13

8.8K 544 38
                                    


Ali berbaring disofa tengah. Tangannya dijadikan sebagai tumpuan kepalanya. Akhir akhir ini masalah menimpanya bertubi tubi seperti tidak ada habisnya. Kedua matanya tidak bisa terpejam, pikirannya hanya dipenuhi dengan istrinya, billa dan pekerjaan.



Menggela nafas panjang, ali merasa semakin kesini kehidupannya semakin memburuk. Bagaimana dia bisa menyatukan kembali billa dengan prilly sedangkan dia tahu bahwa sifat billa yang sangat keras kepala..



Prilly berjalan menghampiri suaminya yang tengah berbaring di sofa, dia sudah bisa menebak bahwa suaminya itu tengah memikirkan hal yang sangat berat.



"Kak ali. "Panggilnya.



"Kenapa tidur disini(?)"lanjutnya.


Ali terbangun, dia duduk sambil melihat kearah istrinya yang semakin mendekat. Istrinya itu begitu sangat rapuh mengetahui bahwa sahabatnya billa tidak bahkan tidak ingin sama sekali ingin memaafkannya.



"Sudah malam, kenapa belum tidur(?)ayo masuk kedalam kamar. "Ajak ali seraya menuntun prilly menuju kamarnya. Namun dengan sengaja prilly melepaskan tangan ali.


"Kakak belum jawab pertanyaan prilly. "Ucap prilly sambil memandang kearah ali.


"Ayo. "Ali memegang bahu prilly tanpa menjawab semua lontaran pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.



Setelah sampai di kamarnya, ali langsung tidur memunggungi prilly tanpa berkata apapun, biasanya dia akan mengecup pipinya atau mengajak bicara anak dalam perutnya tapi sekarang....... Ada apa sebenarnya dengan suaminya ali(?)hal itu masih terngiang-ngiang di otak di dalam otak kecilnya.



"Maaf.... "Suara prilly begitu pelan tapi masih dapat didengar oleh ali.


"Maaf kak... Karna kedatanganku di hidup kakak membuat semuanya tidak baik baik saja. "Ucapnya sambil menahan air mata yang ingin segera meluncur dari dua matanya.


Ali masih diam, dia mendengar jelas semua yang dikatakan prilly,,, dia mendiamkannya bukan karna dia marah padanya melaikan dia hanya bingung tentang semua masalah yang sedang dia hadapi.


"Kak... Maaf.... "Cicitnya pelan. Air matanya tidak bisa ditahan lagi dia sudah lelah, dia membiarkan semuanya mengalir begitu saja.


Dengan cepat ali membalik badannya menghadap prilly. Ali menarik prilly dalam pelukannya, memeluk gadis itu erat sekali. "Maaf... Aku tidak bermaksud mengabaikanmu... Hanya saja aku bimbang dengan semua ini. "Bisik ali pelan.


Prilly sesegukan. Tangisannya pecah, badannya meluruh dalam pelukan ali. Dia takut akan kehilangan semuanya tapi tetap dia tidak bisa mengelak pada takdir.


"Jika.... Jika boleh maka aku tidak akan menganggu dan masuk dalam kehidupan kakak, jika semuanya akan membuat kakak menderita. Aku hanya bisa merepotkan kakak. Harusnya ini semua tidak terjadi. "Isak prilly dalam dekapan ali.



Ali menggeleng pelan. "Tidak, prilly, jangan berkata begitu. Ini semua salahku. Ini dosaku, kamu tidak melakukan apapun. Jangan berkata seperti itu, aku semakin bersalah karna membuatmu terluka dan membuat persahatanmu dengan billa hancur."



Prilly juga menggeleng lemah. "Tidak kak. Ini memang benar. Ceraikan saja aku kak, aku tidak akan mengganggu kakak lagi, aku hanya akan menjadi beban saja dalam hidup kakak.



"Aku berjanji kak akan merawat dia dengan baik baik saja. "Ucap prilly sambil mengelus perut buncitnya.



"Jangan... Maafkan aku, kumohon jangan menangis seperti ini, penyesalanku akan sangat bertambah jika kamu tidak berhenti. "Prilly tetap bergeming ia menutup wajahnya dengan selimut dengan air matanya yang semakin deras. Sungguh ia sangat bingung dengan semuanya.


Pregnant [Extramarital]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang