"Sampai kapan kau berada di sini?" tanya tante Marina.
Aku hanya diam asik menonton TV dan pura-pura tidak mendengarnya mengoceh.
Bagiku dia hanya lalat pengganggu sama sekali bukan tandinganku, sekali tepuk, tamat riwayatnya."Anak tidak tau diri!" geramnya, yang sontak membuatku melirik kearahnya.
Aku berdiri dari tempat dudukku yang nyaman itu. Rupanya dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Matanya yang menatap tajam kearahku membuatku semakin tidak suka dengan wanita murahan ini.
Tidak apakan, jika aku menggunakan sedikit sihirku. Lagi pula aku ingin sekali memberi pelajaran pada wanita ini."Jangan menatapku seperti itu gadis kecil," serunya lagi yang membuatku tersenyum sinis.
"Tante Marina, apa kau percaya dengan seorang penyihir?" tanyaku yang kini menatap tajam kearahnya.
"Apa kau ingin mrngataiku seorang penyihir?" serunya. Yang membuatku terkekeh.
"Tante Marina, lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku mulai muak melihat wajahmu," tegasku membuat tante Marina mengepal kuat telapak tangannya.
Aku tahu tujuan Tante Marina mendekati Ayahku. Dia ingin menghancurkan perusahaan Ayaku dan semua itu demi dendamnya pada Ayahku.
Beberapa hari yang lalu aku mencoba menyelidikinya dia meiliki dendam pada Ayahku karena dulu, keluarganya hancur karena ayahku.
Perusahanya gulung tikar dan keluarganya jatuh miskin. Hingga membuat suaminya terekena serangan jantung. Karena itu dia sangat dendam dan ingin menghancurkan ayahku. Dan ternyata dia sudah menyiapkan sebuah rencana untuk menghancurkan ayahku.
Dia pikir aku akan dia melihat Ayahku hancur begitu saja."Kau pikir kau siapa? Kau yang harusnya pergi dari sini, kau dan adikmu itu hanya kotoran di rumah ini."
Aku tersenyum, dan menatap tajam dirinya, "Lalu kau?" tanyaku. Aku melangkah mendekatinya.
"Kau tahu tante Marina, aku tahu siapa kau sebenarnya. Bahkan aku tahu siapa putri kesayanganmu itu," ucapku kepada Tante Marina.
"A-apa maksudmu?" tanyanya terbata-bata.
"Munurutmu apa yang akan terjadi jika Berta tahu kalo Mamanya adalah seorang simpanan." Matanya membulat sempurna, aku yakin dia sangat terkejut dan bahkan tidak percaya mengapa aku bisa mengetahui semua itu.
Setelah tubuhku pulih, aku mencari tahu semua yang terjadi. Mulai dari tante Marina hingga putrinya Berta. Semua itu aku dapatkan dari informasi kaca ajaibku.
Aku mengarahkan mataku kearah sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah guci yang lumayan besar.
Tatapan tante Mengikuti arah pandanganku kearah guci itu.
Dengan mantra yang aku ucapkan, guci itu bergerak dan melayang.
Aku melihat tante Marina semakin terkejut dengan perbuatanku."A-apa ya-yang kau lakukan," serunya terkejut melihat apa yang aku lakukan dengan guci itu.
Aku melihatnya ketakutan, keringat dingin menetes di keningnya. Tangannya gemetar dan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang aku lakukan.
Aku mengarahkan guci itu tepat di atas kepalanya.
"Berhati-hatilah padaku, aku bukanlah tandinganmu. Karena aku bisa melakukan apapun yang aku mau." Aku melihat tante Marina yang ketakutan.
Dia berlari meninggalkanku tanpa berkata apapun."Kakak?" Suara Rachel membuatku terkejut dan mejatuhkan Guci yang tengah melayang.
"Ra-Rachel, sejak kapan kau berada di sana?" tanyaku.
"Kau.. apa yang sedang kau lakukan Kakak." Rachel melangkah mendekatiku dan menatap guci yang pecah berserakan di lantai.
"Kakak, bisakah kau jelaskan semua ini," serunya gemetar. Aku tahu dia sangat terkrjut dengan apa yang dia lihat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Autumn
Fantasy"Jika aku bisa menyihir musim semi menjadi musim gugur, dan jika aku bisa mengubah masa lalu kemasa depan. Akankah ku dapat kembali kesana?" -Alice-