REALITY

1.7K 76 2
                                    


When the night falls,

I need 'us'.

****

"Alyssa!"

Perempuan itu berbalik mencari sosok yang memanggilnya,

"Rio. Tumben, ada masalah apa yang bawa kamu kerumah ku malem-malem gini?" katanya sambil tersenyum.

Ify berjalan cepat kearah Rio dan langsung memeluknya.

Rio hanya terdiam.

"Aku kangen. Kamu apa kabar?" Ify melepaskan pelukannya dan membuat jarak antara keduanya.

"Eh, muka kamu kenapa? Kamu jatoh? Atau berantem?"

Rio membuang muka saat itu juga.

"Yo, kamu kenapa sih? Muka kamu memar gini. Baru ya?"

Rio tetap terdiam dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.

"aku ambilin kotak obat ya, kamu perlu diobatin" Ify berbalik dan berlalu dari Rio.


****


Ify membersihkan luka-luka di wajah Rio.

"aargh"

"Maaf, ini udah pelan-pelan ko" Ify terlihat cemas

"ini abis berantem kan? Berantem sama siapa sih?"

"gimana keadaan lo?"

"eh?"

"Lo dengar tadi"

"aku.. aku baik ko, kan udah sembuh"

"lo sakit apa?"

Ify terdiam. Demi tuhan ini pertanyaan yang Ify hindari dari Rio.

"Alyssa!"

"Ify, Rio. Panggilnya Ify"

Kata Ify. Ify berniat ingin pergi dari tempatnya sekarang, tapi, tangan Rio sukses menahannya.

"Aku taro kotak obat dulu. Kamu mau minum apa?"

"Gue perlu lo jawab pertanyaan gue. Sekarang juga"

"aku –"

"Kanker?" ify terkejut.

Rio tersenyum sinis

"Rioo" Ini benar-benar diluar dugaan.

"Gabriel. Dia yang bikin gue babak belur kaya gini. Dia juga yang kasih tau gue tentang penyakit lo."

Rasanya dunia Ify runtuh saat ini juga. Bagaimana Gabriel tega terhadap Ify.

"Ak.. aku"

"jadi bener lo sakit kanker?"

Ify terdiam. Dunianya seakan mati, ia tahu Rio tidak akan menerimanya sedikitpun setelah ini.

"Gue harap lo nggak ganggu gue dulu"

Kata Rio lalu pergi meninggalkan Ify sendiri.

Ify menangis sekeras-kerasnya. Tak perduli siapa saja yang mendengarnya.


*****


Rio mengendarai mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Deruan mesin mobilnya membumbung tinggi di pekatnya malam.

Pikirannya campur aduk. Berkali-kali ia memukul stir mobilnya. Membuat memar kebiruan di pergelangan tanganya.

Berulang kali ia mencoba melupakan kejadian hari ini. Pertemuannya dengan Gabriel, pernyataan Gabriel tentang Ify, pernyakit yang diderita Ify, perasaan Ify dan Perasaannya terhadap Ify.

"Brengsek!"

Ia memaki dirinya sendiri.

Rio berhenti di pinggir jalan, lalu mengambil ponselnya

"Kosongkan jadwal saya untuk 2 minggu kedepan!"

baru saja Rio mengatakan hal itu kepada sekretarisnya, lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Rio sangat frustasi. ia mengacak-acak rambutnya.

"waktu gue mulai ngebuka hati gue buat lo, tiba-tiba lo nyambut gue dengan kenyataan yang nggak bisa gue terima saat ini! Gue sayang sama lo Fy" teriak Rio.

perasaan Rio benar-benar hancur. antara cinta dan benci. Rio benar-benar menemukan perasaan baru terhadap Ify, berulang kali menghindarinya, namun sulit. ternyata benar, rio mencintai Ify. semoga saja benci akan kenyataan pahitnya ini dapat tertutupi.



****


Gabriel memasuki kamar Ify. Gelap.

Ia langsung menyalakan lampu ruangan tersebut dan mendapati Ify yang tergeletak dilantai dengan darah yang sudah mengalir dari hidungnya.

"IFY!"

Ify melenguh lemah "Ka"

"Diam Ify. Kita kerumah sakit sekarang!"

Ify menggeleng semampunya,

"Nggak. Biarin disini, aku hanya perlu kaka sekarang" Ify menahan tangan Gabriel sekuat tenaga.

"Ify mohon kak"

Gabriel tidak tega melihat Ify

Ia membenarkan posisi Ify menjadi bersandar pada tempat tidur Ify.

Gabriel mengambil tisu sebanyak yang ia bisa dan membersihkan darah yang di hidung Ify.

"kamu kenapa?" Gabriel benar-benar tidak real melihat kondisi adiknya sepeerti ini.

Ify memeluk Gabriel erat. "Ify udah gapunya harapan lagi ka. Ify bener-bener gakuat" Tangis Ify meledak saat itu juga.

"Ify stop! Jangan ngomong gitu"

Ify benar-benar terlihat frustasi sekarang.

"rio.. rio tadi kesini. Di.. dia tahu penyakit ify, dari kaka kan? Kaka Iel berantem sama rio" Ify memegang pelipis gabriel. Benar saja, banyak memar-memar bekas pukulan di wajah Gabriel.

"jadi gara-gara Rio?" raut wajah Gabriel menjadi sinis.

Ify menggeleng lemah.

"Rio bener-bener udah gamau diganggu Ify lagi kak. Kalo semua orang tahu penyakit Ify, mungkin ify udah nggak punya temen lagi."

"Brengsek!" Gabriel meninju tembok disisinya.

Ify segera menarik tangan Gabriel.

"tahu gini jadinya, harusnya tadi gue bunuh sekalian itu orang!"

Mata Gabriel menerawang penuh amarah.

Ify memeluk Gabriel erat, "aku sayang kaka, aku butuh kaka. Ify takut. Aku Cuma mau ditemenin kaka, seengganya disisa hidup Ify"

Gabriel menggeleng, "IFY!" dia membentak Ify, membuat ify terkesiap,

Gabriel meneteskan air matanya. Benar-benar pernyataan yang membuat dirinya jatuh saat ini.

*****

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang