Chap 7.

34 3 0
                                    

Masih dengan baju pasien rumah sakit, aku melangkah menelusuri halaman rumah sakit. Jika dipikir-pikir sudah lebih seminggu aku berada di sini. Dunia ini sudah berubah banyak sejak aku pergi.

Aku duduk di sebuah tepi danau daun-daun maple berguguran dan berserakan di tanah. Aku menghela nafas panjang, angin musim gugur berhembus pelan menyapu rambut pirang bergelombangku.

"Wajahmu seperti baru datang dari dunia lain." Suara berat seorang pemuda membuatku menoleh kebelakang.

"Siapa kau?" ucapku bingung, pemuda itu melangkah dan duduk di sampingku.

"Aku adalah pangeran yang dikutuk di masalaluku. Apa kau percaya?" tanyanya yang di balas gelengan kepalaku.

Orang gila mana yang percaya jika dia adalah seorang pangeran yang dikutuk di masalalu. Eh, bukanya aku juga dari masalalu. Tapi itu tidak mungkin hanya aku yang bisa menembus waktu.

"Hay!!! jangan melamun, wajahmu terlihat jelek," ucapnya.

Aku menggeram gesal, sejak di Pesotomia sampai di Kanada baru kali ini ada orang yang mengatakan aku jelek.

Maksudku coba kalian pikirkan mana mungkin ada gadis jelek semanis diriku, menyebalkan. Aku ini adalah gadis cantik sepanjang masa sejak tahun 1999 sampai 2020 bahkan wajahku tidak berubah sama sekali.
Hahahaha.. aku benar-benar hebat, tak kusadari aku sangat keren.

"Hay!!! Kau melamun lagi? Astaga kau benar-benar aneh." Dia berdiri dan melangkah. Aku menoleh kearah pemuda yang beranjak pergi. Pemuda dengan kemeja putih yang kedua lengan kemejanya sengaja di gulung sampai bawah sikut membuat pemuda itu terlihat lumayan tampan.

"Kau mau kemana?" seruku kepadanya. Dia memasukan kedua tanganya di dalam saku celananya dan menoleh.

"Ada apa?" tanyanya sinis.

"Jika aku mengatakan aku adalah seorang penyihir dan aku datang dari masalalu untuk kembali ketubuh asliku, apa kau percaya?"

Dia tertawa terbahak-bahak, "tentu saja tidak, Apa kau adalah Hermione Granger atau Cho Chang dalam film Harry potter? Kau benar-benar sudah gila," ucapnya yang diiringi dengan tawa lepasnya.

"Aiss." Aku benar-benar menyesal telah bertanya padanya.

Aku melangkah meninggalkanya yang masih menertawakanku. Aku menghela nafas kesal, dia bahkan lebih menyebalkan dari Tulip.

Langkahku terhenti entah setan apa yang telah merasukiku saat kulihat ada seekor anjing tengah tertidur di rerumputan halaman rumah sakit.
Aku mengucapkan mantra dengan pelan dan meniupkannya kearah anjing itu.
Anjing itu terbangun dan menggonggong keras, dan tanpa aba-aba langsung mengejar pemuda gila itu.

Raut wajahnya berubah tegang saat melihat seekor anjing berlari kearahnya. Matanya membulat sempurna dan dia berlari kencang kearah gerbang rumah sakit.
Aku hanya bisa tertawa lepas saat melihat dia berlari terbirit-birit di kejar Anjing. Semoga dia tidak tersesat di rumah sakit jiwa.

****

Aku duduk di ruang kepala sekolah, setelah beberapa hari yang lalu ayah mengatakan aku dapat bersekolah lagi.
Ya, ayahku punya banyak uang, dia dapat melakukan apapun yang dia sukai. Walau dulu sempat dia mengatakan tak mampu lagi membiayain perawatanku di rumah sakit itu hanya kebohonganya semata.

"Alice Katherine, kau dapat pergi kekelasmu sekarang. Aku sudah berbicara kemarin bersama ayahmu," serunya.

Aku tersenyum dan menganggukan kepalaku. Segeralah aku melangkah menuju kelas yang memang tidak jauh dari ruangan kepala sekolah bersama guru pembimbing.

Mulai dari sekarang aku akan memulainya lagi dari awal. Menjalani kehidupanku yang sebenarnya. Aku tersenyum menatap teman-teman baruku saat aku masuk kekelas.

Langkahku terhenti, mataku membulat sempurna ketika aku melihat seorang siswi yang duduk di meja depan tepat di depanku.

"Fena?" Gumamku. Saat kulihat seorang gadis yang sangat mirip dengan temanku Fena yang berada di negeri Pesotomia. Tidak mungkin itu Fena si gadis sombong itu tidak mungkin berada di sini, seharusnya dia berada di Pesotomia negeri penyihir.
Bagaimana bisa dia berada di tempat ini.

"Namanya adalah Alice Katherine, dia adalah teman baru kalian," ujar guru pembimbing memperkenalkan diriku.

"Alice, kau boleh duduk di bangku paling ujung," serunya kembali yang membuatku terbangun dari lamunanku.

"Ah.. iya.. terimakasih," ucapku. Yang langsung melangkah ketempat dudukku yang berada di paling ujung.
Guru pembimbing melangkah meninggalkam kelas setelah memperkenalkan diriku.
Namun, mataku kembali tertuju pada bangku kosong di depan mejaku.

Bangku itu tempat duduk Rachel adikku. Sudah dua hari dia izin karena dia harus pergi bersama Ibu kerumah nenek.
Semenjak itu aku tinggal bersama ayah dan simpanannya. Setelah itu aku meminta ayah agar dimasukan di sekolah dan kelas yang sama dengan Rachel. Pasti kalian bertanya-tanya hal itu mustahil apa lagi di negara besar ini.

Namun, apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang penyihir sepertiku. Bahkan sebelum datang ketempat ini aku sudah di bekali dengan berbagai macam mantra oleh Pak Fandor.

"Anak baru?" seru salah satu siswi yang duduk di sampingku.
Namun aku hanya diam mematung menatap meja Rachel yang penuh dengan tulisan wanita jalang.. dasar murahan. Enyahlah kau dari sini. Jika kau mati itu lebih baik. Tulisan-tulisan itu seakan membuatku geram. Aku lirik semua penghuni kelas ini dengan tatapan tajam.

"Maaf apa aku boleh bertanya," aku menoleh ke salah satu siswa yang bertanya padaku tadi.

"Ya, kau ingin bertanya apa?" jawabnya. Siswi laki-laki dengan kacamata tebal itu seakan begitu penasaran dengan pertanyaan yang akan aku lontarkan.

"Apa seluruh siswa di dalam kelas ini adalah seekor keledai?" tanyaku, yang sontak membuat seluruh penghuni kelas terkejut dan menoleh kearahku.

"Apa-apaan dia?" seru siswi lainya.

"Hay anak baru, apa maksudmu mengatai kami keledai!" Aku melihat seluruh isi kelas menatap geram kearahku.

Aku menyeringai,"apakau keledai? Jika bukan, kenapa kau harus marah," seruku yang membuat seorang gadis yang wajahnya mirip dengan Fena berdiri dan melangkah menghampiriku.

"Hay anak baru, jangan mencari masalah dengan kami. Kau bahkan belum mengenal kami, bisa-bisanya kau mengatai kami keledai." Tatapnya tajam kearahku. Tatapan yang sama yang sering dilakukan Fena kepadaku.

Entah mengapa aku merasa dia adalah Fena. Tapi itu sangat mustahil dia berada di tempat ini. Pesotomia adalah negeri penyihir walau aku percaya dengan keajaiban dan sihir tapi dia... jangan-jangan... Dia adalah Fena di masa depan.
Aku ingat perkataan Pak Fandor jika mungkin nanti aku akan menemui orang-orang yang sama, yang berada di pesotomia.

Orang-orang yang mungkin aku kenal itu, adalah wujud mereka di masa depan. Lengkarnasi, jadi Fena adalah salah satu orang yang memiliki kemampuan itu. Dia dapat terlahir kembali dengan wujud yang sama walau dia tidak ingat apapun di masa lalunya.

Magic AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang