♪ Douze♪

146 20 7
                                    

Dingin dan gelap.

Entah sudah berapa lama dirinya berteman dengan kedua hal itu. Sepertinya sudah lama sejak Ia bisa melihat cahaya terang dari matahari. Tetapi jangankan matahari, siang dan malam saja dia sudah tidak tau lagi kapan mereka terjadi.

Hanya ada satu cahaya kecil yang menemaninya di tempat itu. Satu cahaya yang masuk melalui kisi pintu yang berasal dari luar tempatnya berada. Itu juga hanya cahaya lampu pijarn yang bahkan tidak terasa menghangatkan.

Apakah memang kebebasan sudah jauh untuknya?

Sejurus kemudian terdengar suara lolongan anjing, atau serigala? dari luar. Lolongan itu tidak hanya berasal dari seekor saja, tapi banyak lagi dan mereka saling bersahutan.

Ia menarik bibirnya ke atas.

"Hei, apa ada orang di luar?" tanyanya pelan, tetapi dia yakin cukup keras untuk di dengar siapapun yang berada di luar tempatnya berada.

Tidak ada jawaban. Tetapi Ia tidak bodoh untuk sekedar tau bahwa dia tidak ditinggal sendirian di tempat itu. Tidak pernah sekalipun. Akan ada satu orang yang mengawasinya dan dia ada di luar.

"Aku hanya ingin tau, apakah sekarang sedang purnama?" Ia menatap kosong pada langit-langit tempatnya berada.

"Kenapa berisik sekali? Tidak bisa kau diam saja? Memangnya apa urusanmu jika sekarang sedang bulan purnama?!"

Benar apa katanya. Ia tidak sendiri.

"Hanya bertanya..."

Ia pun mendengus mendengar ocehan kesal orang itu. Jika memang tugas untuk menjaga tempatnya semembosankan itu, kenapa dia tidak pergi saja? Lagi pula dia tidak bisa pergi dari tempat ini bukan?

"Boleh aku bertanya sesuatu lagi padamu?" tanyanya.

Hanya sekedar mencoba peruntungan. Jika orang ini tidak mau menjawab, bukankah besok akan ada orang lain yang akan menggantikan tempatnya? Biasanya mereka memang selalu berganti. Bahkan dia tidak tau ada berapa total mereka semuanya.

"Apa?" balas orang itu.

Ia tersenyum. Sepertinya orang ini tipe yang mudah.

"Bisa ku tau sekarang sudah tahun berapa?"

Hening sesaat sebelum akhirnya orang itu menjawab pertanyaannya, dan seketika saja Ia merasakan perasaan menggelitik di perutnya. Suara lolongan dari luar sana kembali terdengar dan Ia tidak bisa untuk tidak terkikik geli.

"Ternyata sudah delapan belas tahun..." gumamnya.

Ia pun tertawa dengan keras sampai orang di luar sana memukul pintu dengan keras.

"Hei, orang gila! Apa yang sedang kau tertawakan?! Dasar gila!!!"

Ia menarik nafas dengan panjang tetapi tidak mampu menghentikan kejenakaan yang tersisa. "haahh~ kira-kira apa yang sedang dilakukan orang itu sekarang? Wajah frustasinya akan jadi sesuatu yang bagus untuk ditertawakan hihihi...."

=*=

Yaotome Hikaru menghembuskan nafas panjang sebelum memutuskan untuk meraih handel pintu di hadapannya dan masuk ke sana.

Setelah membawa tuan mudanya kembali pulang ke rumah utama dan meminta bibi Yonehara untuk membuatkan bubur tipis serta menggantikan baju tuan mudanya dengan piyama yang lebih nyaman, pemuda itu pun akhirnya bisa beristirahat di kamarnya.

Sekarang dia hanya perlu untuk memeriksa keadaan tuan mudanya sejenak dan memastikan jika pemuda itu memang sudah tidak apa-apa.

Sejauh pekerjaannya mengabdi pada keluarga Takaki, mungkin inilah pertama kalinya Ia merasa seluruh tenaga dan mentalnya terkuras penuh dalam sekejap. Bahkan saat tuan besar serta tuan mudanya bertengkar dulu, Ia tidak merasa selelah dan sefrustasi sekarang.

DROWNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang