♪Trois♪

177 28 0
                                    

[Daiki’s POV]

Aku memandang ragu pada calon bosku ini yang terlihat sedang berdebat dengan Yaotome-san.

Pikiran negatif mulai sedikit memenuhi kepalaku. Bagaimana jika aku langsung dipecat? Eh tapi, aku sudah tandatangan kontrak untuk setahun pada Yaotome-san.

"Hei kau!"

Aku mengangkat kepalaku dan mendapati bosku menatap tajam padaku.

"Dibayar berapa kau oleh pak tua itu?"

Aku mengerjap kebingungan. Dia bicara tentang apa? Bayaran apa? Kalau urusan kerja disini, aku belum dibayar sepersenpun.

"Yang jelas, Arioka-kun akan bekerja disini selama setahun. Kau tidak memiliki hak sama sekali untuk memecatnya." Aku menoleh pada Yaotome-san yang kini sudah beralih padaku, "Jika ada sesuatu, segera hubungi aku ya. Aku harus pulang karena ada pertemuan penting dengan presdir setelah ini."

Aku beranjak dari tempatku untuk mengantarnya, namun ditahan. Sehingga aku melepasnya dari tempatku saja.

Sekarang tinggal kami berdua – aku dan bosku – saja diruangan ini. Ia memandangku dengan tajam dari atas ke bawah, seakan sedang menilai.

Padahal sepertinya kami seumuran. Dia kan juga kuliah di kampus yang sama. Bahkan beberapa kali kami sempat berpapasan. Saat itu dia terlihat menawan, kenapa kali ini dia jadi menyebalkan. Ah, pikir apa aku ini?

"S-saya permisi dulu, t-tuan muda." Baru saja aku beranjak ingin kembali bekerja,

"Tunggu dulu!" serunya.

Aku kembali berbalik menghadapnya. "Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Kau dibayar berapa oleh tua bangka itu untuk menjadi budaknya dan mematai aku disini?"

Pemuda ini bicara apa?

"Maksud... tuan muda?" tanyaku sekali lagi.

Tetapi Ia berdecak dengan kesal, "Tidak perlu pura-pura! Kau pasti dibayar mahal untuk jadi mata-mata orang tua itu, asal kau tau saja, itu semua tidak akan berhasil."

Entah kenapa sikapnya ini sedikit membuatku kesal. Kenapa dia malah menuduh yang tidak-tidak?!

"Maaf tuan muda, tapi saya sama sekali tidak mengerti apa yang anda maksudkan. Saya mendapatkan pekerjaan ini atas rekomendasi seorang kenalan saya yang merupakan teman dekat Yaotome-san. Saya hanya mendapat tugas sebagai pengurus rumah ini, dan saya tidak kenal dengan orang tua yang tuan maksud. Bahkan rincian pekerjaan saya sudah tercatat jelas dalam kontrak saya..."

"Kontrak?" penjelasan ku dipotong mendadak. Aku terdiam sejenak, lalu mengeluarkan amplop yang berisi salinan kontrak yang sudah ku tandatangani dan memperlihatkan padanya.

"Semuanya tertulis disana, dan saya tidak diperintahkan sama sekali menjadi mata-mata atau apapun yang anda duga sebelumnya." Lanjutku lagi.

Pemuda itu lalu menyerahkan kembali surat itu padaku. Aku menyimpannya kembali ke dalam amplop dan memasukkannya ke dalam tasku di dekat sofa.

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya harus melanjutkan kembali pekerjaan saya. Anda bisa konfirmasi kebenarannya pada Yaotome-san jika masih belum percaya."

Aku lalu berjalan kembali ke dapur dan melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Dari tempatku, ku lihat Ia beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam salah satu kamar dan menutup pintunya dengan kasar. Sepertinya suasana hatinya sedang buruk sakali.

Melihat sambutan padaku yang kurang baik, sepertinya Ia juga adalah tipe tuan muda yang merepotkan.

"Sepertinya aku harus banyak bersabar. Semangat Daiki, kau pasti bisa!" aku menepuk kedua pipiku sendiri.

DROWNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang