
Wanita itu benar-benar ingin meracuni kami. Aku mengucapkan mantra untuk menetralisir racun yang terdapat di susu itu dan kemudia meminumnya.Aku dan Rachel kemudian berpamitan untuk pergi setelah menghabiskan susu itu. Aku benar-benar kesal dengan wanita jalang itu.
****
"Ini terakhir, setelah ini dia akan hancur."
Aku melihat wanita jalang itu tengah berbicara dengan seseorang di dalam hotel. Diam-diam aku mengikutinya setelah aku tahu apa rencana wanita itu .Tak selang beberapa lama dia keluar dari hotel.
"Kau ingin menghancurkan ayahku," seruku yang tiba-tiba saja muncul dari balik tembok yang sukses membuatnya terkejut setengah mati.
"Ba-bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyanya dengan wajah yang panik setengah mati.
"Tante lupa siapa aku? Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan."
Wajahnya pucat tubuhnya gemetar saat aku mendekat.
"Aku tahu apa yang ingin kau lakukan. Sekarang serahkan berkas-berkas yang kau curi dari Ayahku."
"A-aku tidak mau."
Aku tersenyum sinis, "baiklah," aku mengeluarkan tongkat sihirku, cahaya putih keluar dari ujung tongkat sihirku dan belum sempat aku mengucalkan mantra Tante Marina sudah lari dan meninggalkan berkas-berkas itu di lantai. Aku pun segera memungut berkas-berkas itu.
"Alice?"
Mataku membulat sempurna ketika aku melihat Liam tengah berdiri tepat di hadapanku.
"Ka-kau?"
Liam terdiam terpaku menatapku yang masih memegang tongkat sihirku. Aku rasa Liam akan sangat terkejut setelah mengetahui yang sebenarnya.
"Ya, bukanya aku sudah pernah bilang padamu saat pertama kali kita bertemu di rumah sakit."
Liam masih menatapku tak percaya, lagi pula mengapa Liam bisa berada di tempat seperti ini.
"Ayo ikut denganku." Tanganya mencengkram kuat tanganku dan membawaku kesuatu tempat.
Aku pun menceritakan semuanya pada Liam, apa aku dan dari mana aku. Entah dia percaya atau tidak tapi aku tidak ingin berbohong lagi.
"Lalu sekarang, kau akan tinggal di sini selamaya?" tanyanya.
"Tidak, aku harus kembali kepesotomia." jawabku sedih.
"Kenapa?" Dia menatapku.
"Sebenarnya, beberapa hari yang lalu aku baru mengetahui jika aku sebenarnya.." aku menunduk menatap daun maple yang jatuh di tanah, " harusnya aku sudah tidak ada di dunia ini." Air mataku terjatuh.
Kulihat raut wajah Liam yang terlihat bingung."Aku tidak boleh berada di dunia ini lagi. Karena, takdir sudah menentukan aku meninggal sepuluh tahun yang lalu. Aku yang di sini adalah aku di masa lalu bukanya aku di masa ini. Aku yang di masa ini sudah meninggal," seruku dengan air mata yang masih mengalir.
Liam hanya menatapku, dia bahkan tak berucap satu katapun.
"Kau pasti tidak mengerti dengan apa yang aku katakan, kan?" tanyaku yang dibalas gelengan kepalanya.
Sudahku duga, dia tak akan mengerti dengan apa yang aku ceritakan.
Beberapa hari yang lalu pak Fandor datang menemuiku dan mengatakan hal yang sebenarnya. Jika aku di takdirkan hidup di masalalu di negeri pesotomia karena itu pak Fandor menyuruhku untuk segera kembali kepesotomia sebelum musim gugur.Aku menemukan jawaban tentang pertanyaanku mengapa aku harus kembali kemasa depan jika aku ditakdirkam hidup di masa lalu.
Semua pertanyaan menghantuiku setiap saat. Dan sekarang aku mengingat tentang keinginanku sebelum kecelakan, keinginan yang sama yang di ucapkan Rachel saat itu.
Yaitu melihat keluargaku kembali utuh seperti dulu.Aku tahu sekarang, mengapa Tuhan mengembalikanku di masa depan. Itu semua agar aku dapat mengembalikan keluargaku seperti dulu .
Tapi, sebelum aku kembali aku akan menepati janjiku. Keluargaku akan utuh kembali seperti dulu.
Rachel, ibu aku ingin melihat kalian bahagia sebelum aku pergi lagi. Aku tidak akan meninggalkan kalian sebelum aku menepati janjiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Autumn
Fantasy"Jika aku bisa menyihir musim semi menjadi musim gugur, dan jika aku bisa mengubah masa lalu kemasa depan. Akankah ku dapat kembali kesana?" -Alice-